Pengrajin Turban Turki di Indonesia Asal Bojonegoro
blokbojonegoro.com | Monday, 05 April 2021 12:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Tarian dari Turki yang dikenal dengan sebutan Whirling Dervishes, tarian sufi dengan pakaian terusan dan topi tinggi dengan berputar-putar ini dianggap penuh makna karena bagian dari meditasi diri.
Topi panjang yang dikenakan penari Sufi ini sebutannya berupa sikke, siapa sangka di Kabupaten Bojonegoro ternyata ada salah satu pengrajin sikke atau turban asal Turki.
Salah satunya, Muhammad Zuhri (52) atau lebih dikenal dengan sebutan Kang Juari, asal Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro. Merupakan salah satu pengrajin sikke atau peci khas Turki satu-satunya di Bojonegoro.
Juari sendiri telah menggeluti profesi sebagai pengrajin sikke sejak tahun 2018, berawal dari ketidaksengajaan Juari saat bertemu Mubaligh asal Semarang yakni, Budi Harjono yang mengeluhkan bahwa turban miliknya atas pemberian seorang ulama dari Turki, telah rusak dan meminta Juari untuk membantu memperbaikinya.
Saat itulah, Juari mulai berinovasi mencoba membuat sikke dan turban sendiri dengan kemampuan otodidak yang dimilikinya. Berbagai pola dan bahan yang pas untuk membuat sikke telah ia coba berulang-ulang hingga sempurna.
"Setelah melakukan berbagai eksperimen mulai dari bentuk dan bahan, akhirnya saya mampu menemukan pola dan bahan yang pas untuk membuat turban. Hasil karya pertama saya dibeli oleh Kiai Budi," ungkap Kang Juari.
Setelah sukses memperbaiki turban milik Kiai Budi, dan digunakan berdakwah mengelilingi Indonesia. Dari sinilah sikke dan turban buatan Juari makin dikenali para masyarakat, dan tak jarang dari mereka memesan sikke maupun turban buatan Juari.
Umumnya sikke atau turban yang dipakai para pendakwah berwarna hijau, tak jarang ada pula yang memesan khusus warna putih untuk prosesi ijab kabul.
"Berkat digunakan oleh kiai asal Semarang akhirnya sikke atau turban buatan saya makin dikenal, umumnya pendakwah memesan sikke warna hijau. Namun ada pula khusus putih untuk ijab kabul para habaib," ucap Pria asal Sukorejo.
Dalam sehari Juari mampu memproduksi sikke atau turban hingga 5 buah dan dikerjakan sendiri. Mulai dari pemotongan bahan, ngemal, memasangkan lem hingga membentuk sikke. Untuk satu buah sikke yang ia produksi dihargai sebesar Rp 150.000 per biji, sedangkan turban ia jual seharga Rp 300.000.
"Karena proses pembuatan cukup rumit, sehari kami bisa produksi 5 buah sikke atau turban. Untuk per buah harganya bervariasi mulai dari Rp 150.000," imbuhnya.
Tak kalah menarik, selain dikenal sebagai pengrajin sikke atau turban di Bojonegoro, Juari juga memiliki group tari sufi yang anggotanya mencapai 5.000 dan tersebar di wilayah Bojonegoro.
"Alhamdulillah selain sebagai pengrajin sikke kini memiliki group tari sufi di Bojonegoro, anggotanya mencapai 5.000," pungkasnya. [liz/ito]
Tag : tari, sufi, turki, bojonegoro, songkok, peci
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini