Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Melihat Komitmen Pendidikan Bacaleg

blokbojonegoro.com | Monday, 22 May 2023 14:00

Melihat Komitmen Pendidikan Bacaleg

Oleh: Usman Roin*

blokbojonegoro.com - Sebagaimana berita media di Bojonegoro, sebanyak 737 bakal calon legislatif (Bacaleg) dari 18 parpol telah mendaftar di KPU Bojonegoro. Antusiasme Bacaleg tersebut menyita perhatian kita, yang mana mereka “beradu nasib” berjuang menjadi anggota legislatif. 

Menyuksukseskan keterpilihan Bacaleg menjadi anggota legislatif, ragam cara dan komitmen ditawarkan kepada loyalis dan calon konstituen. Perihal komitmen Bacaleg, yang perlu dilihat dalam kacamata penulis adalah, seberapa besar interest mereka untuk sat-set menyelesaikan hingga meningkatkan kemajuan dunia pendidikan. 

Komitmen Bacaleg terhadap kemajuan pendidikan penting agar kehadiran calon legislator -baik petahana dan baru- memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan. Apalagi, meminjam bahasa Sutrisno dan Suyatno (2015:62), secara filosofis-sosiologis pendidikan diasumsikan menjadi evaluator sosial yang mampu memobilisasi warga masyarakat secara vertical menuju status sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan peradaban setinggi mungkin.

Mengutip data dinaspendidikan.bojonegorokab.go.id, profile jumlah lembaga Tahun Pelajaran 2021/2022 saja terdapat 2.671 lembaga dengan rincian, jenjang Satuan Paud Sejenis (SPS) 628 lembaga, Kelompok Belajar (KB) 607 lembaga, Taman Kanak-Kanak (TK) 585 lembaga, Sekolah Dasar (SD) 723 lembaga, Sekolah Menengan Pertama (SMP) 106, dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKMB) 22 lembaga. 

Belum lagi, bila menyimak hasil Sensus Penduduk tahun 2010 lalu. Di mana pada periode 2010-2035, Indonesia memiliki populasi usia produktif dalam jumlah yang tidak kecil. Gambaran sederhanya, bila tahun 2010 jumlah anak usia 0-9 tahun sebanyak 45,93 juta, anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa, pada 2045, mereka yang usia 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun. Sedangkan yang usia 10-20 tahun akan berusia 45-54. Karenanya, warga negara di seputar usia 35-54 itulah kategori populasi produktif yang lazim disebut bonus demografi.

Seiring dengan hadirnya bonus demografi (demographic dividend), sektor yang perlu menjadi perhatian Bacaleg adalah pembangunan pendidikan. Salah satunya, bisa dengan melihat dari sisi infrastruktur bangunan pendidikan. Gedung yang sudah waktunya untuk dibangun selayaknya diperhatikan. Bukan justru diabaikan hingga sama sekali tidak tersentuh dan akhirnya tinggal menunggu waktu ambruk saja.

Komitmen yang lain dari sisi psikologis. Yakni, support kepada anak bangsa untuk semangat menuntaskan wajib belajar (Wajar). Bacaleg dalam hal ini perlu memperhatikan anak-anak untuk tetap bersemangat tinggi menuntaskan belajar. Karena di wilayah pedesaan, ketidakadaan biaya pendidikan masih menjadi penghalang tuntasnya program Wajar. 

Pada porsi ini, Bacaleg bisa memperkuat bagaimana agar perolehan beasiswa peserta didik tersebut tepat sasaran. Sehingga kehadiran beasiswa yang ditelorkan oleh Pemkab Bojonegoro betul-betul membantu bagi yang tidak memiliki biaya untuk tetap semangat belajar dan tepat sasaran. Sehingga, luaran yang ada setelah menjadi sarjana, bisa ikut membangun kemajuan desa hasi dari oleh-oleh belajar.

Dalam hal menuntaskan belajar, Bacaleg kiranya perlu meyakinkan kepada khayalah umum bila penuntasan pendidikan untuk anak itu perlu. Bukan sekadar mendapatkan ijazah dan bekerja. Melainkan lebih kepada bagaimana anak yang tuntas Wajar menjadi bagian penting meningkatnya indek pembangunan manusia (IPM) lokal agar bisa setara dengan tetangga bahkan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan yang fokus kepada upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas, justru menjadi password yang akan mendorong tumbuhnya berbagai karakter SDM positif, mulai dari jujur, disiplin, dan percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Terlebih, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Swt, surah An-Nisa:9, secara gamblang menyeru kepada umat Islam agar tidak meninggalkan anak sebagai keturunan yang lemah. Upayanya, dengan memberikan pendidikan yang baik dan tuntas.

Di samping sebagai wujud peningkatan IPM, sisi edukatif ketuntasan belajar juga menjadi bagian dari upaya mendewasakan psikologi berpikirnya. Meminjam bahasa Jusuf Amir Faisal (1995:45), bila peserta didik memiliki semangat untuk terus belajar, ia akan secara terus menerus mengikat pengetahuan demi pengetahuan yang didapat, menjadi lebih kuat, menuju pribadi yang memiliki keluasan dan kecemerlangan berpikir. 

Jika kemudian mereka lantas memutuskan untuk menikah -sebagai misal- pasca tuntas belajar, pengetahuan yang telah dimiliki, sudah bisa dijadikan perbekalan untuk membina mahligai pernikahan sembari tetap semangat belajar secara mandiri melalui lembaga non formal majelis taklim sebagai contoh, dan wujud bentuk lainnya.

Kemudian bila keberadaan anak belum bisa melanjutkan pada jenjang lebih tinggi sebab biaya, melalui bekal ketuntasan Wajar yang ia peroleh, setidaknya bisa ikut aktif memajukan desa sebagai tempat tinggalnya menjadi sosok pemuda berdikari. Entah membantu kemajuan di sektor pertanian, pendidikan formal hingga non formal, menjadi entrepreneur, serta bentuk sektor lain. 

Semoga, secuil pengingat untuk Bacaleg ini bisa ikut diperjuangkan demi mempersiapkan pemuda sebagai calon pemimpin masa depan yang lebih berkarakter. Amin. [lis]

* Penulis adalah Dosen Prodi PAI UNUGIRI Bojonegoro, Pengurus PAC ISNU Balen, dan Pengurus Remaja Masjid Agung Darussalam Bojonegoro.

Tag : Opini, pendidikan, pemilu



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini