Kisah Bocah Bojonegoro Nyusul Ibu ke Surabaya, Pengamat: Pentingnya Pola Asuh Kelekatan Antar Orang Tua-Anak
blokbojonegoro.com | Wednesday, 24 January 2024 14:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Sebelumnya diberitakan terkait kisah pilu tentang RK, seorang bocah asal Tambakrejo yang nekat ingin menemui ibunya ke Surabaya dengan mengendarai sepeda BMX, justru menarik perhatian para akademisi di Bojonegoro. Sebab hal tersebut merupakan dampak psikologis akibat dari pergeseran peran seorang ibu.
Sehubungan dengan hal ini, Koordinator Aliansi Peduli Perempuan dan Anak (APPA) Bojonegoro, Nafidatul Himmah, menjelaskan,
Bojonegoro termasuk kabupaten dengan permasalahan perempuan dan anak termasuk tinggi (kekerasan, Diska, KDRT). Termasuk yang menimpa RK, bisa saja ini dikategorikan sebagai bentuk kekerasan psikis karena rasa kangen itu pasti terlekat dibenaknya hingga dia nekat ingin menyusul Ibunya.
"Sesusah apapun ekonomi keluarga, harusnya anak tidak menjadi korban. Kalaupun sudah ada handphone seharusnya sang ibu menyempatkan pulang," ungkapnya.
Kasus RK menurutnya miris, karena alasan ekonomi justru hak anak untuk mendapatkan kasih sayang malah terabaikan.
Harusnya menjadi tugas besar untuk pemerintah agar lebih peka dan mulai mengambil gerakan dengan sosialisasi atau cara lain terkait hak anak, maupun pola asuh. "Jika perlu perempuan harus lebih diberdayakan atau bagaimana mereka bisa membantu ekonomi keluarga, tetapi tetap bisa mengasuh anak-anak," ujarnya.
Menurutnya, melihat realitas ini sepatutnya pemerintah wajib hadir dengan segera mengesahkan RAPERDA perlindungan perempuan dan anak. Karena sedikit banyak jika RAPERDA tersebut disahkan pasti ada eksekusi dan legislatif dalam kegiatan akan berpaku pada amanah perundingan.
Jadi isu perempuan dan anak bisa menjadi isu seksi alias diutamakan dan dianggarkan. Tapi menurut Perda terkait anak dan perempuan ini dipisah karna memang beda sasarannya dan fokus.
"Mau tidak mau pemerintah harus memaksimalkan perangkat yang sudah ada untuk menangani permasalahan perempuan dan anak. Seperti fungsi Satgas PPA, forum anak. Kalau perangkat itu berfungsi dengan baik segala permasalahan pasti akan bisa muncul, karena ada wadahnya mereka mengadu. Harapannya pemerintah bisa jemput bola," tambahnya.
Terpisah, Yunita Dwi Setyoningsih, Dosen Prodi Bimbingan Konseling Universitas Nadhatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro merespon pada umumnya perempuan di rumah, bukan pencari nafkah karena yang bertanggung jawab suami. Namun, kasus RK ini berbeda karena Ayahnya meninggal dan ibunya mencari penghasilan tambahan untuk ekonomi yang komplek.
Keputusan ibu RK bekerja jauh tentu mengakibatkan pergeseran peran seorang ibu. Tentu harus menemukan konsekuensi, salah satunya meninggalkan RK. Padahal, idealnya orang tua memiliki peran dan tanggung jawab terhadap pengasuhan anak.
"Peran ibu dalam keluarga tentu tidak optimal. Sehingga berakibat anak kurang perhatian dan berpengaruh secara psikologis," sambung Dosen Prodi BK Unugiri Bojonegoro itu.
Tak hanya psikologis, tetapi kognitif anak juga berpengaruh dan bahkan berimbas pula secara fisik terhadap anak. Karena peran ibu dalam keluarga dilihat sejak dari anak lahir dan memulai interaksinya pertama kali. Interaksi itu bisa disebut sebagai attachment parenting atau kelekatan.
Attachment itu merupakan ikatan emosional yang dibangun oleh seorang ibu atau pengasuh anak yang berguna membuat rasa aman, nyaman, rasa percaya diri. Kalau peran bapak tidak ada maka otomatis kelekatannya hanya kepada ibu.
"Kurangnya faktor kelekatan orang tua dengan anak mempengaruhi tumbuh kembang anak. Maka seorang anak menjadi kurang percaya diri dan tidak merasa nyaman berinteraksi dengan orang di sekitarnya," imbuhnya.
Berkaca pada kasus RK yang berada pada usia tengah-tengah antara anak-anak menuju masa remaja. Dimana dalam masa peralihan ini banyak diwarnai konflik dan gejolak perubahan suasana hati.
Ciri yang dapat dilihat pada peralihan di masa remaja ini, adalah anak berjuang berusaha mendapatkan otonomi secara fisik maupun psikologis yang mempengaruhi kelekatan anak dan ibu.
Buktinya, RK berani berusaha menemui ibunya yang bekerja di tempat jauh meskipun hanya menaiki sepeda. Ini karena ketidakmampuan anak dalam mengontrol luapan emosi akibat kurangnya kelekatan ibu dan anak.
"Sebagai antisipasi, kehadiran ibu dan anak dibutuhkan secara fisik dan non fisik, sehingga membangun kembali kelekatan antara ibu dan anak," bebernya.[liz/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini