Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Tradisi Mudik Sebagai Komunikasi Assabieh

blokbojonegoro.com | Sunday, 07 April 2024 09:00

Tradisi Mudik Sebagai Komunikasi Assabieh

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Jum'at (6/4/2024) merupakan hari kerja terakhir lembaga pemerintah menjelang cuti bersama. Mulai Senin Libur Idul Fitri dan cuti bersama Lebaran selama lima hari.

Uniknya masyarakat Indonesia memiliki tradisi mudik, yakni pergi atau pulang ke udik atau pulang kampung halaman. Mudik sendiri merupakan sarana beribadah, yakni silaturahmi, merawat keguyuban, sedekah dengan berbagi duit.

Lalu ater-ater makanan, pakaian, parcel, hingga saling maaf-memaafkan dan memberi salam. Hingga ziarah kubur ke orang tua maupun kerabat yang telah berpulang. "Semua itu terangkum lewat media  unjung-unjung atau anjang sana dengan orang tua, keluarga, kerabat dan teman-teman," ungkap Guru Besar Ilmu Humas Dept Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya, Rachmat Kriyantono.

Karena itu, masyarakat Islam di Nusantara sejak dahulu merasa tidak cukup dengan Idul Fitri yang hanya satu hari. Idul Fitri sendiri diisi ibadah maghdoh yang utama, yakni sholat id selepas Subuh.

"Kemudian lanjut ibadah muamalah, yakni maaf-memaafkan antar jamaah dan lanjut saling memaafkan dengan org tua dan keluarga inti atau batih (nuclear family)," ujarnya.

Masyarakat sendiri membutuhkan waktu lebih lama untuk ibadah muamalah (saling memaafkan, sedekah). Karena itu muncul aktivitas Lebaran. Lebaran berasal dari kata Lebar Jawa yaitu usai, usai berpuasa, kemudian Lebar Betawi yang berati luas, hati lapang saling maaf dan Lober Madura yaitu lapang hati/lebur. Yang bermakna semua salah melebur menjadi nol.

"Semua arti tersebut merujuk pada kata fitrah/fitri yang berati kembali suci. Karena segala salah melebur dengan lapang hati, saling memaafkan," imbuhnya.

Meski bukan negara Islam, lembaga pemerintah menjadikan Idul Fitri dan Lebaran sebagai aktivitas resmi atau kebijakan. Hal ini juga terjadi di lembaga swasta. Adapula pemberian THR, bingkisan hingga halal bi halal yang menggunakan anggaran kantor.

Berlanjut kegiatan halal bi halal ini sering dilakukan beberapa kali di kantor hingga Universitas. Sehingga terjadi doble bermaafan yang membuat kesalahan doble lebur.

"Idul Fitri memang khusus Umat Muslim. Tetapi Lebaran ternyata juga dilakukan umat non muslim. Umat non-muslim juga ikut mudik (ziarah kubur orang tuanya, ikut unjung-unjung dan ikut halal bi halal)," beber Guru Besar Ilmu Humas Dept. Komunikasi Universitas Brawijaya.

Mudik pun menjadi media komunikasi keguyuban, kebersamaan, dan toleransi. Mudik, meminjam pemikiran Ibnu Khaldun, mampu ciptakan assabieh atau kohesivitas sosial yang terbukti lintas generasi di masyarakat.

"Juga secara ekonomi memberikan dampak positif. Arus perputaran ekonomi, serta meningkatkan mobilisasi barang dan barang dan jasa,"pungkasnya. [liz/mu]

Tag : lebaran



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini