Inisiasi Persiapan Eco Wisata Lereng Semeru Antara Akademisi Fisip Brawijaya Dengan Bank BUMN
blokbojonegoro.com | Monday, 28 October 2024 14:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Kecamatan Dampit yang terletak di Kabupaten Malang dikenal memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah serta pemandangan alam yang cukup menakjubkan. Oleh karena itu, pengelolaan SDA di wilayah tersebut perlu dilakukan bijak dan berkelanjutan, guna menjaga kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.
Salah satunya melalui inisiasi pembentukan Ekowisata Lembah Gunung Semeru. Dalam hal ini FISIP Universitas Brawijaya (UB) menggelar kegiatan program pengabdian masyarakat terkait penguatan kelembagaan koperasi. Pengabdian dilakukan di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Untuk mewujudkan hal tersebut, terutama pada kesejahteraan pelaku usaha. Tim Pengabdian Masyarakat Fisip Universitas Brawijaya juga melakukan inisiasi bersama PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Regional Office Malang.
Prof Dr. Darsono Wisadirana, M.S, selaku perwakilan Akademisi Fisip Universitas Brawijaya berujar, bahwa sebetulnya dari akademisi memiliki kewajiban salah satunya berupa pengabdian masyarakat. Diawali dari melihat potensi yang ada di Kecamatan Dampit, bahwa petani memiliki potensi yang bagus terutama lahan kopi. Tetapi mereka berjalan sendiri-sendiri, supaya mereka bisa bersatu dan menjual kopinya dan meningkatkan harga jual. Karena antar petani sebelumnya hanya menjual kopi dengan haga yang kurang pas sehingga mereka merugi.
"Saya satukan dalam bentuk koperasi supaya mereka bisa bekerja sama terutama menyepakati harga. Semua sudah saya urus masalah legalitas koperasi dan kopi termasuk label halal, SNI dan PIRT. Ini sudah bisa di pasarkan, hanya saja mereka belum bisa dalam pemasaran karena sekarangkan basisnya pemasaran modern," ungkap Prof Darsono.
Selain itu, pihaknya juga mengaku terbentur dengan waktu jual yang hanya 1 tahun sekali. Bahkan menariknya juga terdapat potensi wisata alam dan komunitas Jeep Willys Club, jika dicanangkan misal kolaborasi antara koperasi, alam dan Jeep tentu akan menghasilkan cuan yang mampu mensejahterakan masyarakat. Tetapi terkendala belum adanya kesepakatan antara pihak Perhutani, Petani, Koperasi dan Jeep untuk menjadikan area Perhutani sebagai rute.
"Sementara ini hanya berbasis izin dan belum dilakukan kesepakatan bersama secara resmi. Sekarang kami juga masih dalam proses untuk membangun rest area secara sederhana. Direncanakan membangun musola dan keperluan Mandi, Cuci dan Kakus," ucapnya.
Rencana kedepan nantinya akan dilakukan pembangunan rest area, dan dilengkapi dengan pedagang serta gerobak-gerobak. Terkait rute setelah melewati rest are ke area Magersari di daerah tersebut tidak hanya pasar sayur, tetapi juga area kampung sayur. Setelah melewati itu nantinya menuju ke kampung bunga tetapi kampung bunga ini masih belum berkembang karena kurang di poles, kemudian berlanjut menuju ke umbulan atau sumber air.
"Tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat, agar masyarakat bisa mandiri dan mendapatkan income dari apa yang mereka punya. Jadi biar mereka bisa mengelola dan membaca potensinya sendiri. Kalau tanya apa kekurangannya, ya dari apa yang saya sampaikan tentunya masih banyak kekurangannya," ujarnya.
Meski begitu, kegiatan yang sudah berlangsung 3 tahun, tim Pengabdian masyarakat Fisip Brawijaya melihat masih sangat banyak kekurangan perihal apa yang sudah dilakukan bersama. Sehingga apakah PT. BRI Regional Malang mau melakukan kolaborasi dalam bentuk seperti apa dan bagaimana prosesnya. Serta apa yang BRI butuhkan tentu bisa dilakukan diskusi supaya saling terbuka dan tahu dari apa yang sudah dikembangkan agar lebih besar dan lebih bermanfaat untuk masyarakat.
Sebetulnya potensi yang sekarang sedang banyak permintaan itu kopi, tapi kalaupun saya kembangkan siapa yang mengelola. Kami butuh kolaborasi bimbingan yang juga bisa mendampingi masyarakat, supaya masyarakat paham sebetulnya apa yang mereka miliki dan bagaimana cara mengelola kelembagaan yang sudah dibentuk dari BRI apakah nanti diarahkan ke tourism atau ke koperasi. Sebab Dinas Koperasi dan Industri menyediakan peralatan apabila kami membutuhkan bantuan alat, namun syaratnya sama produk kopi harus sudah berjalan.
"Tapikan kalau misalkan sudah berjalan berarti sudah punya alatnya Kalau yang wisata itu sebetulnya sudah berjalan, hanya bagaimana SOP mekanisme penjualan tiket, banner dan rest area yang dibenahi. Ekowisata sebenarnya bisa cepat terealisasi dalam pengembangan Desa Dampit, koperasi berperan sebagai pemasaran Sebetulnya yang kami perlukan itu bantuan pembinaan dan pendampingan untuk masyarakat. Supaya masyarakat bisa tumbuh jiwa koperasinya, selain itu kami menginginkan tidak hanya koperasi jalan tapi wisatanya juga jalan," bebernya.
Terpisah Feby Widhyarto selaku Dept Head Micro Ecosystem PT. BRI Regional Office Malang menambahkan, sebetulnya BRI juga memiliki UMKM binaan dan kemungkinan jika ada pameran akan kami ikut sertakan. Misal dengan cara membantu pemasaran produk UMKM, tetapi untuk wisata agak susah karena saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini ketat dan susah. Alangkah baiknya jika memang sudah berjalan dan berdampak secara ekonomi bagi masyarakat kita bisa membantu. Akan tetapi jika belum berjalan dan belum berdampak apapun bagi masyarakat, dari BRI mohon maaf belum bisa bergerak.
"Mungkin kita harus lihat lebih dalam lagi di mana saja yang sudah berjalan, kalau untuk rest area ini mungkin bisa kami akomodir. Karena bisa untuk kelompok tani dan berdampak secara langsung. Kita mau cari yang bener-bener mau dan yang mau jalan itu dimana, karena kalau misalkan belum ada kejelasan perihal kegiatan. Kami juga tidak berani apabila ada pemeriksaan dari audit pusat," sambungnya.
Sebab, permasalahannya PT. BRI ini dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Akan tetapi nanti kami lebih detail lagi untuk melakukan kroscek dan melihat bagaimana dampaknya. Kami juga ada marketplace khusus BRI yaitu Loka-loka, kemungkinan produk UMKM tersebut juga bisa dijual melalui marketplace tersebut.
Pihaknya juga memilah terlebih dahulu di bagian mana yang paling berdampak pada masyarakat. Biasanya melalui petani, peternak dan kelompok-kelompok yang sudah berjalan di desa. Jika memang sudah berjalan barulah pihak BRI membantu, jangan sampai CSR memberikan dana, tapi jika belum berjalan ditakutkan akan mandek.
"Jika secara ekonomi belum ada dampaknya ditakutkan akan ditinggalkan. Mungkin kita bisa masuk ke kelompok tani Pak Hariyono untuk membantu fasilitas pendukungnya, tapi ya tetap nanti kita lihat lagi bagaimana dampaknya ke masyarakat. Kami juga ada CSR gerobak, tapi tetap kembali ke awal sudah jalan atau belum," pungkasnya. [liz/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini