Dari BUMDes, Air Bersih Mengalir ke Desa Tetangga
blokbojonegoro.com | Tuesday, 14 February 2017 16:00
Reporter: M. Safwan
blokBojonegoro.com - Awalnya hanya 10 rumah tangga yang bisa menikmati lancarnya air bersih di Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Padahal di desa itu berpenghuni sekitar 334 keluarga atau 1.025 jiwa. Artinya, mayoritas warga di desa itu awalnya selalu kesulitan mendapat akses air bersih, khususnya saat musim kemarau.
Warga terpaksa harus menempuh puluhan kilometer untuk mendapat air bersih. Itu masa lalu. Kini, berkat kegigihan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Daya Karya Mulia, sekitar 350 pelanggan mendapat pasokan air bersih. Bahkan, saat ini akses air bersih tidak hanya bisa dinikmati warga di Desa Jatimulyo, namun sudah berkembang ke desa tetangga. Sebanyak 30 rumah tangga yang ada di Dukuh Pepe, Desa Nganti sekarang bisa menikmati mudahnya mendapat air yang menjadi kebutuhan pokok.
Bagaimana itu terjadi? Menurut Kades Jatimulyo, Teguh Widarto, awalnya untuk mengatasi kelangkaan air bersih ini pihak desa mendapatkan bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro dalam bentuk pengiriman tangki air sebanyak 40 tangki setiap musim kemarau. Namun warga masih saja kekurangan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Kepala BUMDes Daya Karya Mulia, Isnuri membenarkan, masalah kekeringan yang terjadi di Desa Jatimulyo sudah berlarut sejak puluhan tahun lalu. Dari enam RT, ada empat RT sangat krisis air saat kemarau tiba.
Untuk mengatasi masalah kekeringan ini, perangkat desa dan warga bergotong-royong mencari solusi permasalahan air bersih. Hingga akhirnya, Pertamina EP Cepu selaku operator Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) meresponnya dengan program akses air bersih menggunakan metode survey geolistrik, yang telah diresmikan sejak Agustus 2014.
Selama proses pembangunan program air bersih tersebut, sejak tahun 2014, akhirnya bisa terbangun mulai dari pengeboran sumur air, pembangunan tandon air hingga fasilitas perpipaan, pengadaan dan instalasi pompa serta pemasangan instalasi listrik dan panel. Sistem pengelolaan air bersih ini seperti jaringan PDAM, mereka menggunakan meteran air untuk para pelanggannya. Hingga akhirnya mampu mencukupi sedikitnya 350 sambungan rumah tangga.
“Jaringan pipa terpasang sepanjang 3,8 kilometer (KM), yang disalurkan ke 10 titik sambungan fasilitas umum seperti masjid, sekolah dan lebih dari 350 sambungan rumah tangga,” jelasnya.
Berjalan dua tahun, akhirnya BUMDes Daya Karya Mulia bisa mengelola secara mandiri program air bersih itu. Sekarang sudah ada tiga sumur air. Namun yang masih aktif dua sumur. “Dua sumur itu dikelola BUMDes yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi warga," ujar Isnuri.
Sistem yang digunakan dalam pengelolaan air bersih seperti PDAM. Masing-masing warga yang menjadi pelanggan diberi meteran air untuk menghitung kebutuhan dan konsumsi air per bulan. Per meternya warga hanya membayar Rp2.000 per bulan. Dari pembayaran pelanggan itu, kini BUMDes Daya Karya Mulia sudah bisa menggaji lima orang karyawan dan untuk biaya pengelolaan dan perawatan alat. Bahkan, BUMDes kini sudah memiliki uang kas sendiri sekitar Rp1 juta.
"Ini masih kurang. Kita rencananya akan mengembangkan lagi untuk membangun penampungan air. Sehingga mesin penyedot airnya tidak bekerja terus-menerus,” ujarnya.
Terus Dikembangkan
Keberhasilan pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh BUMDes tentu tak hanya karena PT Pertamina EP Cepu menyediakan anggaran untuk membangun infrastruktur semata. Kunci keberhasilan program ini justru pada komitmen dan konsistensi kemandirian masyarakat lewat kerjasama dengan Institute Development of Society (IDFoS) Kabupaten Bojonegoro.
Menurut Direktur IDFoS, Joko H Purnomo, sesuai dengan spirit Pertamina EP Cepu, pendampingan terhadap masyarakat yang membutuhkan akses air bersih itu lebih menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia. Salah satunya dengan memberikan edukasi dan sarana pembelajaran terkait pengelolaan organisasi desa dalam rangka meningkatkan kelembagaan pengelola air bersih yang profesional dan berkelanjutan.
“Pendampingan yang kita lakukan dalam program ini untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusianya, sehingga masyarakat nantinya bisa mengelola program secara mandiri,” ujarnya.
Program akses air bersih yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Daya Karya Mulia ini lebih dikenal dengan Program Pelatihan Penguatan Organisasi Desa dan Peningkatan Kapasitas Pengelola Akses Air Bersih (Desa). Memilih BUMDes sebagai pengelola diharapkan rasa kebersamaan antarwarga ini lebih erat, memiliki dan tanggung jawab dari kelembagaan/organisasi desa dalam pengelolaan air bersih yang lebih efisien, efektif dan berkelanjutan.
Beberapa pelatihan juga dilakukan, sehingga secara kelembagaan organisasi desa pengelola air bersih lebih mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat dan mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana air bersih. “Sebagai pendukung juga perlu membangun sistem informasi dan teknologi, di mana telah diserahterimakan satu unit komputer dan printer untuk operasional kegiatan BUMDes unit air bersih,” lanjutnya.
Masalahnya, bukan hanya Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo yang rawan air bersih di musim kering. Di Kabupaten Bojonegoro sedikitnya ada 18 Kecamatan yang mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Kecamatan yang masih mengalami kekeringan itu, diantaranya Kecamatan Kedewan, Sugihwaras, Kedungadem, Sukosewu, Tambakrejo, Balen, Kasiman, Ngasem, Baureno, Trucuk, Kepohbaru, Dander, Ngraho, Bubulan, Malo, Tambakrejo, dan Margomulyo.
Dari 18 kecamatan di wilayah selatan Bojonegoro yang mengalami kekeringan saat musim kemarau meliputi 77 desa dan kelurahan. Akibatnya, sekitar 27 ribu kepala keluarga atau sekitar 87 ribu jiwa mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Sebagian besar, daerah yang mengalami krisis air dan kekeringan lokasinya jauh dari daerah aliran Sungai Bengawan Solo.
Kecamatan Tambakrejo merupakan salah satu wilayah operasi Pertamina EP Cepu (PEPC) di mana terdapat salah satu desanya, yaitu Desa Jatimulyo, yang selalu mengalami kekeringan air setiap tahun. Menurut Abdul Malik, selaku PGA & Relations Superintendent, meskipun pengembangan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) itu belum berproduksi, namun upaya untuk membantu kebutuhan masyarakat di sekitar wilayah operasi terus dilakukan agar bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Melalui program pemberdayaan masyarakat mereka dididik untuk mengelola jaringan air bersih agar bisa dimanfaatkan dengan baik.
Setelah berhasil mengembangkan program air bersih di Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, seharusnya bukan cuma PT Pertamina EP Cepu yang tergerak untuk memperluas program penyediaan air bersih. Warga di kawasan lain yang mengalami krisis air bersih, sesungguhnya juga bisa bangkit mengikuti jejak warga Desa Jati Mulyo.
Dari keberhasilan BUMDes Daya Karya Mulia di Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, tidak berlebihan jika berharap 77 desa lainnya juga bisa segera terbebas dari krisis air bersih. Lewat air bersih, cita-cita “Wong Jonegoro yang Cerdas, Kreatif, Produktif dan Bahagia” lebih cepat terwujud. Semoga. [saf/mu]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini