Efek Pengucilan ODHA Lebih Berbahaya Dibanding Penyakitnya
blokbojonegoro.com | Wednesday, 14 February 2018 15:00
Reporter : Muhammad Qomarudin
blokBojonegoro.com - Penyakit HIV-AIDS menjadi permasalahan tersendiri di Kabupaten Bojonegoro, karena masyarakat kota ledre yang terinvesksi penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Sebenarnya, dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sendiri sudah menutup 3 tempat lokalisasi, yaitu Kalisari di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Eks Pasar hewan Banjarejo, Kecamatan Kota dan Desa Semawot, Kecamatan Sukosewu, untuk mengurangi angka penderita.
Namun, penutupan tersebut menjadikan banyak Pekerja Seks Komersial (PSK) malah pindah lokasi diwarung-warung kecil, maupun tempat yang sulit disisir oleh Dinas Kesehatan (Dinkes), yang notabenenya bertujuan untuk memonitor dan meneliti penyebab mereka terjangkit penyakit HIV.
"Kita agak kesulitan karena penutupan tempat lokalisasi, karena mereka berpindah-pindah tempat sekarang," terang Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Bojonegoro, Totok Ismanto.
Di sisi lain, tujuan pemonitoran adalah untuk memantau masyarakat yang terjangkit virus HIV agar tidak menularkan kepada masyarakat (Melalui Seks bebas) dan mengarahkan agar teratur berobat. Dikarenakan, masyarakat yang terkenan virus cenderung diam saja dan menutup-nutupinya lantaran malu.
"Sebenarnya mereka juga tahu kalau terjangkit, tetapi malu untuk mengungkapkan maupun untuk periksa ke dokter, lantaran takut karena sanksi sosial," lanjut Totok Ismanto.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Bojonegoro berharap, agar masyarakat tidak mengucilkan mereka yang terkena Virus HIV atau yang biasa disebut ODHA. Pasalnya, menurut Totok, sanksi sosial tersebut lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri.
Kemudian, jika masyarakat terus mengucilkan mereka (ODHA), mereka malah akan merasa ketakutan dan bisa mengalami gangguan jiwa, serta beranggapan mereka tidak mempunyai arti apapun untuk hidup. Bahkan, ada yang lebih parah lagi, ada juga ODHA yang sengaja menularkan virus tersebut, lantaran merasa tertekan dikucilkan oleh masyarakat.
"Padahal tujuan Dinkes adalah untuk meminimalisir maupun memotivasi mereka agar tetap semangat dan berpikir positif," imbuhnya kepada blokBojonegoro.com.
Totok Ismanto juga menjelaskan, sebenarnya Dinkes juga telah bekerja sama dengan Satpol-PP Bojonegoro untuk merazia PSK yang masih tetap beroprasi. Akan tetapi, ada juga PSK yang tertangkap tidak merasa bersalah maupun ketakutan, malah mereka biasa-biasa saja seolah olah tidak terjadi sesuatu. [din/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini