blokbojonegoro.com | Thursday, 28 March 2019 17:00
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Kaum milenial berpendidikan kedepannya menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, termasuk memasuki revolisi industri 4.0. Termasuk penguatan ekonomi syariah akan terus jadi rujukan meskipun tantangan kedepan semakin berat dengan adanya teknologi informasi.
Seperti yang diungkapkan Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, Poempida Hidayatulloh. Kalau satu tantangan tentang basis perekonomian dimasa yang akan datang. Sebab nanti eksitensi perekonomian syariah atau perekonomian Islam itu bisa tetap eksis. Namun sekarang dengan lajunya teknologi digital, teknologi informasi itu yang memang tantangannya menjadi lebih berat.
"Karena bagaimanapun sistem perekonomian yang terbangun sekarang adalah sistem perekonomian berbasis riba. Sehingga ini menjadi tantangan bagi para pelaku ekonomi syariah, untuk masuk ke tataran yang namanya revolusi industri 4.0 ini yang dimotorin oleh teknologi digital itu," ungkapnya usai mengisi kuliah umum di Sekolah tinggi ekonomi dan bisnis islam Al-Rosyid (STEBIA) Dander, Bojonegoro, Kamis (28/3/2019).
Dalam kuliah umum bertema 'peran ekonomi islam dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja yang berkelanjutan' itu dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan adalah untuk periode 2016-2021 menjelaskan, teknologi digital ini kalau tidak dimulai sekarang melakukan gerakan yang nanti dimungkinkan kita akan tersisihkan.
"Karena sekarang kan yang namanya 'pirtupir lending' itu sudah berbasisnya basis bunga. Sebab dengan bunga yang sangat tinggi, terjadi satu praktek riba yang maha dahsyat. Karena bunganya tinggi dan ini seolah-olah menjadi kesejahteraan rakyat, padahal sebenarnya ini suatu metode eksploitasi baru," jelasnya.
Poempida Hidayatulloh Djatiutomo, nama lengkap Pak Poempida mengintkan dalam konteks perekonomian itu suka atau tidak suka para pelaku ekonomi syariah harus siap menghadapi. Serta jangan bosan-bosan melakukan sosialisasi, bahwa basis perekonomian yang benar itu adalah basis perekonomian syariah yang berdasarkan bagi hasil basisnya. Kalau sistem bunga itu mau tidak mau apalagi dengan bunga tinggi itu pasti riba dan ribanya itu sangat menyengsarakan.
"Tujuan saya sebenarnya membukakan cara berfikir terhadap anak-anak mahasiswa, karena ketika mereka sudah mempunyai satu garis pemikiran yang baik, begitu mereka masuk ke dunia nyata mereka akan siap dan akan kuat dan tentu mereka punya konsep-konsep secara teori ekonomi syariah yang mereka kuasai," terangnya.
Pejabat kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, menambahkan, praktek perekonomi syariah bisa dilakukan secara informal dengan pinjam meminjam sistem bagi hasil. Melalui sistem bagi hasil, 80 persen perekonomian Indonesia berbasis UMKM, kalau praktek kerja sama gotong royong seperti itu dibudidayakan walaupun tidak formal yang penting mensednya sama kepercayaan terbentuk.
"Saya rasa ekonomi syariah bisa sangat berkembang dengan sangat cepat, ketimbang basis-basis kapitalisme yang sekarang kita lihat," imbuhnya.
Sementara itu pengasuh pondok pesantren Al-Rosyid, KH. Alamul Huda mengucapkan terimakasih atas pengalaman dan pemantapan ilmu mengenai perekonomian syariah. Sehingga para siswa dapat mengerti dan memahami tantangan kedepan.
"Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat. Serta kuliah umum ini belum tentu bisa diterima saat proses belajar mengajar," pungkas Gus Huda.
Tampak dalam kuliah umum selain para mahasiswa, beberapa dosen kampus yang baru berdiri itu begitu antusias mengikuti acara tersebut. Termasuk banyak mahasiswa maupun siswa kelas XII MA Al-Rosyid bertanya soal ekonomi syariah dan tantangannya kedepan.(ito)
Tag : al rosyid, kuliah
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini
Loading...