Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Mbah Bi, Perajin Tikar Pandan Tak Lekang oleh Zaman

blokbojonegoro.com | Sunday, 06 September 2020 11:00

Mbah Bi, Perajin Tikar Pandan Tak Lekang oleh Zaman

 

Kontributor : Herman Bagus

blokBojonegoro.com -  Saat ini tikar pandan jarang ditemui di pasaran. Meski begitu, hal itu tak membuat para perajin tikar dari bahan daun berduri itu pensiun. Terbukti,  kerajinan tikar anyaman pandan masih ditekuni Rebi (62) warga Desa Sengon, Kecamatan Ngambon, Bojonegoro.

Meski tak lagi muda, ia masih cekatan menganyam potongan-potongan daun pandan liar untuk dijadikan tikar. Dia termasuk ahli membuat tikar secara tradisional di desanya,

Saat tim blokBojonegoro.com mengunjunginya, Mbah Bi sedang asyik menganyam pandan.  Dia memanfaatkan waktu luang di tengah kesibukannya bertani di sawah.  Bahan utama tikar yang  dia buat adalah pandan besar yang mudah dicari di sekitar hutan dekat dengan rumahnya. Untuk memproses pandan butuh seutas senar berguna sebagai alat membuang duri-duri pandan. 

Mbah Bi mengaku, ilmu membuat tikar didapatkan dari nenek moyangnya yang  diwariskan secara turun-menurun.Beliau pun sudah sejak dari kecil mempelajarinya dan sekarang telah mahir. 

"Cara membuat tikar sangat sederhana pertama ambil beberapa helai pandan kemudian buang durinya dengan menggunakan senar dan dipotng menjadi beberapa helai kecil, setelah pandan agak layu dianyam, saat sudah menjadi anyaman yg berbentuk persegi panjang pinggir-pinggirnya dijahit juga dengan menggunakan pandan kemudian dijemur dibawah terik matahari," jelas nenek yang biasa di sapa Mbah Bi itu.

Biasanya pandan akan kering kurang lebih tiga hari jika cuaca panas. Perlu keterampilan khusus untuk membuat tikar pandan ini dan tidak semua orang bisa melakukannya karena memang  agak susah untuk orang awam.

Mbah Bi dalam sehari bisa membuat 3 sampai 4 tikar, dan harga tikar tradisional ini cukup hanya merogoh kocek Rp25.000. "Alhamdulillah bisa buat tambahan biaya untuk sehari-hari," ucapnya. 

Akan tetapi sayang beribu sayang saat ini tikar tradisional telah kalah bersaing dengan tikar modern buatan pabrik yang jauh lebih menarik dan awet. Memang tradisi ini perlu dilestarikan agar budaya membuat tikar tradisional tak lekang oleh zaman. [her/lis]

Tag : Tikar, pandan



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini