Peran Remaja Masjid Era Milenial
blokbojonegoro.com | Thursday, 26 November 2020 11:00
Oleh: Usman Roin*
ENTAH mengapa, bila bicara remaja masjid, penulis memiliki semangat untuk memberi motivasi kepada mereka. Selain memiliki pengalaman praksis di remaja masjid, mulai dari Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT), BKPRMI Kota Semarang dan Jawa Tengah, dan sekarang menjadi Majelis Pembina PRIMA-DMI Jawa Tengah, juga keprihatinan penulis akan besarnya potensi masjid yang tidak diimbangi dengan menyiapkan generasi milenial sebagai estafet penerus ketakmiran.
Coba sesekali buka data potensi masjid yang ada secara nasional. Karena berdasarkan data website simas.kemenag.go.id, di mana per 24 November 2020 ini data masjid secara nasional sebanyak 271.605 bangunan. Pertanyaan yang bisa diajukan kemudian adalah, berapa remaja masjid yang aktif, eksis, hingga inovatif membangun organisasi remaja masjid?
Keprihatinan penulis ternyata sama dengan pakar kemasjidan Drs. H. Ahmad Yani. Dalam buku beliau berjudul “Saran Untuk Pengurus Masjid” (2019:43) menguraikan bahwa regenerasi bagi pengurus masjid adalah suatu keharusan. Salah satunya merekrut potensi remaja melalui wadah organisasi remaja masjid agar kemajuan dan kosistensi masjid dalam syiar, dakwah, dan sosial senantiasa dirasakan kemanfaatannya.
Dalam buku beliau yang lain berjudul “Mencintai Masjid” (2017:37-37) bahwa masjid dikatakan idel bila memiliki remaja masjid. Tidak sebatas ada tetapi nihil kegiatan, melainkan ikut memakmurkan masjid melalui kuantitas program ala remaja dan bervariasi. Sebagai misal selalu mengadakan penerimaan remaja masjid baru, melaksanakan pengajian rutin, kursus dan pelatihan (kepemimpinan, khatib, jurnalistik, hingga multimedia), baksi sosial atau yang lainnya.
Remaja masjid era milenial yang serba cakap dalam menggunakan teknologi sudah seharusnya dioptimalkan potensinya untuk ikut memakmurkan masjid. Terlebih era pandemi Covid-19 ini, teknologi menjadi sarana yang ampuh untuk tetap memakmurkan kegiatan kemasjidan berbasis teknologi. Jika demikian adanya, generasi milenial yang tidak bisa lepas dari teknologi sudah seharusnya diarahkan untuk memberikan kemanfaatan lebih kepada kebaikan. Salah satunya ikut aktif menjadi remaja masjid kemudian membuatkan akun sosmed (facebook, youtube, instagram) untuk membantu mensyiarkan kebaikan masjid berbasis digital.
Potensi Bahaya
Jika generasi milenial hari ini tidak diarahkan dan diseimbangkan antara kecakapan teknologi dan penggunaannya untuk kebaikan, generasi instan akanlah tercipta. Selanjutnya dengan minimnya etika, rasa sosial akan terjadi pula. Maka tidak ayal, memanggil generasi milenial hari dibutuhkan panggilan yang berulang-ulang. Oleh sebab, keasyikan yang tiada tara saat menggunakan gadget berwujud saling timpal-menimpali chat medsos yang dimiliki.
Tentu sedikit hal membahayakan di atas, dapat dicegah bila kita sebagai orangtua sadar bahwa anak adalah sebagai generasi milenial perlu didekatkan pada masjid. Kehadiran masjid menjadi penting untuk generasi milenial sebagai upaya membina keimanannya dari waktu ke waktu. Meminjam bahasa Ahmad Yani dalam bukunya “Penduan Memakmurkan Masjid” (2018:112) agar milenial hari ini betul-betul dapat menjadi harapan keluarga, agama, bangsa dan negara, mereka harus mendapatkan bimbingan dan arahan sebaik-baiknya. Dalam kaitan dengan masjid, organisasi remaja masjid adalah sarana membentuk, membina dan mengembangkan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Oleh karena itu, agar milenial hari ini memiliki cinta terhadap masjid caranya adalah: Pertama, dengan mengajak mereka turut serta aktif berjamaah di masjid. Celakanya, tidak banyak orangtua sekarang mengajak anaknya jamaah aktif ke masjid dan disandingkan di sebelahnya. Kalaupun ke masjid, mereka dibiarkan berkelompok dengan teman sebaya yang akhirnya timbullah kegaduhan saat ibadah berlangsung. Maka, mengajak anak kemasjid juga berarti mengontrol tingkah laku anak agar memiliki kebiasaan ibadah yang baik. Sehingga kelak bila orangtua berhalangan ke masjid, kebiasaan diri menjaga kebaikan dalam beribadah akan terwujud.
Kedua, dalam konteks kemasjidan pula, generasi milenial menjadi penting sebagai tulang punggung dan harapan besar proses pemakmuran masjid masa kini dan mendatang. Di masa kini, generasi milenial bisa belajar mengobservasi program kemasjidan yang dirancang oleh takmir sebagai bagian dari memakmurkan masjid. Untuk selanjutnya, mencoba menjadi bagian dari pelaksana program pemakmuran masjid, hingga pada masa mendatang terwujud kematangan, dan siap menjadi bagian utama pilar penopang memakmurkan masjid agar lebih inovatif.
Ketiga, sebagai generasi yang memiliki kreativitas tinggi, sudah seharusnya kontribusi dialamatkan kepada masjid. Tidak disimpan, melainkan disalurkan, diasah sebagai bekal membangun kepercayaan diri untuk ikut mengedukasi masyarakat. Bila perlu, kreativitasnya sudah sejak dini sedekahkan untuk membuktikan, bahwa dari remaja masjid juga bisa sukses sebagaimana kesuksesan yang rengkuh oleh milenial pada umumnya.
Akhirnya, jika hal di atas disadari bersama-sama, tentu estafet ketakmiran akan dinamis karena memiliki stok generasi yang mumpuni. Dan itu sangat ditunggu dari kesediaan pemuda, remaja untuk ikut memakmurkan masjid.
*Penulis adalah Pengurus Majelis Alumni IPNU Bojonegoro dan Majelis Pembina Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA-DMI) Provinsi Jawa Tengah.
Tag : usman roin, remaja masjid, remas, peran pemuda, peran remaja masjid, milenial
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini