Stok Minyak Goreng di Pasar Tradisional Langka, Ini Kata Pelaku UMKM
blokbojonegoro.com | Wednesday, 09 February 2022 17:30
Stok minyak goreng di Pasar Tradisional Bojonegoro langka. (Lizza/blokbojonegoro.com)
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut, kelangkaan minyak goreng seharusnya tidak terjadi. Sebab, secara hitungan, kebutuhan minyak goreng masyarakat Jawa Timur yang mencapai 59.000 ton per bulan. Angka itu mampu terpenuhi dengan kapasitas produksi pabrik yang mencapai 62.000 ton per bulan. Artinya, terdapat surplus sebesar 3.000 ton.
Seperti diketahui, Pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi minyak goreng per 1 Februari 2022. Satu liter minyak goreng curah dihargai Rp11.500. Minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp13.500 per liter dan minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter.
Pantauan blokBojonegoro.com sejumlah pelaku UMKM di Kabupaten Bojonegoro kesulitan mendapatkan pasokan minyak goreng akibat ketersediaan di sejumlah ritel modern dan pasar tradisional yang terbatas.
Seperti yang diungkapkan oleh Dani, pedagang kelontong di Pasar Tradisional Bojonegoro, persediaan minyak goreng kemasan berbagai merek sudah langka di pasaran sejak seminggu ini.
"Minyak goreng curah kemarin jual Rp13.200 sekarang stoknya habis. Ada orang-orang yang punya stok lama dan justru menjualnya lebih mahal," ungkap Dani.
Hal senada disampaikan oleh Arien salah satu pedagang/grosir di Pasar Tradisional Bojonegoro, persediaan minyak goreng tetap ada. Hanya saja para pedagang mendapatkan pengurangan jatah dari distributor.
"Biasanya saya mendapat jatah minyak goreng kemasan per item bisa 10-15 dus. Saat ini distributor melalui sales, per item hanya mendapat jatah 5 dus saja. Itupun dalam prakteknya saya sering mendapat 2 dus saja, bahkan setiap ada distribusi minyak goreng kemasan datang dalam hitungan jam ludes," papar Arin.
Di lokasi yang berbeda, blokBojonegoro.com mencoba mendatangi salah satu lokasi produksi tahu terbesar di Kabupaten Bojonegoro, menurut penuturan Bu Mur/Produsen Tahu Ledok, adanya campur tangan Pemerintah Pusat terkait pengendalian harga minyak goreng atau kebijakan satu harga, produsen tahu turut gembira. Namun, disayangkan adanya kurang kontrol distribusi minyak goreng ke daerah-daerah.
"Kondisi seperti ini, tentu sangat merugikan. Karena hampir semua UMKM mengunakan minyak goreng dalam proses produksi. Terlebih informasinya stok kosong antara 5 hingga 7 hari ke depan, sehingga berdampak pada perputaran ekonomi pelaku UMKM," sambung Bu Mur.
Lanjut Bu Mur, akibat kelangkaan minyak goreng di pasaran untuk mengantisipasi sekaligus memenuhi stok produksi setiap harinya. Ia bahkan menyetok beberapa kemasan untuk beberapa hari ke depan.
"Sekali goreng tahu saja kadang butuh sekitar 25 liter minyak goreng, jadi saya punya stok untuk hari ini dan besok saja. Malangnya ada beberapa produsen yang sudah terlanjur produksi tahu mentah. Tetapi stok minyak goreng menipis, sehingga tidak bisa digoreng. Tahu mentah hanya bisa bertahan 24 jam," pungkasnya. [liz/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini