15:00 . Gugat KPU ke Bawaslu, Bapaslon Nurul-Nafik: Silon Sering Error   |   06:00 . Setahun Jadi ISTeK ICsada, Akreditasi Kampus Ungu Dapat Predikat Baik   |   20:00 . PHE Raih Penghargaan dalam IPA Convex 2024   |   19:00 . Geliat Memperingati Hari Buku   |   18:00 . Tiga Klub Milik Exco PSSI Melenggang Babak 16 Besar Liga 3 Nasional   |   17:00 . HUT Dekranasda ke-44, Ketua Dekranasda Bojonegoro Ajak Kader Terus Gali Potensi dan Tingkatkan Kreatifitas.   |   16:00 . Bapaslon Nurul Azizah-Nafik Sahal Akan Gugat KPU Bojonegoro   |   15:00 . KPU Bojonegoro Kembalikan Berkas Dukungan Bapaslon Nurul Azizah-Nafik Sahal   |   14:00 . TP PKK Sarangan Gelar Pelatihan Racik Ramuan Toga   |   12:00 . Kacabdindik Bojonegoro Tuban Dukung Gerakan Kantin Halal bersama LP3H KAHMI   |   11:00 . Laga Pamungkas, Persibo Gagal Tumbangkan Adhyaksa Farmel FC   |   09:00 . Usung Anna Muawanah Maju Cabup Bojonegoro, PKB Beri Kebebasan Pilih Wakil   |   07:00 . MI Islamiyah Kepoh Gelar Munaqosah Tahfidz Juz 30 dan 100 Hadits Metode Yahqi   |   20:00 . Gudang Arsip Bank BTPN Bojonegoro Terbakar, Kerugian Capai Rp60 Juta   |   17:00 . Cegah Stunting, Pemdes Kauman Beri Pelatihan Inovasi Dawet Sayuran   |  
Sun, 19 May 2024
Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Membangun Sinergi Keberhasilan Belajar

blokbojonegoro.com | Sunday, 25 December 2022 08:00

Membangun Sinergi Keberhasilan Belajar

 

Oleh: Usman Roin *

blokbojonegoro.com - Selesainya penilaian akhir semester (PAS) baru-baru ini, menjadi pekerjaan rumah (PR) baru pemilik dan pengelola lembaga pendidikan. Artinya, lembaga pendidikan harus menyiapkan mekanisme lebih awal penerimaan peserta didik baru (PPDB), agar “calon peserta didik” memilih bersekolah dilembaganya. 

Tidak sekadar itu saja, pasca peserta didik diterima, ada konsekuensi lebih lanjut bagaimana lingkungan sekolah yang dipilih dikonstruk menyenangkan dan bisa mengantarkan peserta didik prestatif dalam belajar. Apalagi, dengan sistem zonasi yang diterapkan oleh Kemendikbud terbuka luas potensi peserta didik unggul, berprestasi serta memiliki kelebihan bidang kecerdasan merata dimiliki oleh sekolah. 

PR-nya adalah, sejauh mana lembaga pendidikan berhasil menjadikan peserta didik “unggul” sebagai instrumen belajar untuk peserta didik lain? Lalu bagi peserta didik, bagaimana membuktikan bila “milenial” yang mereka sandang hari ini adalah sosok pembelajar sejati?

Dua hal di atas menjadi penting untuk dijawab guna mengondisikan belajar “calon peserta didik” agar berhasil melalui pembelajaran di sekolah yang telah dipilih dengan baik. Sehingga alasan karena salah pilih sekolah tidak berakibat fatal terhadap semangat belajar mereka. 

Kenali Potensi

Guna menjawab fenomena di atas, hal utama sekolah harus mencermati potensi yang dimiliki oleh calon peserta didik. Hal itu bisa dilihat dari rekam jejak saat PPDB berlangsung sebagai pintu awal melihat sejauh mana potensi SDM yang dimiliki untuk kemudian dibesut, dikembangkan menjadi embrio “pembelajar” untuk yang lain. 

Langkah ini perlu dilakukan, karena penyebaran peserta didik prestatif seiring zonasi dimungkinkan “merata” di semua sekolah. Jika hal ini tidak ditangkap dengan baik Kepala Sekolah beserta stakeholder yang ada, penyebaran peserta didik prestatif tersebut hanya sia-sia belaka. Yang ada hanya akan menenggelamkan kelebihan yang mereka miliki serta muncul asumsi pilihan sekolah yang salah. Akibatnya, disorientasi belajar akan terjadi dan menjadi rintangan awal bila tidak diselesaikan oleh pihak sekolah.

Berdasar analisis tersebut, sekolah sudah seharusnya memetakan di awal tahun pelajaran tentang berbagai kelebihan-kekurangan input peserta didik yang dimilikinya. Setelah itu dilakukan penyamaan presepsi bahwa sekolah perlu mengantarkan keberhasilan belajar peserta didik melalui aktivitas yang dimiliki. 

Di samping itu, sekolah juga perlu merumuskan secara kreatif agar keberhasilan belajar peserta didik menjadi komponen yang harus di goal-kan. Sehingga paradigma positif masyarakat secara luas akan mulai terbangun, bahwa sekolah favorit itu merata adanya. Tidak terkooptasi oleh sekolah tertentu, melainkan sudah menjadi paradigma keseluruhan sekolah secara masif. Dasarnya peluang dan tantangan untuk membangun pendidikan bisa dilakukan oleh semua lembaga pendidikan. Pertanyaannya, mau atau tidak lembaga pendidikan melakukan hal ini?

Dari sisi orang tua, menyiapkan anak belajar dengan baik di manapun tentu harus diniatkan terlebih dahulu. Hal itu bisa dilakukan dengan mengontrol sejauh mana keinginan belajar di sekolah yang dipilih untuk kemudian menjadi alasan tidak semangat untuk belajar. 

Jika tahapan ini sudah, maka profil sekolah juga perlu diketahui oleh orang tua. Bagaimana budaya yang dibangun, track record prestasi, kualifikasi guru hingga kualitas alumni. Sehingga pada posisi ini, orang tua tidak lantas membiarkan anaknya “sekadar” sekolah, melainkan sudah ikut memenuhi dan bertanggung jawab terhadap sarana belajar apa saja yang diperlukan anak demi kelancaran pendidikan hingga motivasinya senantiasa semangat berprestasi.

Bila orang tua sudah berparadigma seperti itu, tentu ia akan senantiasa berpartisipasi, mengontrol anak selama di rumah. Bahkan bila diperlukan, orang tua akan menambah keinginan anaknya untuk diikutkan bimbingan belajar. Tujuannya, agar nuansa belajar anak menjadi komprehensif dari sisi kognitif, afektif dan psikomotorik. 

Jika itu belum memungkinkan, solusi belajar bersama dengan teman-temannya adalah langkah bijak agar konsistensi belajar tetap dilakukan oleh anak. Jika berhasil, reward dari orang tua tidak ada salahnya diberikan sebagai stimulus belajar agar anak lebih giat menjalani jenjang pendidikan yang akan dilalui.

Adapun bagi calon peserta didik, kewajiban belajar dengan sebaik-baiknya perlu disematkan. Sebab, masih banyak sekali anak Indonesia di luar sana yang tidak bisa bersekolah. Entah itu karena faktor jarak, hingga faktor ekonomi. Justru bagi calon peserta didik yang hari ini diberi kesempatan belajar, bersyukur dengan niat akan sungguh-sungguh belajar selama di sekolah yang akan dipilih. 

Jangan sampai belajar hanya dijadikan asal-asalan. Dampaknya, pasti asal bersekolah dan sekadar lulus saja. Padahal, peserta didik harus ulet, giat belajar hingga kemudian bisa membanggakan kedua orang tua sebagai balas budi jerih payah biaya pendidikan yang dikeluarkan berjenjang, mulai dari tingkat Paud hingga Perguruan Tinggi (PT).

Akhirnya, ruang belajar peserta didik akan terwujud manakala sekolah dengan segala fasilitas yang dimiliki dipersiapkan sejak dini. Begitu juga orang tua sebagai bagian dari tiga pilar pendidikan ikut mengawasi belajar anaknya selama di rumah. Adapun peserta didik sendiri, sungguh-sungguh belajar. Itu karena ada tanggung jawab yang dibebankan kepada peserta didik sekarang yakni, calon generasi pemimpin masa depan. Mari kita sadari bersama!

* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri Bojonegoro, Pengurus PAC ISNU Balen.

 

Tag : Pendidikan, UAS, pas



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

  • Monday, 19 February 2024 20:00

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG Perwakilan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12, Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina mengunjungi kantor redaksi blokBojonegoro.com (Blok Media Group/BMG), di BMG CoWorking Space, Jalan Semanding-Sambiroto, Desa Sambiroto, Kecamatan...

    read more

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat