07:00 . Melawat ke Persipal, Pertaruhan Persibo   |   20:00 . Jelang Konfercab, 3 Kader Berebut Kursi Ketum PC PMII Bojonegoro   |   18:00 . KKN 13 UNUGIRI Sukses Gelar Program "English Fun" di Desa Sumberharjo   |   17:00 . Ayo...! Ikuti Duta Pemuda Pelopor 2025   |   15:00 . KAI Daop 8 Operasikan 8 KA Tambahan, 3 Kereta Melintas di Bojonegoro   |   13:00 . Siapkan Lebih Awal, Dinpora Sosialisasikan Pemuda Pelopor untuk Target Nasional   |   10:00 . Tanam 4.100 Pohon, Pertamina EP Sukowati Field Targetkan Kurangi Dampak Perubahan Iklim   |   19:00 . Waka DPRD Jatim Sosialisasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok di Bojonegoro   |   16:00 . Tiba-tiba Oleng, Bus di Bojonegoro Santap Pemotor dan Halte   |   07:00 . Tim Abdimas UTM Melakukan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat melalui Optimasi Sistem Informasi dan Bantuan Alat Produksi Modern di UMKM Souvenir Murah Bojonegoro   |   05:00 . Tingkatkan Pemahaman Literasi Hukum dan Numerasi, Dosen UNUGIRI Bekali Siswa-siswi MI Nurul Huda Jelu   |   22:00 . Pekan Seni Kerakyatan, Lestarikan Kesenian Tradisional di Bojonegoro   |   20:00 . Kadis Perdagangan Bojonegoro Bantah Tuduhan Pungli Pendirian Toko Modern   |   15:00 . Tim Pengabdian UNUGIRI Berikan Strategi Tingkatkan Mutu Pendidikan di LP Ma'arif Kabupaten Bojonegoro   |   07:00 . Bulan Jumadil Akhir, Ini Larangan Khusus?   |  
Tue, 10 December 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Proklamator Republik Indonesia Pernah Singgah di Bojonegoro Semalam ?

blokbojonegoro.com | Wednesday, 14 February 2024 17:00

Proklamator Republik Indonesia Pernah Singgah di Bojonegoro Semalam ?

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Rumah arsitektur Kolonial Hindia - Belanda yang berada di Jalan Panglima Sudirman, Bojonegoro. Rupanya memiliki sejarah apik. Rumah menghadap ke selatan di utara lampu merah itu sekali waktu pada 1957, pernah disinggahi oleh Sang Proklamator, Presiden Soekarno.

Tampak seorang pria paruh baya berkaos hijau bernama asli Burhan (66) membenarkan cerita terkait rumah singgah Presiden Soekarno. Namun sayangnya tidak ada satu peninggalan foto atau dokumen terkait singgahnya sang proklamator tersebut.

"Saya kali pertama dengar cerita dari ayah. Presiden Soekarno pernah menginap di rumah ini sekitar tahun 1957," ungkap Burhan.

Namun ketika Bung Karno singgah di rumah tersebut, kala itu pemiliknya belum keluarga Burhan. Melainkan, pemiliknya Kepala Karesidenan Bojonegoro (kini Bakorwil) Raden Mochtar.

Lalu di tahun 1958, rumah tersebut dijual Raden Mochtar dan dibeli pasutri Haji Erfan dan Hajah Aisyiah yang merupakan kakek-nenek Burhan. Pasutri tersebut merupakan pengusaha jagal sapi.

Burhan tak bisa bercerita banyak alasan lawatan Ir. Soekarno ke Bojonegoro. Setahunya, presiden hanya menginap sehari. Lalu esoknya pergi ke Kediri. Cerita-cerita lainnya pun hanya sepotong-sepotong.

"Rumah itu sebelumnya juga ditinggali oleh orang Belanda, tepat ketika Ibu saya masih remaja. Nenek pernah bercerita kalau dulu tiap lewat rumah itu kerap melihat orang Belanda sedang membaca koran," ucapnya.

Sekitar tahun 1977 saat Burhan masih kuliah di Surabaya, ada orang Belanda tetapi ia lupa namanya saat berkunjung ke rumahnya untuk memotret dan melihat-lihat. Menurut pengakuan orang Belanda itu masa kecilnya dulu di rumah tersebut.

Di tengah obrolan gayeng, Burhan mengajak masuk ke rumah kuno tersebut. Bahkan kondisinya masih sangat terawat dan hampir 95 persen desain interior maupun eksterior sekaligus arsitekturnya masih asli. Lanjut Burhan, kala itu menurut penutur Kakeknya Arsitektur bangunan tersebut ialah Saudagar keturunan Arab.

"Yang dirubah atap saja, sesekali diperbaiki. Lainnya tidak ada perubahan alias masih asli, ada beberapa benda peninggalan juga dari Dinasti Ming bahkan ranjang Soekarno ketika lawatan di Bojonegoro," ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT 11 Kelurahan Kepatihan.

Ketika memasuki ruang tengah, tim Bojonegoro walking tour juga diajak menjelajahi kenangan masa lampau. Selain ranjang yang pernah ditempati Soekarno ketika melakukan lawatan di Bojonegoro, rupanya juga terdapat beberapa peninggalan benda bersejarah lainnya.

Bahkan menurut Burhan, kala itu di Tahun 1994. Ketika itu, keluarga kami sedang pergi ke Jakarta. Ada salah seorang tetangga yang punya toko di sebelah rumah, konon barang-barang di rumah hilang saat itu hujan deras. Dan yang tersisa saat itu hanya benda peninggalan Dinasti Ming.

"Dibobol maling benda sejarah hilang semua. Hanya tersisa guci keramik peninggalan Dinasti Ming, waktu itu juga pernah barang-barang di sini ditawar oleh seorang kolektor," cerita Pria paruh baya tersebut.

Ketika memasuki area dapur dan belakang rumah, juga disuguhkan sebuah bangunan kuno yang masih kokoh. Diantaranya pintu-pintu yang menjulang tinggi dan atap yang berasal dari genting.

"Ciri khasnya bangunan kuno era Kolonial itu, kamar mandi di belakang dan terpisah dari rumah induk. Selain itu material juga kuat dan kokoh, serta bangunan luas," bebernya.

Saat disinggung status kepemilikan terkait bangunan tempat persinggahan Bung Karno tersebut, menurut Burhanudin. Rupanya Pemerintah sempat ingin menjadikan Cagar Budaya, namun ia sendiri tidak bisa memutuskan.

"Karena harus ada konsekuensi dari PBB, kala itu Pemprov Tingkat 1 tidak bisa memutuskan sendiri bangunan yang menjadi hak milik pribadi lalu dijadikan Cagar budaya," imbuhnya.

Berdasar buku yang ditulis Willem Oltmens berjudul Mijn vriend Sukarno (Bung Karno Sahabatku), Presiden Soekarno pergi ke Bojonegoro tanggal 9 Juli 1957 bersama istri ke-empatnya, Hartini. Salah satu rumah di Jalan Panglima Sudriman (Pangsud) pernah menjadi tempat bermalam Soekarno untuk mengadakan rapat raksasa di Alun-Alun Bojonegoro.

Kedatangan Bung Karno tentu juga melakukan koordinasi dengan pemerintah Bojonegoro. Dimana pada waktu itu sistem pemerintahan di daerah-daerah belum begitu teratur, dan Indonesia di sekitar awal kemerdekaan.

"Dalam buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro (1988), dijelaskan bahwa sejak 25 Februari 1950 seluruh daerah Provinsi Jawa Timur telah pulih kembali. Samadikoen sebagai gubernur Jawa Timur mulai saat itu mempunyai tanggung jawab penuh atas jalannya pemerintahan dan kesejahteraan rakyat," ulasnya.

Menurut UUD 1945 Bab VI, pasal 18 tentang pembagian daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil, maka lahir pemerintah daerah yang bersifat otonomi. Sejak saat itu Kab. Bojonegoro menjadi daerah otonom.

Status itu berlangsung sampai sekarang mesikpun nama daerah sering berganti, pernah sebagai Daerah Swatantra, Daerah Swatantra Tingkat II, dan Kabupaten Dati II Bojonegoro dimana bupati sebagai kepala daerah.

"Willem Leonard Oltmens adalah jurnalis dan penulis dari Belanda. Tulisan Willem yang menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi ketika Bung Karno pinarak Bojonegoro bisa kamu lihat di Digitale Bibliotheek voor de Nederlandse Lettern (DBNL). Willem Oltmens juga memberikan gambaran tentang Bojonegoro yaitu sebuah kota kecil yang nyaman di Jawa Timur," tutupnya. [liz/mu]

 

Tag : Bung karno, rumah zaman belanda, sejarah bojonegoro, cagar budaya



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat