Silent Majority Menangkan Paslon di Quick Count, Ini Kata Akademisi FISIP Universitas Brawijaya
blokbojonegoro.com | Wednesday, 21 February 2024 15:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah selesai, hasil hitung cepat menunjukkan pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meraih perolehan suara di kisaran 57-59%. Kemudian disusul oleh pasangan calon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan kisaran angka 23-25% dan pasangan calon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan kisaran angka 16-17%.
Angka hasil hitung cepat ini kemudian memunculkan istilah Silent Majority atau pemilih yang selama ini bersikap diam dan memberikan pembuktian saat pemungutan suara.
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Dr. Verdy Firmantoro S.I.Kom., M.I.Kom mengungkapkan, silent majority ini adalah orang yang memilih pasif dalam perdebatan publik tetapi bisa besar raihan suaranya.
Dimana orang-orang grass-root yang tentunya mereka tidak banyak mewarnai perdebatan publik tapi mereka menjadi pemilih aktif, dan betul-betul datang ke TPS menyuarakan aspirasinya. "Itu yang menjadi penyebab mendulangnya angka bagi paslon 02, Prabowo dan Gibran," ungkap Verdy Firmantoro.
Doktor lulusan Universitas Indonesia ini juga menilai silent majority ini berasal dari kalangan grassroot yang mendapatkan bantuan sosial, orang yang merasakan sentuhan sentuhan kesejahteraan pada level bawah. Sebab, masyarakat kalangan menengah bawah yang sebetulnya mampu mempengaruhi suara publik, sehingga suara 02 besar.
Tipologi masyarakat Indonesia sebenarnya tidak siap jika dipertemukan pertarungan demokrasi secara liberal. Artinya, ada pertarungan terbuka, saling menyerang, saling berbeda pandangan, saling memberi sentimen yang masyarakat Indonesia tidak terlalu.
"Justru orang yang diberikan sentimen negatif itu malah mendapat pantulan positif. Sentimen negatif ke kubu 02 berbuah suara ke masyarakat, karena masyarakat merasa iba atau kasihan," ucapnya.
Tentu dalam konteks beliau (Prabowo Subianto) sudah 4 kali mencalonkan diri. Dan inilah yang membuat masyarakat kalangan bawah/grassroot ingin memberikan kesempatan ke beliau atas perjuangan yang dilakukan.
"Sisi lain, suara-suara kritis yang mengulik kasus di Mahkamah Konstitusi dan yang lain-lain dianggap sebagai persoalan elite yang familiar dengan suara kritis. Dan pertimbangan yang rasional dan tidak tersentuh ke level masyarakat bawah atau grass-root," ujarnya.
Fenomena Silent Majority juga makin membesar karena politik kontemporer yang dilakukan oleh paslon 02 dengan selebgram dan influencer. Karena mampu menggerakkan anak muda dalam menikmati politik itu seolah-olah bagian dari hal yang entertainment.
"Kemudian membuat mereka tertarik dengan figur gemoy, cara-cara yang lebih entertainment. Itulah yang pada kontestasi kali ini cukup membuktikan membawa dampak elektoral bagi bergeraknya anak muda dalam mencoblos," beber Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya itu. [liz/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini