06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |   16:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z, Acara untuk Generasi Muda Bojonegoro   |   14:00 . Tim PkM Dosen UNUGIRI Berikan Pendampingan P5 dan PPRA di Lembaga Pendidikan   |   13:00 . Wujudkan Lansia Bermartabat, PD 'Aisyiyah Bojonegoro Gelar Lokakarya Kelanjutusiaan   |   12:00 . Tim KKN 44 UNUGIRI Observasi di Desa Grabagan   |   06:00 . Menilik Pasukan Kopi Rakyat Jelita Pada Kompetisi Nyethe Rokok Kenduri Cinta 2 Wahono-Nurul   |   21:00 . Barisan Muda Bangga Bojonegoro Siap Menangkan Wahono-Nurul   |   20:00 . Setyo Wahono ajak Ketum PP.Ansor, Addin Jauharudin Bermain Fun Badminton   |   19:00 . Empat Kades Terdakwa Korupsi Pembangunan Jalan di Bojonegoro Dituntut 5 Tahun Penjara   |   18:00 . Diduga Tak Sesuai Spesifikasi, Dua Pembangunan Jalan di Bojonegoro Disidik Kejaksaan   |   17:00 . Judi Online Sebabkan 978 Pasangan di Bojonegoro Cerai   |   16:00 . Jumping Teknologi, Wenseslaus Manggut: Tantangan dan Peluang Industri Media Digital   |   15:00 . Suwarjono: Media Lokal saat ini Tidak Baik-baik Saja, Inilah Tantangan di Tengah Digitalisasi   |  
Fri, 22 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Geliat Memperingati Hari Buku

blokbojonegoro.com | Friday, 17 May 2024 19:00

Geliat Memperingati Hari Buku

Oleh: Usman Roin*

blokBojonegoro - Hari ini Jumat (17/5/24) kita memperingati hari buku nasional (Harbuknas). Pada awalnya, peringatan tersebut dilatarbelakangi oleh catatan UNESCO, terhadap rendahnya minat baca orang dewasa Indonesia (15 tahun ke atas) pada angka 87,9 persen, lebih rendah dari negara Malaysia (88, 7 persen), Vietnam (90,3 persen) dan Thailand (92,6 persen).

Selain problem melek huruf, Harbuknas yang diperingati pertama kali tahun 2002, eranya Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar, juga dilatar belakangi oleh rendahnya penjualan buku, di mana Indonesia hanya mampu mencetak rata-rata 18.000 buku per tahun, jauh di bawah negara Asia seperti Jepang (40.000) dan Cina (140.000) judul.

Lalu, bagaimana memperingati Harbuknas kekinian?

Pertama, ya kita membaca. Yang penulis maksud adalah menenteng buku sambil membaca di mana pun dan kapan pun selagi ada kesempatan.

Perlu diketahui, membaca sambil menenteng buku, adalah bagian dari kampanye literasi -baca- yang akhir ini sepi, lesu, dan nihil ditemukan pada ruang publik.

Jarang ditemukan kala bepergian buku dibaca. Kala menunggu janjian dengan teman, buku dikeluarkan dan membaca. Ketika rapat belum mulai, buku juga dibaca. Kemudian sambil menunggu dosen, buka buku lalu membaca.

Terlebih, sampai saat ini, belum terdengar bakal calon walikota hingga bupati yang memberi perhatian all out terhadap literasi membaca bagi warganya. Bila ada, tentu penulis akan respek memilihnya.

Alhasil, saat kita membaca yang tidak ada temannya, dan tempatnya berada di ruang publik, terkesan seperti alien yang terasing di negeri sendiri serta minder kala dikata "kutu buku."

Sehingga wajar bila budaya membaca buku di Indonesia jarang ditemukan di ruang publik. Yang jamak ya di perpustakaan, di ruang kelas. Itu pun terkadang masih "terpaksa" karena ada amar tugas entah dari guru maupun dosen.

Sedikit cerita, dulu awal kuliah S1, penulis juga tidak suka membaca. Seiring dengan pergaulan, tumbuhlah motivasi baca dari teman seangkatan yang cakap dan pintar. Setelah penulis telusuri, ternyata dia rajin membaca dan mengoleksi buku.

Kedua, berkunjung ke perpustakaan. Ke perpustakaan bagi penulis, juga bisa dijadikan sarana memperingati Harbuknas. Kita yang masih “eman” keluarkan uang untuk membeli buku, bisa datang tanpa beban ke perpustakaan untuk membaca.

Terlebih, kini sudah banyak perpustakaan update buku-buku terbaru yang bisa dibaca di tempat maupun dipinjam untuk dibawa pulang.

Selain update buku terbaru, perpustakaan kini juga sudah bertransformasi mendesain ruangannya se-nyaman mungkin. Tujuannya, agar membaca menjadi pewe kala membaca serta menjadi sebagai tempat nongkrong favorit se lavel cafe dan warung kopi.

Hanya saja, jumlah perpustakaan sebagaimana penulis maksud, belumlah banyak. Inilah PR sebenarnya pengelola perpustakaan baik Pemda, kampus, maupun sekolah hingga madrasah.

Ketiga, membeli buku. Harbuknas juga bisa diperingati dengan membeli buku baik offline yakni, dengan membeli di toko buku secara langsung, maupun pesan via online di online shope.

Perlu disadari, dengan membeli buku, kita sudah punya modal untuk membaca. Karena membaca tidak akan terwujud bila bahan bacaannya -sebagai modal- tidak dimiliki. Agar punya bahan bacaan, usahanya tidak lain adalah dengan cara membeli buku.

Bila kita sudah memiliki banyak koleksi buku, keperuntukannya tidak sekadar untuk mendidik suami, istri, hingga anak. Yang utama justru, mendidik kita sendiri untuk terbiasa membaca, hingga bisa menjadi kebiasaan inspiratif di lingkungan keluarga.

Puasa Makan

Alkisah, dalam hal membeli buku -agar memiliki bacaan baru- penulis sampai rela puasa makan. Dalam arti puasa beneran, hingga makan yang tidak enak -dengan menu seadanya- agar bisa membeli buku.

Terbaru, dalam bulan Maret-Mei 2024, penulis telah membeli lima buku yang menunjang disiplin keilmuan.

Mulai dari bukunya Syekh Prof. Dr. Fadhl Ilahi Zhahir berjudul "Nabi Sang Guru", kemudian Dr. Mustafa Muhammad al-Thahah berjudul "Muhammad Sang Guru", lalu Syekh Dr. Ahmad Farid berjudul "Sirah Nabawiyah: Menggali Sisi Pembinaan Karakter (Tarbiyah) ala Rasulullah Saw", kemudian Asadullah Al Faruq berjudul "Nabi Muhammad Saw yang Jarang Sakit", dan Aba Mehmed Agha berjudul "Kiat Hidup Sehat ala Rasulullah Saw."

Dengan demikian hadirnya Harbuknas ini mari kita gunakan sebagai sarana bijak membaca. Di mana pun dan kapan pun itu. Karena jauh sebelum Harbuknas ini lahir, Nabi Muhammad Saw telah mengingatkan kita untuk membaca (iqra').

Artinya, iqra' yang dimaksud meminjam bahasa Prof. Ahmad Tafsir (2019:103) adalah wajib belajar dan meneliti. Itu karena, Allah Swt telah menyediakan dua sumber belajar, yaitu Al-Qur'an dan al-Kawn (alam semesta) yang menjadi tempat manusia menimba pengetahuan.

Selamat Harbuknas, dan mari meng-iqra' kedua sumber tersebut melalui karya-karya buku yang telah lahir. Selanjutnya hasil bacaan buku, kita lanjutkan dengan melahirkan karya-karya serupa agar terjadi kontinuitas munculnya buku dan pembaca-pembaca baru masa depan. Amin ya rabbal 'alamin.

* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri dan Pengurus PAC ISNU Balen, Bojonegoro.

 

Tag : Hari buku, baca, membaca



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat