Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

2 Kelompok Pemuda Saling Lempar Nasi, Tradisi Sawuran di Tondomulo saat Sedekah Bumi

blokbojonegoro.com | Wednesday, 05 June 2024 18:00

2 Kelompok Pemuda Saling Lempar Nasi, Tradisi Sawuran di Tondomulo saat Sedekah Bumi Aksi Sawuran di Gunung Panji Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem. (Foto: blokBojonegoro.com/Parto)

Reporter: Parto Sasmito

blokBojonegoro.com - Suasana di Gunung Panji, Desa Tondomulo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (5/6/2024) begitu ramai. Tampak 2 kelompok pemuda masing-masing berkaos hitam dan putih saling lempar nasi seperti sedang tawuran.

Mereka saling melempar nasi yang sudah dikepal berbentuk bulat, bahkan nasi dari serangan lawan juga dilempar kembali sampai mengenai lawan dan mengotori rambut hingga pakaian lawannya.

Aksi saling serang nasi berlangsung sekitar 5 menit. Setelah selesai, mereka saling berjabat tangan dan berpelukan satu sama lain.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari tradisi masyarakat Desa Tondomulo yang disebut dengan Nyadran Sawuran Sedekah Bumi Gunung Panji.

Kepala Desa Tondomulo, Yanto menjelaskan, prosesi dari Nyadran Sawuran Sedekah Bumi Gunung Panji dilaksanakan setiap tahun setelah musim panen sebelum Bulan Suro di hari Rabu Pon.

"Tradisi Sawuran, merupakan rangkaian dari Sedekah Bumi 3 dusun, yaitu Dusun Jantok, Tondomulo, dan Kedungbulus. Sebelumnya pada Selasa malam Rabu, ada ritual di punden yang dihadiri kepala desa dan perangkat desa," ujar Yanto.

Kemudian pada Rabu mulai pukul 10 pagi, dilaksanakan kirab gunungan hasil bumi yang diarak ke Sendang Panji. Berikutnya, menjalankan upacara, menceritakan silsilah dan sejarah adanya tradisi ini.



"Setelah sawuran, pada malam hari digelar tayub," kata Yanto.

Kepala Dusun Jantok, Noto mengungkapkan, dulu ada Joko Kelono yang mengembara dari desa satu ke desa lain hingga menemukan tempat yang damai dan tentram yaitu Gunung Panji. Kemudian menikah dengan putri selir Raja Mojopahit, dan mempunyai 2 putra yaitu Raden Panji Laras dan Raden Panji Saputro.

Kedua putra tersebut tidak pernah cocok di bidang apapun dan terjadi perselisihan. Oleh masyarakat diyakini sebagai tradisi, sehingga membuat buceng atau ambeng untuk makan bersama di tempat Gunung Panji.

"Saat makan bersama tidak semua mendapat bagian dan terjadi rebutan, sehingga saling lempar nasi. Kini tradisi itu dikenal dengan Sawuran," ulas Noto.

Dengan dilaksanakan Nyadran Sawuran Sedekah Bumi Gunung Panji, diyakini setelah usai upacara adat, masyrakat akan merasa tenteram dan damai.

"Serta, mendapatkan hasil panen yang melimpah dan dijauhkan dari marabahaya," pungkasnya.

Tradisi Sawuran, masuk dalam pencatatan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2021 dengan nomor 2021010513. [ito/red]

Tag : sawuran, Nyadran Sawuran Sedekah Bumi Gunung Panji, tondomulo, kedungadem, bojonegoro, jawa timur



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini