KUR BRI Bojonegoro Dorong Kemajuan Klaster Petani Melon
blokbojonegoro.com | Tuesday, 25 June 2024 09:00
Reporter : Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Perkenalan Mujito dengan melon berawal dari ketidaksengajaan. Di tahun 1995, Mujito bermain ke rumah temannya di Kawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sanalah, ia kemudian disuguhi buah melon yang baru dikupas saat dirinya tiba. Itu pertama kalinya Mujito melihat dan makan buah melon.
Sebelumnya, ia hanya pernah mendengar nama buah itu. Terkesan dengan rasa manis dan segar buah melon, Mujito izin membawa pulang biji melon tersebut. Ia kemudian menanamnya di lahan persawahan milik orang tuanya. Saat itu, di daerahnya buah melon masih langka dan belum banyak orang tahu.
Berbeda dengan panen semangka yang selalu ludes terjual saat masih di ladang, pada tahun 1996 saat panen melon pertama, Mujito bingung ke mana harus menjualnya. Setelah berbagai usaha yang dilakukan, Mujito akhirnya menemukan satu pedagang di pasar buah Bojonegoro yang bersedia membeli melonnya. Sejak saat itu, ia termotivasi terus menanam melon hingga sekarang.
"Gagal panen berkali-kali, macem-macem masalahnya. Kadang bagus dari awal, tapi buahnya enggak manis. Saya cari terus kenapa bisa gitu, guru saya ya (tanaman) melon itu sendiri. Dulu kan enggak ada orang yang bisa ditanya karena di sekitar saya enggak ada yang menanam melon, handphone juga belum kayak sekarang, sekarang ada masalah apa bisa tanya google,” cerita Mujito kepada blokBojonegoro.com.
Mujito kemudian berinisiatif mengikuti KUR BRI untuk mengembangkan kebun melonnya. Manfaat KUR BRI untuk pengembangan kebun melon dirasakan Mujito, petani holtikultura yang sudah menekuni tanaman melon sejak tahun 1996. Mujito pertama kali mengajukan KUR BRI pada 2014 silam. Saat itu, ia butuh modal lebih besar karena baru pertama kali menanam melon premium golden.
"Saya ucapkan terima kasih, BRI punya program KUR yang sangat membantu petani. Saya sudah pakai KUR bertahun-tahun, sekarang banyak teman petani melon juga (mengajukan KUR),” ujar Ketua Paguyuban Petani Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.
Mujito mengungkapkan, ia dan empat petani melon binaannya memanfaatkan KUR BRI untuk cadangan jika sewaktu-waktu mereka kekurangan modal di tengah jalan. Mengingat varietas melon yang dikembangkan adalah jenis premium, perawatannya pun membutuhkan biaya ekstra. Ada kalanya uang KUR BRI baru dimanfaatkan pada fase akhir sebelum tanaman melon memasuki masa panen.
"Modal awal Rp15 juta, bisa menghasilkan uang Rp 45 juta sampai Rp60 juta setiap kali panen. Keuntungannya lebih banyak sejak tidak menjual melon ke kepada tengkulak," imbuhnya.
Setiap kali panen, Mujito bahkan menyulap kebun miliknya menjadi agrowisata. Para pembeli datang dari berbagai daerah di Bojonegoro bahkan luar kota untuk memilih langsung melon yang ingin mereka beli. Mujito menggunakan konsep marketing unik, pembeli gratis makan melon sepuasnya saat berada di kebun melon.
“Akhirnya mereka merasakan melonnya enak, terus belinya tambah banyak,” ungkap Mujito sembari tertawa kecil. [liz/mu]
Tag : Petani, petani melon
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini