Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Terapkan Zero Waste, Pria Asal Klangon Manfaatkan Daun Kering Jadi Kompos Organik

blokbojonegoro.com | Monday, 29 July 2024 14:00

Terapkan Zero Waste, Pria Asal Klangon Manfaatkan Daun Kering Jadi Kompos Organik

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Pengolahan sampah seperti daun-daun kering di pekarangan rumah, menjadi sumber energi memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan dan menjadi energi bagi masa depan.

Sebab, potensi pengolahan sampah ini sangat besar karena sebagian besar masyarakat masih menganggap sampah biomassa sebagai barang tidak berguna, dan membuangnya ke tempat pembuangan akhir. Lebih buruknya lagi masih banyak masyarakat di Indonesia, termasuk di Bojonegoro, yang membakar sampah sembarangan hingga menimbulkan pencemaran atau polusi udara.

Agar hal tersebut tak terjadi lagi, salah satu warga asal Kelurahan Klangon RT (7), Bojonegoro, Jawa Timur, Moch Agus Salim (53) berinisiatif mengolah daun-daun kering yang berserakan di halaman rumah menjadi kompos alami.

Hal ini bermula ketika ia mengikuti pelatihan pembuatan pupuk alami di Balai Desa Klangon pada tahun 2020 lalu, melalui sumber Dana Alokasi Umum (DAU) 2020 APBD Kabupaten Bojonegoro.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai wiraswasta pembibitan tanaman ini mengungkapkan, bahwa rumah tangga menjadi salah satu penyumbang sampah setiap harinya. Namun masih banyak masyarakat yang langsung membuang sampahnya di TPS atau tempat pembuangan sampah sementara.

"Justru kalau daun-daun kering tersebut diolah tentu saja bisa menghasilkan nilai guna, seperti kompos misalnya. Kalau dibiarkan hanya menjadi polusi udara karena dibakar begitu saja," ungkap salim sapaan karibnya.

Langkah mengolah kompos dari daun kering, pertama kumpulkan sampah dari daun kering yang berguguran di pekarangan rumah (pastikan tidak terkontaminasi dengan bahan kimia). Kemudian dimasukan ke dalam tong bekas yang sudah diberikan lubang dan selang, lalu dihancurkan agar mempercepat proses dekomposisi.

Alhasil selain membuat pekarangan rumah menjadi bersih dan rapi juga akan mengubah sampah daun kering menjadi kompos, baik berbentuk pupuk organik kering maupun pupuk organik basah.

"Ini hasil pencampuran dengan sampah rumah tangga yang telah dikumpulkan. Pembuatan kompos dari daun kering ini membutuhkan waktu 2 Minggu sebulan, setelah menjadi kompos langsung digunakan memupuk tanaman," ujarnya.

Namun dalam proses pembuatan tersebut masih dilakukan secara manual. Dikarenakan belum adanya mesin pencacah. Sehingga kerap letih, dan terpaksa dilakukan saat terdapat waktu senggang.

"Kendala pada mesin. Manual itu harus dicacah, dibuat partikel kecil-kecil supaya proses pembusukannya lebih cepat. Kita gunakan parang dan dipotong-potong menjadi beberapa bagian kurang lebih empat centimeter sudah layak untuk dijadikan kompos," jelas dia.

Jika tak dilakukan pencacahan tentu proses pupuk itu akan memakan waktu yang lumayan lama. Diperkirakan untuk yang melalui proses pencacahan hanya memerlukan durasi 2 bulan tanaman tersebut siap panen. "Kalau tak dicacah bisa enam bulan, dan hasilnya tak sesuai dengan yang diharapkan. Artinya menghasilkan pupuk yang kualitasnya kurang bagus,” terang pria asal Klangon itu kepada blokBojonegoro.com

Hingga saat ini, pupuk organik tersebut pangsa pasarnya masih warga sekitar saja. Selain karena kemasannya masih biasa, juga belum adanya label. Terkadang pupuk organik tersebut juga kerap digunakan pada media tanaman tabulampot.

"Sebenarnya buat pupuk organik dari daun itu lebih banyak digunakan untuk media tanaman tabulampot. Seperti sawo, kedondong maupun kelengkeng. Setelah tanaman tersebut tumbuh subur dan berkembang, saya cangkok lalu jual lagi di warga sini yang punya usaha pembibitan," bebernya.

Ia berharap, melalui inisiasi zero waste dengan memanfaatkan sampah daun kering tersebut. Selain mengurangi penumpukan sampah, juga meningkatkan kuantitas kompos. Dengan cara membandingkan kompos olahan pabrikan, baik dari pasar, logo maupun kemasan.

"Harapannya ke depan bisa produksi kompos dari organik. Tapi harus diperhitungkan terlebih dahulu baik logo dan kemasan supaya menarik," pungkasnya.[liz/lis]

 

 

Tag : kompos, lingkungan, sampah



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini