13:00 . Dugaan Pungli PPPK Disdik Bojonegoro, Total Capai Rp400 Juta   |   12:00 . Gramedia Resmi Hadir di Bojonegoro, Tawarkan Banyak Promo hingga Diskon 70 Persen   |   08:00 . Dugaan Pungli Rp380 Juta di RSUD Bojonegoro, Inspektorat: Masuk Pidana Umum   |   06:00 . Dari IRT, Konsisten Membatik hingga Berdayakan Masyarakat Sekitar   |   14:00 . Bau Tembakau PT Sata Tec Menyengat, Belajar Siswa PAUD dan TK Ngungsi di Balai Desa   |   12:00 . Sidak PT Sata Tec, Pimpinan DPRD Bojonegoro Mual-mual: Sangat Ironi Jika Izinnya Keluar   |   09:00 . Sambut Momen Haji 2025, JSIT Daerah Bojonegoro Wilayah Timur Sukses Gelar Manasik Haji Sinergi dengan 4 Lembaga   |   22:00 . Polisi Mulai Selidiki Dugaan Pungli Rp380 Juta di RSUD Bojonegoro   |   19:00 . Bojonegoro Wastra Batik Festival 2025 Segera Digelar: Pamerkan Batik Tradisional hingga Modern   |   15:00 . Koramil Kepohbaru Bojonegoro Gelar Donor Darah, Wujud Kepedulian terhadap Kesehatan Masyarakat   |   13:00 . Sinergi Zona 11 dan 12, Dorong Ekonomi Desa Lewat GAYATRI   |   20:00 . Dosen UNUGIRI Prodi BSA Kenalkan Metode AR Kubus Pada Guru Bahasa Arab Naungan LP Ma'arif Bojonegoro   |   13:00 . Puluhan Pelatih Bojonegoro Lolos Lisensi PSSI, Siap Tingkatkan Pembinaan Usia Dini   |   21:00 . Makam Raden Citro Yudho Tetap Utuh, Meski Bangunan dan Tanah Longsor   |   21:00 . Kondisi Megaproyek Tebing Rp40 M di Bojonegoro Makin Parah, Belum Ada Perbaikan   |  
Thu, 05 June 2025
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Bahaya Fanatisme: Tawuran dan Kekerasan yang Kian Membudaya

blokbojonegoro.com | Sunday, 02 March 2025 16:00

Bahaya Fanatisme: Tawuran dan Kekerasan yang Kian Membudaya

Pengirim : Mochammad Zakaria

blokBojonegoro.com -  Fenomena tawuran yang semakin marak seolah menjadi sesuatu yang lumrah dalam kehidupan masyarakat. Kejadian ini sering kali dipicu oleh fanatisme kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya. Sayangnya perilaku semacam ini tidak memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, justru sebaliknya hanya akan menimbulkan kerugian dan dampak negatif yang berkepanjangan.
 
Fanatisme adalah sikap berlebihan dalam mengidolakan atau mendukung sesuatu tanpa mempertimbangkan rasionalitas. Orang yang fanatik cenderung bersikap kaku dalam berpikir, menolak pendapat berbeda, serta mengabaikan nilai-nilai objektivitas dan toleransi. Tentu menyukai sesuatu baik itu artis, klub sepak bola, maupun perguruan silat adalah hal yang wajar selama masih dalam batas yang sehat. Namun ketika fanatisme berubah menjadi sikap agresif dan eksklusif, dampaknya justru merusak tatanan sosial.
 
Salah satu contoh nyata adalah fanatisme terhadap perguruan silat yang kerap berujung pada tawuran dan tindakan anarkis. Tidak jarang aksi kekerasan ini menimbulkan korban jiwa, bahkan orang yang tidak terlibat pun bisa menjadi sasaran. Ironisnya, sebagian pelaku justru merasa bangga dengan tindakan mereka, seolah-olah kekerasan adalah simbol kehormatan. Padahal, dibandingkan berlomba-lomba dalam prestasi, mereka justru sibuk mencari pengakuan kosong yang tidak memiliki arti.
 
Hal serupa terjadi dalam dunia sepak bola. Fanatisme terhadap klub tertentu kerap menjadikan olahraga ini sebagai ajang permusuhan. Bukannya menikmati pertandingan sebagai hiburan dan ajang sportivitas, banyak suporter justru menjadikannya alasan untuk bertikai dan menciptakan kerusuhan. Esensi sepak bola sebagai olahraga yang menyatukan justru hilang karena sikap fanatik yang berlebihan.
 
Dalam beragama saja, sikap fanatik sudah dilarang oleh nabi. Mereka yang merasa memiliki ajaran yang paling benar, justru sangat arogan terhadap orang lain. Muslim Sontoloyo kalau kata Presiden Soekarno dulu. Sabda Nabi bahwa "Sebaik-baik suatu perkara adalah yang tengah-tengah," yakni tidak berlebihan terhadap satu kelompok, suku, ras atau golongan tertentu.
 
Fanatisme yang tidak terkendali telah menghilangkan rasionalitas dalam bertindak. Amarah lebih dominan dibanding akal sehat dan kekerasan dijadikan solusi dari setiap konflik. Namun pada akhirnya, semua ini hanya menghasilkan kehancuran tanpa ada manfaat sedikit pun. Menang dalam sebuah tawuran tidak memberikan keuntungan apa pun selain kepuasan sesaat yang semu. Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai masyarakat yang beradab menolak fanatisme buta dan menggantinya dengan sikap yang lebih rasional dan bertanggung jawab.
 
*Penulis adalah Mahasiswa UNUGIRI Bojonegoro

Tag : tawuran, budaya, fanatisme



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

  • Saturday, 31 May 2025 08:00

    Warga Ngantulan Adakan Kerja Bakti

    Warga Ngantulan Adakan Kerja Bakti Agar saluran air menjadi lancar, warga Dusun Ngantulan RT.21/RW.006, Desa Bulu, Kecamatan Balen mengadakan kerja bakti yang dimulai pukul 07.00-10.00 Wib, Jumat (30/5/25)....

    read more

Lowongan Kerja & Iklan Hemat