Oleh: M. Mubasyarum Bih
Bolehkah Memberikan Zakat Fitrah kepada Non-Muslim?
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu. Peranannya tidak hanya berkaitan dengan ubudiyyah murni, namun juga berfungsi untuk membangun kesejahteraan sesama, karena itu zakat disebut dengan ibadah ghairu mahdlah.
Zakat secara garis besar ada dua, zakat mal dan zakat fitrah atau bisa juga disebut zakat badan. Baru-baru ini banyak bermunculan pertanyaan dan diskusi tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitrah. Di antaranya adalah berkaitan dengan penerima zakat fitrah. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah, bolehkah zakat fitrah diberikan kepada non-Muslim? Dalam hal ini, para ulama mazhab berbeda pendapat.
Dalam mazhab Syafi’i, zakat fitrah tidak diperbolehkan diberikan kepada non-Muslim, baik kaya atau miskin, dzimmi (yang berdamai) atau harbi (yang memerangi). Larangan tersebut juga berlaku untuk zakat mal.
Larangan tersebut berlandaskan dalil hadits Nabi saat mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal:
صدقة تؤخذ من أغنيائهم ÙØªØ±Ø¯ على Ùقرائهم
“Sedekah yang diambil dari orang kaya mereka (Muslimin), kemudian diberikan kepada orang faqir mereka (Muslimin). (HR al-Bukhari dan Muslim)
Namun, boleh memberikan bagian dari harta zakat kepada non-Muslim yang menjabat sebagai petugas penimbang, humasi atau penjaga harta zakat. Kebolehan tersebut bukan pemberian atas nama zakat, namun atas nama upah dari pekerjaan mereka (dari bagian amil zakat).
Dalam kitab al-iqna’ dijelaskan:
Ùˆ ) الخامس (لا ØªØµØ Ù„Ù„ÙƒØ§ÙØ±) لخبر الصØÙŠØÙŠÙ† صدقة تؤخذ من أغنيائهم ÙØªØ±Ø¯ على Ùقرائهم ØŒ نعم الكيال والØÙ…ال ÙˆØ§Ù„ØØ§Ùظ ونØÙˆÙ‡Ù… يجوز كونهم ÙƒÙØ§Ø±Ø§ مستأجرين من سهم العامل لأن ذلك أجرة لا زكاة .
وإنما جاز ÙÙŠ الØÙ…ال والكيال ومن ذكر معهما أن يكون ÙƒØ§ÙØ±Ø§ أو هاشميا أو مطلبيا لأن ما يأخذه العامل أجرة لا زكاة Ø› لأن الاستئجار أخرجه عن كونه زكاة ØÙ‚يقة كما ذكره الشارØ
“Yang kelima, tidak sah zakat kepada non-Muslim karena hadits al-Bukhari dan Muslim ‘Sedekah yang diambil dari orang kaya mereka (Muslimin)’, kemudian diberikan kepada orang faqir mereka (Muslimin). Namun, penakar, pembawa, penjaga dan sesamanya boleh dari seorang non-Muslim yang disewa dari bagian amil, sebab hal tersebut adalah upah, bukan zakat.” (Syekh al-Khathib al-Syarbini, al-Iqna’ Hamisy Hasyiyah al-Bujairami, juz 6, halaman 394)
Dalam komentarnya atas keterangan di atas, Syekh Sulaiman al-Bujairimi menegaskan:
وإنما جاز ÙÙŠ الØÙ…ال والكيال ومن ذكر معهما أن يكون ÙƒØ§ÙØ±Ø§ أو هاشميا أو مطلبيا لأن ما يأخذه العامل أجرة لا زكاة Ø› لأن الاستئجار أخرجه عن كونه زكاة ØÙ‚يقة كما ذكره الشارØ
“Dibolehkannya petugas distribusi dan penakar serta yang disebutkan bersama keduanya dari non-Muslim, Bani Hasyim dan Bani Muthallib, sebab harta yang diambil oleh amil adalah upah, bukan zakat, sebab penyewaan jasa mengeluarkan harta tersebut dari zakat secara hakikat, sebagaimana yang disebutkan pensyarah.” (Sulaiman al-Bujairimi, Hasyiyah al-Bujairimi ‘ala al-Iqna’, juz.6, hal.394).
Menurut pandangan Imam Abu Hanifah dan muridnya Muhammad, dibolehkan memberikan zakat fitrah kepada non-Muslim dzimmi yang fakir. Landasan mereka adalah ayat:
Ø¥ÙÙ† ØªÙØ¨Ù’دÙواْ الصَّدَقَات٠ÙÙŽÙ†ÙØ¹Ùمَّا Ù‡ÙÙŠÙŽ ÙˆÙŽØ¥ÙÙ† ØªÙØ®Ù’ÙÙوهَا ÙˆÙŽØªÙØ¤Ù’تÙوهَا الْÙÙقَرَاءَ ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ خَيْرٌ لّÙÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙŠÙÙƒÙŽÙÙ‘ÙØ±Ù عَنكÙÙ… مّÙÙ† Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¦ÙŽØ§ØªÙÙƒÙمْ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu.” (QS al-Baqarah: 271)
Ayat tersebut tidak membedakan fakir yang Muslim dan non-Muslim, kecuali dalam masalah zakat mal, karena ada larangan khusus dalam haditsnya sahabat Mu’adz, yang kedudukannya men-takhsish ayat ini.
Alasan lainnya, memberikan zakat kepada kafir dzimmi yang fakir adalah termasuk mendatangkan kebaikan kepada mereka, dan hal tersebut bukan merupakan larangan dalam syari’at.
Syekh Wahbah al-Zuhaili mengatakan:
وهل يجوز صرÙها إلى أهل الذمة؟ قال أبو ØÙ†ÙŠÙØ© ومØÙ…د يجوز، لقوله تعالى: (إن تبدوا الصدقات Ùنعما هي، وإن تخÙوها وتؤتوها الÙقراء، Ùهو خير لكم، ÙˆÙŠÙƒÙØ± عنكم من سيئاتكم) من غير ØªÙØ±Ù‚Ø© بين Ùقير ÙˆÙقير، وعموم هذا النص يقتضي جواز صر٠الزكاة إليهم، إلا أنه خص منه الزكاة Ù„ØØ¯ÙŠØ« معاذ، وقوله تعالى ÙÙŠ Ø§Ù„ÙƒÙØ§Ø±Ø§Øª (ÙÙƒÙØ§Ø±ØªÙ‡ إطعام عشرة مساكين) من غير ØªÙØ±Ù‚Ø© بين مسكين ومسكين، إلا أنه خص منه Ø§Ù„ØØ±Ø¨ÙŠ Ø¨Ø¯Ù„ÙŠÙ„ ØØªÙ‰ لا يكون ذلك إعانة لهم على قتالنا، ولأن صر٠الصدقة إلى أهل الذمة من باب إيصال البر إليهم، وما نهينا عن ذلك
“Apakah boleh memberikan zakat fitrah, kafarat dan nadzar kepada ahli dzimmah? Abu Hanifah dan Muhammad menyatakan boleh, karena firman Allah, ‘Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu’ (QS. Al-Baqarah: 271). Ayat ini tidak membedakan status agama fakir yang menerima zakat, keumuman nash ini menuntut dibolehkannya berzakat kepada non-Muslim, hanya dari dalil tersebut dikecualikan zakat mal karena haditsnya sahabat Mu’adz, dan berdasarkan ayat tentang kafarah, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari (QS al-Maidah: 89). Ayat ini tidak membedakan status agama miskin, kecuali kafir harbi yang ada larangan khusus sehingga pemberian zakat tidak menolong mereka untuk memerangi kita. Argumen lain, pemberian zakat fitrah kepada ahli dzimmah tergolong memberikan kebaikan kepada mereka dan kita tidak dicegah untuk hal tersebut.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3, halaman 310)
Dalam pandangan mazhab Hanbali ditegaskan, boleh memberi zakat (termasuk zakat fitrah) kepada non-Muslim yang menjadi panutan di kelompoknya ketika terdapat salah satu dari dua alasan. Pertama, diharapkan keislamannya. Kedua, ketika dikhawatirkan aksinya dapat menyerang orang Islam. Pemberian zakat kepada non-Muslim dengan ketentuan di atas diambilkan dari bagian muallaf qulubuhum.
Syekh Ibnu Quddamah mengatakan:
Ø§Ù„Ù…Ø¤Ù„ÙØ© قلوبهم قسمان: ÙƒÙØ§Ø± ومسلمون، وهم جميعا السادة المطاعون ÙÙŠ عشائرهم كما ذكرنا
ÙØ§Ù„ÙƒÙØ§Ø± ضربان (Ø£ØØ¯Ù‡Ù…ا) من يرجى إسلامه Ùيعطى لتقوى نيته ÙÙŠ الاسلام وتميل Ù†ÙØ³Ù‡ إليه Ùيسلم ÙØ§Ù† النبي صلى الله عليه وسلم يوم ÙØªØ مكة أعطى صÙوان بن أمية الامان واستصبره صÙوان أربعة أشهر لينظر ÙÙŠ أمره وخرج معه إلى ØÙ†ÙŠÙ†ØŒ Ùلما أعطي النبي صلى الله عليه وسلم العطايا قال صÙوان: مالي؟ ÙØ£ÙˆÙ…Ø£ النبي صلى الله عليه وسلم إلى واد Ùيه إبل Ù…ØÙ…لة Ùقال " هذا لك " Ùقال صÙوان هذا عطاء من لا يخشى الÙقر (والضرب الثاني) من يخشى شره Ùيرجى بعطيته ك٠شره وك٠شر غيره معه.
ÙØ±ÙˆÙ‰ ابن عباس أن قوما كانوا يأتون النبي صلى الله عليه وسلم ÙØ§Ù† أعطاهم مدØÙˆØ§ الاسلام وقالوا هذا دين ØØ³Ù†ØŒ وإن منعهم ذموا وعابوا
“Muallaf qulubuhum ada dua, Muslim dan non-Muslim, mereka semua adalah tuan yang menjadi panutan di kelompoknya seperti yang telah kami sampaikan. Non-Muslim ada dua. Pertama, orang yang diharapkan keislamannya, maka diberikan zakat agar niatnya memeluk islam kuat dan dapat mencondongkan hatinya untuk memeluk islam, sesungguhnya Nabi saat pembebasan kota Mekah memberikan jaminan keamanan kepada Shofwan bin Umayyah, dan Shofwan menguji Nabi selama empat bulan untuk melihat sikap beliau dan keluar bersama Nabi di perang Hunain. Saat Nabi memberinya beberapa pemberian, Shofwan mengatakan, apa ini?. Lalu Nabi berisyarah menuju bukit yang terdapat unta di dalamnya, Nabi mengatakan, ini untukmu. Shofwan menjawab, ini adalah pemberian orang yang tidak takut faqir. Kedua, non-Muslim yang dikhawatirkan keburukannya, maka diharapkan pemberian zakat kepadanya dapat mencegah keburukannya dan para pengikutnya. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa suatu kelompok datang kepada Nabi, bila Nabi memberi mereka, maka mereka memuji islam dan berkata, ini adalah agama yang baik. Bila Nabi tidak memberi, mereka mencela.” (Ibnu Quddamah al-Maqdisi, al-Syarh al-Kabir, juz 2, hal 697)
Meski ada celah pembenaran memberikan zakat fitrah kepada non-Muslim, dalam kondisi normal dan masih banyaknya umat Islam yang miskin, sebaiknya hal tersebut tidak dilakukan. Dalam konteks ini lebih utama memberikan zakat fitrah kepada seorang Muslim, sebab zakat dapat membantu mereka untuk melakukan ketaatan.
Syekh Wahbah al-Zuhaili mengatakan:
وأما ما سوى الزكاة من صدقة Ø§Ù„ÙØ·Ø± ÙˆØ§Ù„ÙƒÙØ§Ø±Ø§Øª والنذور، Ùلا شك ÙÙŠ أن صرÙها إلى Ùقراء المسلمين Ø£ÙØ¶Ù„Ø› لأن الصر٠إليهم يقع إعانة لهم على الطاعة
“Adapun selain zakat dari sedekah fitri, kafarat dan nadzar, tidak diragukan lagi mengalokasikannya kepada orang Islam yang fakir lebih utama, sebab memberikan kepada mereka dapat membantu mereka melakukan ketaatan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3, halaman 310)
Wallahu a‘lam.
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published