Geliat Rajut Terus Menanjak, PRIMA Garap 2.500 Orderan Ekspor

Reporter: M. Anang Febri

blokBojonegoro.com - Sejumlah 18 perajut dari Kelompok Perempuan Indonesia Merajut (PRIMA) mengikuti Pelatihan Pecah Pola Tas Rajut Motif Double Crochet Stripe yang berlangsung selama 3 hari 21-23 Oktober 2025 di Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan Penyandang Disabilitas tahun 2025 yang yang diinisisasi oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL)-SKK Migas serta dilaksanakan oleh Yayasan Sri Sasanti Indonesia (YSSI).

"Sepanjang tahun 2025 permintaan tas rajut yang masuk ke saya cukup tinggi namun dengan model yang berbeda-beda. Bulan Oktober ini ada permintaan model tote 2.500 buah dan sebagian akan dikerjakan oleh para perajut PRIMA Kabupaten Bojonegoro dan Tuban" ujar Murwanti, pelatih sekaligus mitra pembeli dari DuaE Craft Yogyakarta. 

Salah seorang peserta pelatihan dari Desa gayam, sekaligus koordinator perajut, Wainem, mengatakan bahwa dengan menguasai banyak model maka peluang mendapatkan pesanan secara kontinyu menjadi lebih besar.

"Kalau sudah terbiasa saya optimis sehari bisa menyelesaikan 2 tas dalam sehari. Dengan ongkos Rp. 30.000 per tas artinya saya bisa dapat Rp. 60.000 sehari" ungkap Wainem.

Bersama dengan anggotanya, Wainem sampai saat ini telah memproduksi lebih dari 42.000 buah yang dipasarkan melalui beberapa mitra pembeli di Yogyakarta.

"Dulu sebelum ada rajut, hampir setiap hari setelah beres-beres rumah saya hanya tiduran sambil lihat drama online. Tapi setelah saya bisa merajut dan ikut orderan, saya merasa lebih berguna karena bisa dapat tambahan uang" ungkap Hartini, Koordinator PRIMA Kecamatan Kalitidu.

Terpisah, Kepala Desa Pungpungan Slamet Harihadi menyampaikan bahwa di sekitar wilayah Pungpungan Kelompok Rajut PRIMA sangat popular.

"Buk Tin (Hartini) sering saya ajak kalau ada kesempatan promosi produk. Harapan saya produknya bisa dikenal lebih luas lagi" ujar Hari.

Saat ini jumlah perajut PRIMA yang ada di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban sekitar 100 orang dengan tingkat keterampilan mahir dan menengah. Berbagai produk rajut yang mereka hasilkan antara lain tas, dompet, boneka, gantungan kunci, taplak, cardigan, topi, syal dan lain-lain.

Bahan yang digunakan pun bermacam-macam, yaitu benang nilon, katun, towel dan yang terbaru adalah dari kantong plastik bekas. 

"Selain kemampuan rajut yang terus meningkat, diversifikasi produk melalui inovasi perlu untuk dilakukan, untuk itu, tahun ini kami memperkenalkan pendekatan baru dengan bahan plastik, produksi gantungan kunci, dan ekshibisi produk," tutur Marshya, penanggung jawab program dari EMCL.

Program Rajut ini terbukti telah memberikan dampak nyata bagi peserta. Sampai saat ini penghasilan yang diperoleh para perajut PRIMA telah mencapai Rp 1 milyar lebih. [feb/mad]