06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |   16:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z, Acara untuk Generasi Muda Bojonegoro   |   14:00 . Tim PkM Dosen UNUGIRI Berikan Pendampingan P5 dan PPRA di Lembaga Pendidikan   |   13:00 . Wujudkan Lansia Bermartabat, PD 'Aisyiyah Bojonegoro Gelar Lokakarya Kelanjutusiaan   |   12:00 . Tim KKN 44 UNUGIRI Observasi di Desa Grabagan   |   06:00 . Menilik Pasukan Kopi Rakyat Jelita Pada Kompetisi Nyethe Rokok Kenduri Cinta 2 Wahono-Nurul   |   21:00 . Barisan Muda Bangga Bojonegoro Siap Menangkan Wahono-Nurul   |   20:00 . Setyo Wahono ajak Ketum PP.Ansor, Addin Jauharudin Bermain Fun Badminton   |   19:00 . Empat Kades Terdakwa Korupsi Pembangunan Jalan di Bojonegoro Dituntut 5 Tahun Penjara   |   18:00 . Diduga Tak Sesuai Spesifikasi, Dua Pembangunan Jalan di Bojonegoro Disidik Kejaksaan   |   17:00 . Judi Online Sebabkan 978 Pasangan di Bojonegoro Cerai   |   16:00 . Jumping Teknologi, Wenseslaus Manggut: Tantangan dan Peluang Industri Media Digital   |   15:00 . Suwarjono: Media Lokal saat ini Tidak Baik-baik Saja, Inilah Tantangan di Tengah Digitalisasi   |  
Fri, 22 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

TK dan Pelajaran Membaca

blokbojonegoro.com | Friday, 16 February 2018 07:00

TK dan Pelajaran Membaca

Reporter: -

blokBojonegoro.com - Tahun 2007 saya pulang ke Indonesia, setelah 10 tahun tinggal di Jepang. Waktu itu anak saya dua. Anak pertama saya usia 5 tahun, sempat menikmati TK di Jepang. Adiknya baru 2 tahun. Anak pertama saya masukkan ke TK Islam di dekat rumah.
 
Ada perdebatan kecil dengan pengelola TK saat saya daftarkan anak saya.
 
“Anak Bapak sudah tertinggal jauh dari teman-temannya,” kata guru TK.
 
“Tertinggal apa?”
 
“Pelajaran, Pak. Hafalan doa dan surat pendek. Sulit dia mengejar ketertinggalan.”
 
“Oh, biar saja. Tidak masalah. Anak saya tidak hafal pun tidak masalah.”
 
“Nanti rapornya jelek, Pak.”
 
“Tidak apa-apa, Bu. Anak saya tidak diberi rapor juga tidak masalah. Saya tidak butuh rapor. Yang penting dia bisa berteman dan bermain.”
 
Akhirnya anak saya masuk. Kami tidak pernah meributkan soal hafalan dan rapornya. Selesai TK, dia masuk SD, sekarang sudah kelas 1 SMA.
 
Anak kedua kami masuk TK umum 3 tahun berikutnya. Kali ini tuntutan guru bukan soal hafalan, tapi soal pelajaran dan PR. “Kemajuan pelajaran anak Bapak lambat,” kata gurunya lapor.
 
“Pelajaran apa sih? Kan masih TK.”
 
“Ya, tapi sudah harus mulai belajar, Pak.”
 
“Tidak perlu. Tidak usah. Biar anak-anak main saja. Saya tidak keberatan kalau rapor anak saya jelek.”
 
Waktu itu sudah ada orang tua yang memberi anaknya les tambahan, agar anaknya bisa membaca. Gila!
 
Setiap semester guru anak saya selalu mengulang hal yang sama. Saya tidak pedulikan. Mereka khawatir soal anak saya saat masuk SD. Kenyataannya biasa saja. Dalam waktu singkat dia bisa belajar membaca.
 
Anak ketiga saya masuk TK yang sama, karena tidak ada lagi pilihan lain. Cerita yang sama berulang.
 
Saya kembali tegaskan, anak saya tidak perlu terlalu serius belajar membaca. Dia tidak bisa juga saya tidak anggap masalah. Dia juga masuk SD. Kebetulan waktu masuk SD juga tidak ada syarat harus bisa membaca.
 
Bagaimana kalau SD menetapkan syarat itu? Jangan masukkan anak ke sekolah itu. Itu sekolah sesat. Anak Anda akan dididik secara salah di situ. Carilah sekolah lain.
 
Apakah tidak khawatir anak kita akan tertinggal kalau tidak bisa membaca? Banyak SD yang meski tidak menetapkan syarat bisa membaca untuk masuk, tapi kemudian ngebut dengan materi pelajaran, berbasis asumsi bahwa anak-anak sudah bisa membaca. Jadi, bagaimana?
 
Tertinggal apa, sih? Anak kita itu baru SD, kelas satu pula. Anak punya tahapan perkembangan yang unik. Ada yang cepat, ada yang lambat. Kenapa ia harus dipaksa mengikuti standar anak lain?
 
Banyak orang tua yang gila rapor. Anak-anak diukur dengan angka-angka di atas kertas tes dan rapor. Orang tua stres kalau nilai anaknya rendah. Lalu anak ditekan dengan berbagai jenis pelajaran dan les, sampai mereka stres juga.
 
Pak, Bu, itu anakmu baru kelas 1 SD. Bukan besok dia mau cari kerja. Ada banyak kasus, anak yang lambat saat kelas 1-3, kelak melejit. Sebaliknya ada yang bagus kelas-kelas awal, tapi saat besar melempem.
 
Jangan panik dan kalap dengan nilai rapor. Kenali anak Anda, kenali potensinya. Kita harus jadi yang paling tahu, di bagian mana anak kita belum bisa, dan kita harus temukan cara untuk membuat dia bisa. Ingat, kita penanggung jawab pendidikan dia.
Anak saya nomor 3 termasuk lambat dalam belajar. Sekarang dia sudah kelas 4. Khususnya di pelajaran matematika, dia lambat. Diajari sekarang bisa, nanti malam dia sudah lupa lagi.
 
Tapi saya tidak khawatir. Saya terus ajari. Panduannya, dia bisa menangkap hal lain. Dia bisa berkomunikasi dengan benar. Dia tumbuh normal. Saya yakin, perlahan dia akan menguasai materi. Saya harus sabar, dan terus mendampingi dia.
 
Kenapa mesti gusar dengan hasil belajar anak yang masih kelas 1? Di fase itu yang penting bukan berapa nilai dia. Yang penting, dia menikmati proses belajar. Dia tidak merasakan belajar sebagai siksaan yang harus dia hindari.
 
Dia harus menemukan cara dia memahami sesuatu. Kita berada di dekat dia untuk membimbing dia menemukan jalan itu.
 
Sangat disayangkan bila ada orang tua yang justru tidak terlibat dalam proses itu, tapi hanya melihat angka-angka di atas kertas ulangan dan rapor anaknya.
 
*Sumber: kompas.com

Tag : Pendidikan, kesehatan, asmara



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat