Muhammad Melawan Kapitalisme
blokbojonegoro.com | Sunday, 18 November 2018 16:00
Oleh: MK ROSYID*
Kisah Nabi Muhammad tidak mungkin dilupakan umat Islam. Peranan Muhammad sebagai agen of change akan terus diteladani dan diinternalisasi oleh penganutnya. Hingga setiap 12 Rabiul Awal selalu diperingati sebagai kelahiran sosok yang membentuk hati dan pola pikir umat islam.
Muhammad dilahirkan di Makkah, Saudi Arabia. Saat kelahirannya bertepatan dengan serangan Raja Abrahah terhadap simbol umat Islam dunia yang dibangun Ibrahim.As dengan pasukan gajah, ka'bah.
Muhammad diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Arab merupakan bangsa dengan kondisi akhlaq kemanusiaannya hilang. Penindasan dan penghargaan kepada manusia tidak muncul di benak masyarakat Arab waktu itu. Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlaq, li utammima makaarimal akhlaaq.
Ada satu akhlaq berlebihan yang melebih batas nalar kemanusiaan. Yakni, penumpukan harta dan monopoli sumber ekonomi. Dalam kajian ilmiah modern, hal itu disebut kapitalisasi. Ada paham kapitalisme yang menguasai hati dan akal masyarakat Arab. Akibatnya, timbul kesenjangan ekonomi yang di luar batas kemanusiaan.
Selain sebagai nabi yang bertugas menyebarkan agama Islam dengan konsep tauhidisme yang diajarkan, memerangi kapitalisme adalah agenda Muhammad yang jarang disampaikan oleh ulama' saat menyampaikan dakwahnya. Kalaupun disampaikan, agenda memerangi kapitalisme yang dilakukan Muhammad hanya termasuk rangkaian dakwah Muhammad.
Dengan menggunakan pendekatan sosio-historis Asghar Ali Einggener melakukan kajian dakwah islam yang diajarkan Muhammad. Dalam perannya sebagai agen, Muhammad tidak sekedar meminta masyarakat Arab waktu itu untuk menyembah Tuhan. Praktik sosial-ekonomi yang dijalankan di Arab juga dikritisinya.
Menurut Asghar, Muhammad menilai ada tatanan sosial yang tidak adil. Masyarakat Arab terbagi dalam kabilah-kabilah yang saling bermusuhan akibat rasisme yang dimunculkan. Dalam hal ekonomi, praktik monopoli ekonomi yang berimplikasi pada terjadinya riba juga menggurita.
Muhammad mencoba mengkontekstualisasikan nilai-nilai islam ke dalam peradaban Arab. Kultur sosial Arab waktu itu tidak memberikan perempuan ruang untuk berekspresi. Sejak lahir perempuan sudah harus dikubur karena dianggap aib bagi sebuah keluarga. Perbudakan juga merajalela yang dilakukan oleh kaum mapan secara ekonomi terhadap kaum yang lemah.
Selain struktur sosial yang dihendak dirubah, struktur ekonomi yang monopoli dan eksplotatif yang dikuasai sekolompok kabilah mencoba disetarakan oleh Muhammad. Sumber Air zam-zam, yang saat ini juga dikelola secara kapitalistis oleh pemerintah Arab, sejak sebelum Muhammad telah dikelola dengan struktur kapitalistis oleh kelompok Quraiys Arab. Pusat perdagangan di sekitar masjidil haram dan ka'bah waktu itu juga dikelola sekelompok orang dan hasilnya juga hanya untuk sekelompok orang. Pada prkatiknya, ada pelaku eskploitasi dan yang dieksploitasi.
Kehadiran Muhammad memberikan perubahan revolusioner bagi masyarakat Arab waktu itu. Sehingga para penguasa ekonomi merasa terganggu dengan panji islam yang selalu dikibarkan. Sebab, efek islam yang diajarkan Muhammad akan menyadarkan masyarakat Arab untuk melakukan perlawanan terhadap para penguasa ekonomi yang menuntut pemerataan dan keadilan sosial-ekonomi.
Kontekstualisasi Sirrah Muhammad
Perkembangan teologi sekarang perlu melihat jauh ke belakang. Musuh utama Islam sejak Muhammad adalah memerangi ketidakadilan sosial dan ekonomi. Khotbah agama perlu direvitalisasi selain penekanan terhadap teologis juga perlu dipahamkan kepada penganut agama, ada struktur sosial dan ekonomi menindas. Akibatnya, terciptalah kelas-kelas masyarakat yang justru selalu menampakkan perbedaan kelas dan primordialisme golongan yang justru waktu itu diperangi Muhammad.
Islam harus mampu membantah tuduhan Karl Marx jika agama sebagai sebuah candu yang selalu mempertahankan status quo akibat perselingkuhan dengan penguasa dan korporasi.
Perkembangan agama di Indonesia saat ini masih dalam tahap menjaga ukhuwah islamiyah dan wathoniyah. Namun, syiar mewujudkan keadilan ekonomi belum terlihat dilakukan oleh kelompok-kelompok islam Indonesia. Islam memiliki tanggungjawab pembebasan terhadap penindasan ekonomi yang dilakukan korporasi maupun perorangan yang menimbulkan kesenjangan.
Kemunculan bank syariah sebagai solusi atas suburnya bank konvensional juga tidak memberikan efek apa-apa. Karena baik perbankan syariah maupun konvensional prinsip ekonominya sama, mencari bunga dari nasabah.
Bahkan, Asghar Ali Einggener dengan tegas mengatakan, meski menghadirkan perbankan tanpa bunga, belum mampau menjadi solusi atas ketimpangan ekonomi dunia. Bank hanya kamuflase untuk pelanggengan praktek eksploitasi kapitalis.
Praktek penguasaan ekonomi oleh kelompok masyarakat tertentu masih menjadi momok bagi bangsa yang justru mayoritas warganya umat muslim. Sementara, umat islam hanya masuk sebagai kategori kelas dua.
Islam sudah saatnya menyentuh aspek struktur sosial masyarakat hingga lapisan terbawah. Selain misi teologis, islam juga memiliki tanggungjawab terhadap perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat yang lebih baik. Langkah itu ditempuh semata-mata juga untuk memperkokoh iman dan taqwa masyarakat muslim nusantara kepada Allah SWT.
*Penulis adalah mantan aktifis Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro (FKMB) UIN Sunan Ampel Surabaya/sekarang politisi muda DPC PKB Bojonegoro.
Tag : muhammad, kapitalisme, arab
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini