21:00 . Diduga Membegal, Pria di Bojonegoro Nyaris Diamuk Warga   |   12:00 . Tinjau Uji Peningkatan Kapasitas Produksi, Ditjen Migas Kunjungi Lapangan Banyu Urip   |   09:00 . Fenomena Pernikahan Dini di Malang; Potret Kompleksitas Sosial yang Mendesak Solusi   |   21:00 . Dorong Siswa Bojonegoro Raih Pendidikan Kedinasan, Yayasan Mannah Sosialisasi Program MASE   |   18:00 . Pj. Bupati Bojonegoro Buka Langsung Seminar CAPD dan Resmikan Instalasi Dialisis   |   16:00 . Satpol-PP Bojonegoro Akui Tak Bisa Menindak Dugaan Toko Modern Ilegal   |   13:00 . Persibo Lengah Sedikit, Persela Bisa Menyalip   |   12:00 . RSUD Bojonegoro Luncurkan Instalasi Dialisis, Pasien Bisa Cuci Darah di Rumah   |   09:00 . Mahasiswa KKN Pintar 26 Desa Ngeper Berikan Pelatihan BUMDes Se Kecamatan Padangan   |   07:00 . Melawat ke Persipal, Pertaruhan Persibo   |   20:00 . Jelang Konfercab, 3 Kader Berebut Kursi Ketum PC PMII Bojonegoro   |   18:00 . KKN 13 UNUGIRI Sukses Gelar Program "English Fun" di Desa Sumberharjo   |   17:00 . Ayo...! Ikuti Duta Pemuda Pelopor 2025   |   15:00 . KAI Daop 8 Operasikan 8 KA Tambahan, 3 Kereta Melintas di Bojonegoro   |   13:00 . Siapkan Lebih Awal, Dinpora Sosialisasikan Pemuda Pelopor untuk Target Nasional   |  
Wed, 11 December 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

NU dan Pertanian

blokbojonegoro.com | Saturday, 01 December 2018 12:00

NU dan Pertanian

Penulis : Iskak Riyanto*

Mata pencarian penduduk Kabupaten Bojonegoro mayoritas sebagai petani. Mayoritas dari mereka diyakini petani NU, karena mayoritas penduduk Kabupaten Bojonegoro pengikut ormas yang didirikan oleh mbah Hasyim Asy'ari ini. Petani yang saya maksud disini, adalah petani yang mengelola tanaman pangan atau hortikultura. Bukan petani yang mengelola hewan dan ikan.

Sebab, sebenarnya namanya petani itu adalah seseorang yang mengelola tanaman, hewan dan ikan agar mendapatkan hasil yang maksimal. NU sebagai ormas terbesar  di Kabupaten Bojonegoro (di Indonesia juga pastinya), sudah tidak diragukan lagi perannya dalam ikut membangun negara. Banyak lembaga pendidikan yang didirikan mulai PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai PT (Perguruan Tinggi) dan pondok pesantren. Serta dibidang kesehatan rumah sakit punya dan bidang ekonomi seperti BMT, NU Mart komplet dimiliki NU. Termasuk kegiatan keagamaan yang tidak ada matinya seperti pengajian, tahlilan, yasinan, diba'an, manakiban dan lain-lain.

Tetapi kalau kita perhatikan dengan seksama dibidang pertanian NU belum menggarapnya. Padahal petani NU ini merupakan aset dan potensinya luar biasa. Belum lagi petani disebut-sebut penyangga ekonomi perdesaan menjadi nilai plus, yang tidak bisa diabaikan begitu saja perananya. Mereka (petani) juga penyedia makan bagi kita semua. Sebab beras, sayuran, buah-buahan yang kita konsumsi tiap setiap hari buah tangan para petani.

Dengan banyaknya manfaat petani, tapi belum banyak dilirik kalangan Nahdliyin terutama pemuda NU. Belum lagi ironisnya banyak petani yang hidup masih dalam kekurangan secara ekonomi. Hal ini dipengarui beberapa faktor diantaranya kepemilikan lahan yang terbatas dan SDM (Sumber Daya Manusia) petani yang rendah. Diketahui dari survey IPB, petani yang bertani dengan baik dan benar hanya 10 persen. Rata-rata mereka mempunyai garapan seluas 0,25 hektar, hasil panen seluas itu tidak bisa untuk biaya hidup mereka bila tidak mempunyai pekerjaan sampingan.

Apalagi kalau tanamanya terserang Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), seperti hama dan penyakit atau tertimpa banjir dan kekeringan. Belum lagi kemungkinan tanaman terkena puso mereka bakal 'PUASA' selama empat bulan untuk menunggu waktu bercocok tanam lagi. Sehingga petani harus lagi-lagi menunggu dengan harap-harap cemas, apakah mereka bisa panen lagi. Memang akhir-akhir ini serangan OPT banyak menyerang tanamanya.

Sehingga berdampak pada kesuburan tanah yang menurun dan dipastikan menurunkan hasil panen mereka. Luar biasa kendala dan tantangan petani saat ini. Kesalehan sosial juga ikut teruji. Saatnya membayar zakat misalnya mereka abaikan. Katanya hasil panen selalu menurun, sementara biaya proses pengolahan sawah sampai perawatan tanaman membutuhkan biaya produksi semakin naik.

Belum lagi persoalan harga pupuk, pestisida mahal. Ada lagi kendala mencari tenaga kerja sulit, kalaupun ada mereka meminta ongkos yang lumayan tinggi, sehingga saat panen hasilnya 'Pokpek' (tidak untuk-tidak rugi pokoknya, panen yang ditunggu hanya "nganyarno duwek" (pembaruan uang), buat bayar hutang saja tidak cukup.

Lebih ironis lagi mereka yang menanam padi, tetapi mereka  beli beras untuk dikonsumsi sehari-hari. Ritual panen yang ditunggu-tunggu hanya dapat dirasakan sesaat. Sebab begitu menjadi gabah langsung dijual kepada tengkulak. Bahkan ketika padi masih berdiri di sawah sudah dicarikan pemborong atau pembeli.

Untuk itu NU harus ikut 'MEMBELA' petani yang juga mendapat sebutan pahlawan pangan ini. Bisa lewat pemberdayaan atau pendampingan untuk meningkatkan SDM mereka. Sebenarnya Kementerian Pertanian sudah bekerja keras untuk mensejahterakan petani, karenan memang tugas pemerintah untuk hadir. Tetapi sebenarnya lagi semua individu juga diberi hak untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial seperti yang dihadapi petani ini, termasuk NU.

Terus pertanyaanya bagaimana cara  NU 'MEMBELA' petani?

NU punya LPPNU dan ISNU yang membidangi pertanian. Sebagai sayap NU ini yang harus mulai digerakan untuk koordinasi awal dibentuk penggurus LPPNU di tingkat MWC (Majlis Wakil Cabang) NU (kepengurusan di kecamatan) sampai PR (Pengurus Ranting) NU (kepengurusan di desa) dan termasuk kepengurusan ISNU berada di paling bawah (setiap desa) itu.

Melalui struktural yang sistematis dari atas sampai bawah itu, selanjutnya kita adakan pemberdayaan dan pendampingan dengan penyuluhan, pelatihan, demplot, dem area dan lain-lain. Tetapi jika pendanaan menjadi kendala, sebenarnya bisa dibahas belakang dan yang terpenting ada kemauan merubah petani menjadi sukses ke depannya.

Untuk peningkatan SDM petani lewat penyuluhan pertanian bisa dilakukan lewat jama'ah-jama'ah tahlil atau lainya. Dampingi mereka dalam berusaha tani dan jangan biarkan mereka sendirian mengendalikan OPT. Terasuk menemani mereka dalam menghadapi kendala. Dikuatkan dengan pelatihan intensif bisa dilakukan di tingkat MWC NU atau PRNU. Sehingga kalau para pahlawan pangan itu sering berkumpul pasti nanti ada  usulan, harapan, keingginan untuk bersama-sama memajukan NU secara umum dan pertanian kususnya.

Sebuah angan-angan yang terlalu tinggi sepertinya. Tidak juga...! Asal kita semua bahu membahu mewujudkanya. Kita mulai sekarang...ya sekarang ini.

Balenrejo 30 November 2018.

*Penulis adalah Sekretaris PC LPP NU dan pengurus PC ISNU seksi pertanian Kabupaten Bojonegoro

Tag : nu, pertanian, bojonegoro



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat