Blok Buku
Hujan dan Teduh
blokbojonegoro.com | Saturday, 08 December 2018 06:00
Peresensi: Salma Amira Alfirdhaus
Wulan Dewatra merupakan nama pena seorang gadis kelahiran 21 Juli 1990. Wulandari Putri yang berhasil memodifikasi namanya menjadi Wulan Dewatra tersebut telah berhasil pula menikmati juri Lomba 100% Roman Asli Indonesia dengan novel “Hujan dan Teduh” karyanya. Kepiawiannya dalam merangkai kalimat ketika menuliskan novel memang luar biasa. Gadis yang merupakan seorang mahasisi jurusan Pendidikan Indonesia ini berani mengangkat tema yang ‘berbeda’ dari novel – novel remaja kebanyakan. Maka tak heran jika melalui novel “Hujan dan Teduh” yang merupakan novel pertamanya yang dipublikasikan ia dapat menyabet juara pertama dalam lomba tersebut.
Di dalam novel ini menceritakan beberapa kisah mengeni seorang gadis yang sedang mencari ilmu di negara lain. Saat itu sedang dilanda flu, sehingga hanya dengan via sosial media gadis itu berkomunikasi dengan ibunya. Kecewaannya menjadi isak tangis sebab gadis itu me log out akun sosmednya dan tak mengetahui jika ibunya sedang menanyakan kabarnya. Alasannya me log out akun sosmednya setelah ada pesan dari nugraha.
Pada bab She Is Kaila ini menceritakan Bintang yang sedang tepesona dengan seorang gadis yang di temuinya di halte saat Dia turun dari sebuah bis. Di halte itu sudah di penuhi dengan anak yang berseragam putih abu – abu. Ada yang menggunakan kaca mata, ada yang berponi pagar bahkan ada juga yang berambut panjang terurai. Gadis berambut panjang itu sedang memperhatikan gadis berponi yang sedang duduk di seberang jalan. Dan tak lama kemudian dia melihat jam tangannya dan menunggu seorang yang di tunggunya akan segera datang. Hari itu sang ibu menanyakan nilai raport. Padahal Bintang tak suka jika di tanya mengenai berapa nilai raport yang di perolehnya. Sang ibu yang membawa dua kardus yang berisi barang – barang yang akan di butuhkan Bintang saat di berada di kost. Gadis itu merasa tidak enak karena kost yang di tempati menurutnya sangat mewah untuk seorang mahasiswa sepertinya. Tapi ibunya meyakinkan agar anaknya tidak kekurangan suatu apapun yang di butuhkannya.
Pendaftaran anggota himpunan baru sudah di buka sedangkan Bintang tidak suka dengan kegiatan – kegitan seperti itu. Dan Dia lbih suka tidak menjadai siapa – siapa sehingga Dia terdampar pada perkemahan itu. Suatu ketika Bintang berlari menuju ruang kelas yang sudah beridentitas ‘3 IPA 2’ karena ingat omelan wali kelasnya yang baru. Dan ketika sudah membuka pintu kelas tersebut, ternyata isi kelasnya sedang sibuk dengan bahasan mereka sendiri – sendiri dan Dia mengedarkan padangannya mencari bangku kosong. Ternyata tak ada bangku yang kosong, sekali lagi Dia mengedarkan padangannya dan fokus titik matanya menemukan sebuah bangku kosong yang di sebelahnya terdapat gadis yang dilihatnya di halte tersebut. Dia masih sibuk mencari bangku selain bangku itu, dan itu adalah satu – satunya bangku yang masih kosong di kelas itu. Bintang agak gerogi dengan langkah kakinya yang berada pada jarak 4 kilometer dari pandangannya. Tetapi jarak 4 kilometer menjadi 1 kilometer saat di tempuhnya. Gadis cantik berponi pagar dan rambut dikuncir itu tidak ikut bercelometan seperti teman – temannya. Ketika Bintang tampak sudak sampai di depannya Gadis cantik itu dikira angkuh dan tak ingin Bintang duduk di sampingnya. Dan ternyata gadis itu menjawab pertanyaan Bintang sambil memiringkan badan agar Bintang dapat duduk disampingnya.
Pada tengah hari Bintang bejalan di karidor kampus dengan gitar di punggungnya.gitar yang di pinjamnya dari temannya yang bernama Dewa. Gitar itu dipinjamnya sebab harus mengiringi mata kuliahnya yang tadi pagi dilaksanakannya. Langkah kaki Bintang di percepat sebab ia ingin segera mengembalikan gitar yang di pinjamnya itu. Tetapi tiba – tiba langkah Bintang menjadi pelan karena ada seorang laki – laki yang sedang duduk di situ penah di lempari lumpur saat perkemahan yang lalu. Dan setelah bertemu dengan Dewa dan mengenalkan salah satu temannya yang bernama Marsha. Dan Bintang juga pernah mengagumi wanita itu karena membiarkan rambutnya terurai saat cuaca yang sangat panas seperti itu. Tak lama kemudian ada beberapa percakapan yang dilakukan oleh Bintang dan ibunya.
"Ibu belum makan siang, ya? Cuma ada ini," ujar Bintang sambil memberikan satu piring ke
ibunya yang terlihat sangat lesu dan tegang.
Tapi makanan itu masih dibiarkan utuh dalam piring. Perasaan Bintang tak karuan dan menduga ada sesuatu yang mnimpa ibunya.
"Kok, nggak dimakan?" tanya Bintang heran. "Kok, nggak dimakan?" tanya Bintang heran. Ibunya diam saja dan duduk dengan gelisah di
tempatnya.
"Sebentar." Bintang beranjak ke pantry. Tak lama kemudian ia kembali dengan dua kotak jus,
meletakkan yang satu di meja dan memegang yang satunya.
"Ibu, ada apa?" tanya Bintang pada ibunya yang sedang menusukkan sedotan ke kotak jusnya.
"Toko kita kebakaran. Semuanya habis." Suara ibunya bergetar ketika mengatakannya. Bintang
tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Untuk sesaat, jantungnya seakan berhenti berdetak.
"Toko kita diasuransiin, nggak?" tanyanya buru-buru. Ibunya menggeleng. Tubuh Bintang
langsung lemas. Satu-satunya sumber pendapatan keluarganya lenyap.
"Ibu sudah ambil semua tabungan untuk membangun toko kita." Ibunya berhenti sejenak. Ia
tampak lebih rileks setelah mengatakan keadaan yang sebenarnya. "Ibu juga sudah menjual
mobil untuk membeli barang, dan..." Ia terdengar ragu, "Mobil yang sekarang kamu pakai juga
mau Ibu jual buat nutupin kekurangannya. Bintang, sepertinya kamu harus pindah ke kosan yang
lebih murah karena beberapa bulan ini kita defisit. Nggak ada pemasukan sama sekali."
"Oke, nggak apa-apa. Nggak masalah," sahut Bintang, "tapi rumah kita nggak perlu dijual, kan?"
"Nggak. Tentu saja nggak," jawab ibunya. Bintang bernapas lega. Setidaknya dia masih memilki
rumah untuk pulang dan tak kehilangan tempat penuh kenangan bersama ayahnya ketika beliau
masih hidup.
"Bu..." Bintang memandang ibunya. Ia baru sadar, ibunya terlihat kurus. Wanita itulah yang
menanggung tanggung jawab berat atas dirinya dan menghadapi semuanya sendirian. Bintang
meraih tangan ibunya. "Semuanya pasti akan baik-baik aja," ujarnya.
Ibu tersenyum.
"Ayo makan dulu. Habis itu kita jalan-jalan sore. Siapa tahu Ibu dapet temen kencan buat
refreshing," ujar Bintang sambil tertawa.
"Halah. Kalau sekeren ayahmu bolehlah," balas ibunya yang sudah sedikit melepaskan
ketegangannya.
Di cerita yang kedua ini mengisahkan cinta Bintang yang termasuk wajar karena mencintai seorang pria bukan menyukai sesama jenis. Tetapi cinta yang dialami Bintang saat itu menjadikan cinta terlarang bagi kehidupannya. Noval itu adalah seorang pria yang di sukainya bahkan pria itu dulu sangat di bencinya sampek tidak ingin bertemu dengannya. Noval itu ternyata bukan pria yang baik untuk Bintang sehingga tega merenggut kesuciannya. Setelah pria licik itu merampas kehormatannya bintang sebagai seorang yang lebih pencemburu, posesif bahkan menjadi otoriter sekali. Bintang malu karena janin yang berda dalam perutnya sehingga rela mengaborsi janin yang berada pada kandungannya yang tak memiliki satu kesalahan apapun. Laki – laki licik itu menjadikan Bintang sebagai pelampisan nafsu semata, sehingga ketika Bintang mengandung Dia mengaku masih belum siap menjadi seorang anak. Kekerasan yang dialami Bintang memberikan hikmah tersendiri bahwa dirinya tidak ingin terlalu jatuh kedalam lubang dosa yang semakin dalam. Bahkan hubungan yang dibangunnya tidak berjalan lama, sehingga mereka berpisah di dalam pilihan mereka. Noval yang sibuk mengerjakan skripsi sedangkan Bintang melanjutkan S2 di negara Amerika. Malang sekali nasib Bintang harus mengangkat rahimnya karena terinfeksi dan Bintang tak ingin bertemu dengan Noval yang sudah membuatnya kehilangan rahimnya. Bintang akhirnya dapat melupakan pria licik itu dengan kedatangan Daniel. Teman msa SMA yang juga pernah memberikan perasaan padanya.
Kelebihan Novel
Novel ini bisa mengispirasi kita menjadi seseorang yang benar – benar baik. Dapat memberikan motivasi – motivasi yang membangun. Ceritanya menarik, dan di penuhi kejutan – kejutan yang tak terduga.
Kekurangan Novel
Cerita di dalamnya tak sesuai dengan judulnya. Belum bisa membaca bukunya kerena saya baca lewat e-book. Ceritanya kurang nyambung.
Pengarang : Wulan Dewatra
Editor : Jenny Jusuf
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : kesembilan,2011
Tebal : vi + 248 halaman
*Mahasiswa STIKes ICSada, anggota LPM Kampus Ungu.
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini