20:00 . Tembus Rp100 Ribu Per Kilogram, ‘Enthung Jati’ di Hutan Bojonegoro Diburu Warga   |   18:00 . Pengabdian Dosen Unugiri, Lakukan Pendampingan Penguatan Organisasi untuk Fatayat Bojonegoro   |   17:00 . Kisah Nasabah KUR BRI, Tekuni Usaha Jasa Potong Rambut Madura Masih Tetap Eksis   |   15:00 . QRIS BRI Bantu Ibu Rumah Tangga Penuhi Kebutuhan Harian   |   12:00 . Kontraktor Lokal ini Terus Belajar dan Kerja Keras, Hingga Jadi Andalan Tim Pengeboran Banyu Urip Infill & Clastic   |   08:00 . Bekali KKG MI Malo, Dosen Unugiri Berikan Pendampingan Pembuatan E-Modul dan Formative Assessment Tools   |   16:00 . Berkat KUR, Pasutri Ini Sukses Bisnis Hasil Olahan Rumah   |   15:00 . Realisasi Dana Desa di Bojonegoro Capai 97.81 Persen   |   14:00 . Bertekad Bantu Warga, Kepala Desa di Bojonegoro Sukses Jadi Agen BRILink Jawara   |   13:00 . Perluas Dukungan Lingkungan Akademik, Hulu Migas Hadir di Pameran SINOX-01   |   22:00 . Survei ARCI: Elektabilitas Wahono-Nurul 75,5%, Teguh-Farida 19,6%   |   21:00 . Tingkatkan Derajat Kesehatan Pekerja Lewat Program Atraktif, Pertamina EP Cepu Catatkan Rekor Muri   |   20:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z Bojonegoro Berlangsung Meriah   |   18:00 . Tim Pemenangan Teguh-Farida Akui Tak Tahu Kampanye ‘Bojonegoro Klunting’ di Kepohbaru   |   16:00 . Kampanye Hari Terakhir Pilbup Bojonegoro Berujung Ricuh, Warga Saling Lempar Batu   |  
Mon, 25 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Mengendalikan 'Cah Bagus'

blokbojonegoro.com | Tuesday, 11 December 2018 12:00

Mengendalikan 'Cah Bagus'

Penulis: Iskak Riyanto

blokBojonegoro.com - Dalam sepuluh tahun terakhir ini petani dipusingkan dengan serangan hama tikus sawah. Serangan banyak terjadi di sawah yang biasanya  berpola tanam padi-pari-pantun. Karena siklus kehidupannya terus berjalan, karena cadangan makanan selalu tersedia.

Di Indonesia ada 160 jenis tikus yang 8 di antaranya mengganggu bidang pertanian. Petani Bojonegoro menyebut hewan pengerat ini dengan sebutan 'Cah bagus'.  Dua tahun terakhir ini populasinya juga mulai banyak di sawah yang berpola tanam padi-padi-palawija. Padahal sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi, karena siklus kehidupanya sudah terputus Musim Kemarau (MK).

Dampak serangan 'Cah Bagus' bisa mengurangi hasil panen padi sampai 20 persen. Bahkan tahun ini  tanaman tembakau juga tidak luput dari seranganya.

Menjelang tanam Musim Hujan (MH) 2018-2019 ini sawah yang berpola tanam padi-padi-polowijo populasi tikus mulai nampak banyak. Benih yang baru ditebar diserang juga. Pagar plastik sudah dipasang tetapi masih bisa dimasuki pula. Petani merugi biaya dan waktu. Harus beli benih lagi, harus mengulang menabur benih lagi. Sawah sebelah timur ada tikusnya, sebelah barat, timur dan utara juga ada. Di mana-mana ada tikus. Malah yang di sekitar pematang besar kuantitas serangan lebih banyak.

Dari tahun ke tahun serangannya lebih meluas bila dibanding musim sebelumnya. Ada pertanyaan kenapa kok bisa begitu ?
Untuk menjawabnya, mungkin kita bisa mengingat pelajaran Biologi saat sekolah di SLTP dan SLTA dahulu. Rantai makanan, ya tentang rantai makanan, masih ingat kan?

Padi dimakan tikus, tikus dimakan ular, ular dimakan  elang, elang mati kemudian dimakan cacing. Sekarang  rantai makanan ada yang terganggu. Sang ular sebagai predator tikus banyak diburu manusia. Ini salah satu yang menyebabkan populasi tikus sawah meledak.

Penyebab lainnya adalah perkembangbiakan sangat cepat. Sepasang tikus sawah dalam satu tahun bisa beranak pinak sekitar 2048 ekor, luar biasa banyaknya. Bisa kita bayangkan, itu hanya sepasang. Kita bayangkan juga dampak seranganya. Hidupnya berkelompok dan punya daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan dan  termasuk hewan yang cerdik. Bila menyerang tanaman padi banyak sekali kerusakannya, puso/gagal panen nampak di depan mata.

Petani yang menanggung semua kerugiannya.

Tikus sawah menyerang pada semua fase pertumbuhan padi. Istilahnya dari gabah sampai gabah. Artinya dia makan gabah yang baru mulai ditebar, setelah tumbuh menjadi persemaian, saat masa-masa pertumbuhan, saat sudah menjadi gabah hasil panen yang disimpan di rumah atau gudang. Tetapi ada  fase yang paling disukai yaitu saat tandur 'meteng' atau bunting karena gizinya bisa untuk membuahi pasangannya.

Dari banyaknya kerusakan tanaman padi yang digigit ternyata yang dimakan hanya 5 persen, sisanya hanya untuk memendekan gigi taringnya,dalam istilah jawa pangur. Bila tidak melakukan pangur gigi taringnya bisa memanjang 3-5 sentimeter yang mengakibatkan dia tidak bisa makan. Kerusakan tanaman padi yang berserakan ini yang membuat petani pusing tujuh keliling.

Sekarang saatnya mengendalikan 'Cah Bagus' itu. Istilah tehnisnya  memang mengendalikan, bukan memberantas. Kita tidak mungkin bisa memberantas mahluk Allah SWT itu. Terus kapan waktu tepat untuk pengendalianya? Saat ini...ya sekarang ini. Saat belum ada tanaman padi di hamparan  sawah. Banyak cara yang bisa dilakukan petani, tetapi kadang juga banyak menemui kegagalan. Pasang pagar plastik sudah. Pasang umpan beracun juga sudah, tapi tikus tetap menyerang juga. Ini problemnya, petani kurang peduli,  mengendalikan secara individu, tidak berkelanjutan dan organisasi petani yang lemah.

Mengendalikan yang efektif adalah dengan kekompakan dan kesinambungan dengan cara:

1. Sanitasi lingkungan sawah. Dengan membersihkan semak belukar atau rerumputan yang menjadi sarang tikus.

2.Gropyokan, sekelompok petani dalam satu dukuh misalnya, dengan kesadaran yang sama dengan membawa cangkul, alat pemukul, emposan berisi asap belerang atau Tiran yang dimasukan ke lubang sarang tikus sawah kemudian ditutup, dalam beberapa menit tikus akan mati. Kalau keluar lubang tembusan lainya petani bisa mengepung bersama-sama. Emposan atau Tiran bila tidak ada bisa digantikan dengan sate kapas. Seuntai kapas yang dililitkan tusuk bambu kecil semacam tusuk sate yang dicelupkan bensin, cara kerja sama dengan emposan atau tiran. Saat gropyokan sekalian memasang umpan beracun yang bersifat antikoagulan bersama-sama dalam hamparan yang luas.

3. Mendirikan rumah burung hantu (rubuha).  Burung hantu (buha) merupakan predator tikus tergolong burung nokturnal atau aktif dimalam hari. Jenis Tyto Alba setiap malam bisa makan tikus 2-3 ekor tetapi mampu berburu melebihi yang dimakan. Setahun bisa makan 1300 ekor.  Kotoranya 99% tikus, 1% serangga. Mampu mendeteksi keberadaan tikus sawah jarak 500 meter, memiliki infra red yang jelas dalam kegelapan.

Tikus sawah tidak akan lolos dari sergapannya. Sepasang buha bisa mengamankan sawah seluas 5-10 hektar. Dengan pemasangan rubuha di sawah bisa ditempati buha yang biasanya hidup di pohon-pohon besar dan bangunan gedung yang tinggi.

Secara teori predator ini bisa menghemat penggunaan rodentisida sampai 50%. Di Bojonegoro ada banyak kecamatan yang mendapatkan bantuan rubuha dan buha dari Disperta.

Sampai tahun tahun 2018 ini ada 170 unit. Tahun 2019 direncanakan membantu 132 unit (data Disperta Bojonegoro). Yang  mendirikan secara swadaya juga ada. Yang paling banyak di kecamatan Sukosewu  385 unit dan kecamatan Balen 225 unit (data Kepala UPT Pertanian Balen dan Sukosewu).

Membuat rubuha (rumah burung hantu) kurang lebih sama dengan membuat rumah burung merpati, tetapi ada beberapa tehnis yang berbeda. Rubuha harus kuat, tidak terguncang saat terkena angin. Buha (burung hantu) tidak ingin telur dan anaknya terganggu, harus nyaman menurutnya.

Rubuha harus diletakkan di tempat yang sepi, menghadap ke utara atau selatan agar saat tidur siang tidak terpapar sinar matahari. Rubuha ditopang tiang ukuran 3-5 meter. Untuk memancing buha datang ke rubuha dengan cara mengikat satu ekor tikus hidup di dalamnya. Bila tidak ingin repot membuat rubuha bisa membeli di desa Klepek Kecamatan, Sukosewu atauDdesa Kemamang, Kecamatan Balen.

4. Kepruk galeng/pematang. Saat sawah sudah mulai digarap, hamparan sudah diolah, saatnya  pematang ditata yang baik/kepruk galeng. Pematang merupakan rumahnya tikus apalagi yang berukuran besar. Di dalamnya akan banyak ditemukan tikus dan anaknya. Tahapan ini selain untuk mengendalikan tikus juga untuk menghemat air agar tidak merembes keluar sawah.

5. TBS(Trap Barrier Sistem).
Disebut juga tanamam perangkap. Ukuran 20 x 20 meter ditanami padi 3 minggu sebelum yang lainya tanam. Dikelilingi pagar plastik ukuran tinggi 60 cm. Luar pagar dikelilingi parit 50 cm yang digenangi air untuk mencegah tikus menggali dan melubangi pager plastik. Masing-masing pojok diberi bubu perangkap. Kerja TBS menarik tikus dari radius 200 m karena tertarik tanaman padi meteng/bunting dahulu,  dimasing-masing pojok diberi bubu perangkap.  Cara ini bisa mengamankan sawah seluas 10-15 hektar. Tetapi ada kendala, sawah siapa yang mau dikorbankan. Semua bisa dimusyawarahkan untuk kepentingan bersama.

6. LTBS ( Linier Trap Barrier Sistem).
Sama seperti TBS bedanya disetiap jarak 20 meter diberi bubu perangkap. Bedanya LTBS dipasang pada semua hamparan sawah milik petani masing-masing.

7. Tanam serempak, dalam luasan 100 hektar dalam satu hamparan. Tanam serempak ini tidak harus tanam dalam satu hari yang sama. Mencari tenaga kerja regu tanam (wong tandur) sekarang juga tidak mudah. Rentang tutup tanam tidak lebih dari 14 hari. Ini berfungsi untuk membatasi ketersediaan cadangan makanan sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus secara terus menerus.

8. Pasang umpan beracun secara kontinyu dan bersama-sama dalam satu hamparan. Secara stimulan Disperta Bojonegoro membantu Rodentisida kepada petani lewat kelembagaan kelompok tani untuk gerakan masal pengendalian tikus.

9. Tikus kita kendalikan mulai dari sekarang...ya sekarang ini.
Tetapi dilarang keras mengendalikanya dengan setrum listrik. Dinas pertanian Bojonegoro sama sekali tidak merekomendasikan, karena sangat berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.

* Penulis adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Disperta Bojonegoro.

Tag : cah bagus, hama, tikus, cara, menanggulangi, pengendalian



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat