Owner Green Garden, Hartono
Tekad Bangkitkan Sejarah Banjarejo dengan Wisata
blokbojonegoro.com | Monday, 23 September 2019 18:00
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Di antara ramainya pengunjung wisata Green Garden yang beralamat di Jalan Tentara Genie Pelajar, RT.22/RW.03, Kelurahan Banjarejo, Kota Bojonegoro, tampak seorang pria duduk santai di bawah rindangnya rumpun bambu.
Pak Tono, begitu biasa warga setempat memanggil pemilik nama lengkap Hartono. Pria kelahiran Bojonegoro 16 September 1963 itu merupakan pemilik wisata Green Garden yang ikonik dengan bunga Celosia dan tulisan Love berwarna merah.
Hartono mulai membangun tempat wisata yang ada di bantaran Bengawan Solo itu sekitar 5 bulan yang lalu, dengan tanaman andalan Celocia yang impor langsung dari Jepang.
"Penanaman 5 bulan lalu, ini masih satu bulan. Karena maksimal hanya bertahan 6 bulan dan harus ditanam baru lagi," kata Pak Tono mengawali cerita.
Tanaman dari Jepang ini, menurutnya mungkin bisa tumbuh di mana saja, tetapi untuk menjadi berbunga seperti di tempat tersebut tidaklah mudah. Butuh perawatan khusus dan ditempat di bawah sinar matahari penuh. Selain itu, faktor cuaca juga berpengaruh.
"Tanaman ini cocok ditanam di Bojonegoro. Jika di pegunungan mungkin sulit berbunga. Di musim hujan, tanaman ini akan semakin indah," imbuh bapak dari 2 anak itu.
Selain ikonik dengan bunga celosia, Green Garden juga banyak tempat untuk berfoto. Saat ini, ada 11 tempat yang bisa dijadikan berfoto. Selain itu, ada tersedia beragam kuliner tradisional yang nikmat disantap dengan pemandangan Bengawan Solo.
"Setiap hari buka. Khusus hari Minggu pagi ada senam mulai pukul 06.00 WIB bersama warga di sini. Dilanjutkan dengan live music sampai sore," terang Hartono.
Pria yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Bojonegoro itu dalam mengelola tempat wisata tersebut, bersama dengan karangtaruna yang juga dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
"Targetnya terus dikembangkan sampai jembatan Kaliketek. Ke depan juga akan ditanamai bunga melati. Agar ke depan, para perias tidak perlu jauh-jauh untuk mencari melati dan meronce bisa dilakukan di sini," terang suami dari Sri Apriwatie ini.
Tekadnya itu, berangkat dari sejarah Bojonegoro bahwa pada tahun 1941 di bawah Jembatan Kaliketek menjadi sebuah bandar, yakni tempat pelabuhan atau pusat perniagaan dengan perahu yang mengangkut hasil panen dari berbagai daerah di Bojonegoro. Di atasnya, ada jembatan kereta api yang dipakai Belanda untuk mengangkut hasil bumi menuju ke pelabuhan Lasem dan dibawa ke neger Kincir Angin.
"Dulu namanya Bandarejo, karena di sini ada jutaan kubik bandar atau kayu. Sehingga tidak mudah longsor. Di sini dulu menjadi pusat keramaian. Saya ingin membangkitkan keramaian itu dengan wisata," tegas Hartono. [ito/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini