blokbojonegoro.com | Monday, 22 March 2021 21:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Terkait asal muasal penyebutan Gajah Bolong, yang sekarang menjadi nama sebuah taman yang berlokasi di Dusun Mongkrong, Desa/Kecamatan Baureno, memang terdapat berbagai macam versi yang menceritakan.
Sebutan Gajah Bolong sendiri berkaitan dengan patung gajah yang berada di halaman rumah Almarhum Soedjono, tepatnya terletak di barat perempatan seberang Kecamatan Baureno.
Ifeny Sandra Yunanis, Cucu dari H.M. Soedjono menuturkan asal muasal penyebutan Gajah Bolong, bahwa bangunan rumah arsitektur kuno yang terletak di barat perempatan seberang Kecamatan Baureno.
Sebelum dibeli oleh Almarhum Mbah Jono, dahulu rumah tersebut milik orang Cina yang bernama Mbah Jun Yok. Di mana rumah tersebut dibangun sekitar tahun 1930, oleh salah seorang tukang bernama Singo Mardi, beliau merupakan Ayah dari Almarhum Mbah Jono.
"Dahulu umah itu dibangun dengan dinding bagian dalam yang dilapisi porselen dari Cina dan di depan ada patung Gajah,"ungkapnya.
Sementara itu, Ifeny menambahkan pada masa Agresi Militer Belanda ll, Belanda masuk hingga daerah Babat, sang pemilik rumah pulang ke Surabaya kemudian di jadikanlah rumah dengan ciri arsitektur kuno sebagai markas tentara. Termasuk Almarhum Mbah Jono yang saat itu ikut berjuang melawan Belanda.
"Agar Belanda tidak merebut rumah tersebut, maka rumah yang induk dan bagian timur dibakar pada saat itu," tambahnya.
Ketika Masa Agresi Militer Belanda II berakhir rumah tersebut dijarah oleh masyarakat sekitar untuk mengambil porselen yang berad di dinding rumah. Tidak ketinggalan juga patung Gajah yang terletak di depan rumah dan dipecahkan oleh masyarakat sebab mereka mengira terdapat perhiasan di dalam perut gajah. Sehingga patung Gajah yang berada di halaman tersebut berlubang atau dalam bahasa Jawa bolong.
Kemudian di tahun 1960, Almarhum Mbah Jono membeli rumah tersebut dan direnovasi termasuk menambal patung gajah yang perutnya berlubang, kemudian mulai ditempati sekitar tahun 1962.
"Asal muasal penyebutan terjadi ketika Agresi Militer Belanda 2, di tahun 1960 Almarhum Mbah Jono membeli rumah tersebut dan direnovasi kemudian mulai ditempati sekitar tahun 1962," jelasnya.
Sejak peristiwa perut Gajah yang berlubang, masyarakat sekitar setelah berpergian dengan menaiki kendaraan umum. Baik dari arah timur maupun barat saat akan turun di perempatan Mongkrong, selalu menyebut turun di Gajah Bolong. Meskipun kini patung Gajah tersebut sudah tidak bolong lagi.
"Itu cerita asli dari Almarhum Kakek saya atau Mbah Jono. Dan diceritakan kepada putra ketiga beliau atau paman saya Dr.H. Munawan," pungkasnya. [liz/ito]
Tag : sejarah, gajah, bolong, baureno, bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini
Loading...