22:00 . Drainase Tersumbat, Jalan Protokol Bojonegoro Dihantui Banjir saat Musim Penghujan   |   20:00 . Pengendara Motor Terobos Genangan Air   |   19:00 . Hujan 2 Jam, Jalanan Kota Bojonegoro Direndam Banjir   |   18:00 . Dosen UNUGIRI Lakukan Pendampingan Tata Kelola Organisasi Pada IPNU-IPPNU Balen   |   16:00 . 180 Rumah di Bojonegoro Rusak Diterjang Angin Kencang: 24 Rata dengan Tanah   |   15:00 . BPBD Bojonegoro: Puncak Bencana Hidrometeorologi Terjadi Bulan Ini   |   13:00 . Ribuan Pelajar Gunakan Angkutan Gratis, Dishub Bojonegoro Tambah Belasan Armada   |   12:00 . Osas Saha yang Jadi Gantungan Gol Persibo   |   11:00 . Hujan Mulai Merata, Bengawan Solo Masih Aman   |   10:00 . Awas..! Waspada Cuaca Buruk yang Ekstrem   |   09:00 . Inilah Sosok Kahudi Wahyu, Pelatih Baru Persibo   |   08:00 . Menag Ajak Komitmen Bersih dan Anti Korupsi   |   07:00 . Pemkab Bojonegoro Diminta Evaluasi Nama Rupabumi: Graha Buana, Tirta Buana, Buana Lestari   |   06:00 . Puncak Klasemen, Persibo Bojonegoro Dikuntit Lawan   |   05:00 . Mahasiswa KKN Pintar Kelompok 26 Desa Ngeper Serentak ikuti Pembukaan   |  
Wed, 04 December 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

1 Tahun Jadi Jubir Pemerintah untuk Covid-19, dr. Reisa: Ini Bukan Tentang Angka

blokbojonegoro.com | Tuesday, 08 June 2021 12:00

1 Tahun Jadi Jubir Pemerintah untuk Covid-19,  dr. Reisa: Ini Bukan Tentang Angka

Reporter: Parto Sasmito

blokBojonegoro.com - Sudah 1 tahun berjalan, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi  Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro menjalankan tugasnya, Selasa (8/6/2021). Melalui rilis yang dikirimkan ke media, dr. Reisa mengaku belajar bahwa setiap orang punya cerita yang berbeda dalam bersinggungan dengan Covid-19.

"Ada banyak masa berduka dan banyak lagi orang memiliki kisah lebih sedih dari  yang saya alami. Memang sekilas, tidak ada yang baik tentang pandemi ini. Meski, saya  bersyukur kepada Tuhan karena telah mampu melewati setahun yang tidak mudah ini, tetapi  jujur saja, jika waktu boleh diulang, saya lebih suka menghindari pandemi. Saya lebih memilih  mencari cara mencegahnya terjadi," ulas dr. Reisa.

Menurutnya, pandemi ini telah masuk ke semua sendi kehidupan kita secara dramatis. Mengubah hidup  secara drastis, memberikan tantangan baru yang sebelumnya kita tidak pernah perkirakan.  Namun tetap harus kita cari jawabannya.  

Wabah ini telah merenggut para dokter, perawat, dan puluhan tenaga kesehatan terbaik kita  yang berjuang tanpa lelah di garis depan untuk menyelamatkan nyawa orang lain. "Ratusan  dari mereka telah gugur, sebagiannya adalah kolega saya dan guru saya, sesama dokter.  Kehilangan yang luar biasa yang sampai saat ini masih saya rasakan," imbuhnya.

Tentunya, kata dr. Reisa, juga gugurnya para pejuang ini jadalah kerugian negara. Dalam rangka menjadi  dokter, di Indonesia, seseorang harus menghabiskan setidaknya enam tahun belajar. Belum  lagi serangkaian Pendidikan spesialis, pascasarjana, berbagai kursus, dan pemenuhan  kualifikasi akademik lainnya yang harus mereka lalui untuk dapat disebut ahli di bidangnya.

"Mencetak dokter-dokter berikutnya bukanlah perjalanan singkat. Minggu ini menandai tahun pertama pengabdian saya sebagai juru bicara penanganan dan  vaksinasi Covid-19 untuk pemerintah. Sekedar untuk menyegarkan ingatan kita, perjalanan yang menempatkan saya di tempat ini, dimulai oleh dua kasus positif ibu dan anak, tahun lalu,  di Depok," kenang dr. Reisa.

Kasus pertama dan kedua Covid-19 di Indonesia ini memicu perdebatan tentang bagaimana  masyarakat harus menanggapi kejujuran dan keberanian orang yang secara terbuka  menyatakan status kesehatan mereka.   Covid-19 telah mengubah hidup mereka, terutama bagaimana privasi mereka, bahkan  tetangga mereka, dilanggar media dan netizen, demi judul berita sensasional dan konten  media sosial yang viral.

Namun stigmatisasi terhadap pasien Covid-19 tidak berumur lama. Hari ini, kita malah melihat  banyak orang malah saling membantu dan mendukung tetangga mereka, bahkan  menyemangati orang-orang yang mereka tidak kenal sebelumnya, yang sedang melalui masa  isolasi untuk sembuh dari infeksi.

Sekarang kita telah melihat banyak inisiatif berdasarkan Solidaritas tinggi, menulari berbagai  kelompok di seluruh Indonesia, menular cepat sebagai virus yang baik. Mereka saling  membantu bukan saja pasien Covid-19, tetapi juga membantu mereka yang terkena dampak  krisis ekonomi.  

Inisiatif Desa Tangguh dan Jogo Tonggo adalah contoh virus baik yang menular. Inisiatif yang  secara harfiah berarti menjaga tetangga Anda adalah inspirasi Pemberlakukan Pembatasan  Kegiatan Masyrakat berskala Mikro (PPKM Mikro). Dengan sebutan yang bervariasi di 34  provinsi, semangat yang sama untuk saling peduli dan mengawasi, atau bahkan saling merawat anggota masyarakat membutuhkan telah meluas di seluruh pelosok negeri.  

Tentunya, pemerintah terus mencari cara untuk mencegah lebih banyak kematian dan  memastikan masyarakat semakin aman dari ancaman virus corona ini. Kapasitas pengujian sampel (testing) telah meningkat dari 10 ribu menjadi lebih dari 50.000 sampel setiap hari. Jumlah laboratorium telah berkembang menjadi sekitar 800 laboratorium di seluruh negeri. Ini  adalah komitmen meningkatkan 3T (Testing,Tracing and Treatment) atau tes, telusur dan  terapi yang ditekankan Presiden Joko Widodo sejak awal pandemi.

Peningkatan ini dimungkinkan dengan dukungan dari puluhan ribu tracers atau petugas  pelacak kasus yang merupakan gabungan dari tenaga Kesehatan, dan polisi dan prajurit TNI.  Ribuan relawan juga direkrut dan dilatih untuk mendukung tracing, dan berbagai tugas yang  biasa diemban tenaga Kesehatan. Mereka bertugas mulai dari penyedia layanan kesehatan  tingkat terendah, seperti puskesmas sampai dengan di rumah sakit-rumah sakit rujukan.

Pandemi telah mengambil alih hampir 90 persen dari layanan yang disediakan oleh fasilitas  kesehatan tingkat manapun. Laporan terbaru menunjukkan bahwa penanganan pandemi menambah sekitar 40% beban kerja dan jam operasional puskesmas di seluruh Indonesia.  Setelah pemerintah mengamati arus mudik dan arus balik, rumah sakit kembali diminta untuk meningkatkan kapasitas mereka dengan menambah jumlah bangsal isolasi dan tempat tidur di ruang gawat darurat mereka . Sejak Januari 2021, pemerintah memiliki hampir 1000 rumah  sakit rujukan, 10 kali lebih banyak daripada kondisi di fase awal pandemi. Selain rumah sakit,  Kementerian Kesehatan telah menambah lebih dari 8500 tenaga kesehatan untuk  memperkuat pelayan Kesehatan saat ini. Pasukan tambahan ini terdiri dari dokter umum ,  spesialis, perawat dan staf pendukung lainnya.

"Itulah sebagian dari statistik yang disenangi media. Angka-angka yang bisa berubah dalam  semalam. Namun harus juga diingat bahwa pandemi tidak hanya mempengaruhi mereka yang tertular. Mereka yang berdiam diri di rumah, rajin memakai masker dan cuci tangan pakai sabun sesuai  anjuran juga tetap terdampak," ujar dr. Reisa.

Masih kata dr. Reisa, kesulitan ekonomi melanda keluarga Indonesia ditambah dengan tantangan psikologis baru membantu anak-anak belajar online sambil berkerja secara daring. Dengan segala keterbatasan akses ke sekolah dan perubahan pola perilaku hidup, termasuk berubahnya pola asupan gizi, anak-anak dan populasi rentan lainnya juga dihadapkan dengan risiko  kesehatan lainnya diluar Covid-19.

Sebelum pandemi, banyak rumah tangga Indonesia mampu membeli cukup protein dan nutrisi  penting lainnya untuk anak-anak mereka. Namun saat para orang tua, pencari nafkah utama,  harus tinggal di rumah sementara atau gajinya dipotong karena kehadiran di tempat kerja  lebih sedikit, menu harian yang tersedia setiap waktu di masa lalu, tampaknya menjadi  kemewahan pada saat ini.

Karena Puskesmas harus menyesuaikan jam operasional dan beban pekerjaannya, cakupan  program imunisasi dasar rutin dengan tambahan asupan gizi untuk bayi baru lahir dan balita melorot drastis. Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.  Rumah sakit pun banyak dihindari karena orang tua takut mendekati fasilitas tempat penderita  Covid-19 dirawat. Banyak anak Indonesia yang tingkat kesehatannya saat ini tidak terpantau  dengan baik.  

"Maka, risiko peningkatan kasus anak dengan gizi buruk, stunting dan masalah kesehatan  mental akan bermunculan apabila kita biarkan. Kabar baiknya adalah orang Indonesia terbukti tangguh dalam menghadapi krisis. Mereka  tidak akan membiarkan pemerintah untuk bekerja sendiri," tutur dr. Reisa.

Gotong-royong antar individu dan komunitas adalah senjata rahasia di balik upaya mengatasi  pandemi di negeri ini. Seorang siswa sekolah perawat mengajukan diri sebagai anggota tim  “Cobra” di Wisma Atlet. Seorang stand-up comic atau komedian menggunakan ponselnya untuk membuat para penontonnya tertawa terpingkal-pingkal di rumah atau fasilitas karantina pemerintah saat menjalani isolasi atau perawatan.

Sebaga contoh, dr. Reisa menyebutkan, Ika Dewi Maharani, warga Surabaya,  menjadi supir ambulans perempuan pertama yang mengantar pasien ke Wisma Atlet.  Di Padang, Sumatera Barat, sebuah kisah luar biasa telah diceritakan tentang Dr Andani Eka  Putra, kepala penelitian penyakit menular dan diagnostik Universitas Andalas. Didorong oleh  mimpinya untuk melihat negara dan rakyatnya aman dari pandemi ini, dokter Andani  menggunakan tabungan pribadinya sebesar Rp 850 juta untuk membangun laboratorium  pengujian sampel Covid-19. Dia membuka pintu labnya dan menyediakan pengujian sampel  secara gratis.
Memasuki bulan keenam sejak program vaksinasi digulirkan, masyarakat Indonesia  mengantre di pos dan sentra vaksinasi. Tidak hanya mengantre untuk dirinya sendiri, tetapi  juga untuk mendampingi lansia, guru, dan tokoh agama divaksinasi. Mobil, bus, ojek online, dan bahkan becak, digunakan untuk mengangkut lansia menemui petugas vaksinasi.  

"Beginilah cara orang Indonesia mempersonifikasikan ungkapan, “tidak ada yang aman  sampai semua orang aman (no one is safe until everyone is safe),” tambahnya.

Masyarakat Indonesia adalah salah satu yang beruntung. Lebih dari 90 juta dosis Coronavac  dari Sinovac, AstraZeneca dari Covax dan Sinopharm telah mendarat di bandara Soekarno  Hatta dan sudah disuntikkan ke lebih dari dua puluh juta orang Indonesia. Dan kabar baiknya tidak berhenti di situ, berbagai perguruan tinggi berkomitmen mengembangkan Vaksin Merah Putih dalam rangka menguatkan kemandirian. Para ilmuwan dari Lembaga Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran kini tengah berlomba mengembangkan vaksin produksi Indonesia.  

"Pandemi mungkin sedikit melemahkan kita, tetapi juga telah menunjukkan resiliensi dan  ketangguhan kita. Itulah hikmah dari serangkaian kegiatan komunikasi saya kepada public  sebagai jubir—bahwa bukan angka dan statistik yang paling penting, melainkan orang-orang,  kisah ketangguhan manusia Indonesia adalah yang paling utama. Tetap Tangguh Indonesia. Salam sehat dari saya," pesan dr. Reisa.

Tag : dr. reisa, jubir, pemerintah, covid-19, adaptasi, kebiasaan



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat