Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Janji Sehidup Semati Ustadz Zainal dan Istri

blokbojonegoro.com | Tuesday, 13 July 2021 09:00

Janji Sehidup Semati Ustadz Zainal dan Istri

Oleh: Habib Baihaqi*

blokBojonegoro.com - Kakak saya, Zainal Muttaqin (biasa saya panggil Maskin) menikah dengan istri tercintanya (Nur Sa'adah) tahun 1999. Saya biasa memanggilnya Mbak Nur.

Pesta resepsi pernikahan berlangsung di rumah istri di Desa Pasinan, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Sementara di rumah Bu'e (ibu) hanya ada doa bersama secara sederhana sesuai permintaan Maskin karena kuatir merepotkan keluarga dan tetangga.

Dulu Mbak Nur muridnya Maskin saat sekolah di Madrasah Aliyah Talun. Selesai kelas 2 Aliyah Mbak Nur tidak melanjutkan sekolah dan memilih menikah saat usia masih 17 tahun. Jadi Maskin menikah dengan muridnya sendiri.

Beberapa tahun kemudian, mereka membangun rumah di sebelah rumah Bu'e. Mbak Nur orang yang sangat baik, dermawan dan sangat perhatian kepada orang lain.

Kalau saya mudik ke kampung dengan formasi full tim (lengkap dengan keluarga), istri dan anak-anak pasti memilih tidur di rumahnya Maskin. Saya tidur dengan Bu'e. Anak-anak saya sangat menyukai Maskin dan Mbak Nur. Dialognya ramai.

Berumah tangga selama 22 tahun, mereka dikarunia dua anak: Adam Milan Brilliant (Adam) dan Nela Sa'adea (Dea).

Saat ini Adam masih kuliah di Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang semester IV dan tinggal di PP Daarun Najaah (Pondok Pesantren milik mertua saya). Dea barusan lulus Madrasah Aliyah (MA) Attanwir, Desa Talun, Sumberrejo, Bojonegoro. Sekarang Dea sedang mencari Perguruan Tinggi.

Anak-Anak Bermental Super

Jum'at sore, 3 Juli 2021 Maskin masuk rumah sakit di PKU Muhammadiyah Cepu. Maskin diantar oleh Mbak Nur, Adam, Dea dan Naning. Naning sebagai king of maker yang juga adiknya Maskin paling kecil.

Di keluarga, kami tujuh bersaudara. Ali Imron; Idhotun Nasiin; Zainal Muttaqin; Maulana Musyaffa; Habib Baihaqi; Ulil Abshor dan Naning Nadhiroh.

Sabtu sore, 4 Juli 2021 Mbak Nur menyusul masuk rumah sakit di RS Aisiyah Bojonegoro. Keduanya sakit karena terpicu Covid-19.

Maskin ditunggui Adam di RS selama 6 hari sampai tuntas. Adam menunggu sendirian sampai detik-detik bapaknya pamit (meninggal dunia). Mereka benar-benar hanya berdua. Mungkin karena para perawat sedang ada tugas lain, sehingga baru datang saat Maskin hampir selesai berpamitan. Ketika itu hari Kamis pagi sekitar pukul 08.15 WIB tanggal 8 Juli 2021.

Sementara itu Mbak Nur hanya ditunggui Dea, sang anak perempuan yang kecil, di RS selama 9 hari. Dari awal sampai akhir Dea setia menunggu ibunya. Mengajak ngobrol, menghibur dan menyemangati ibunya.

Empat hari setelah bapaknya pamit, ibunya pun ikut pamit menyusul bapaknya, dan Dea masih tetap setia di samping ibunya sampai detik-detik ibunya pamit. Ibunya pamit siang sekitar pukul 12.45 WIB hari Senin, 12 Juli 2021.

Adam Bercerita

"Sehari menjelang pamit, Bapak tidak mau saya tinggal meski hanya untuk ke kamar mandi."

 "Jangan kemana-mana lho mas, bapak masih kangen sama mas," kata bapak kepada Adam, setiap melihat mau bergeser tempat.

"Bapak saya kasih besi kecil untuk dipegang. Kalau saya ketiduran nanti besinya bisa dipakai untuk ketuk-ketuk meja atau dilemparkan ke badan saya," cerita Adam.

"Bapak sepertinya sudah punya firasat. Makanya banyak berpesan kepada saya, termasuk harus melanjutkan usaha konveksi."

"Bapak sering tak guyoni biar tetap semangat."

"Tiap pagi saya belikan pepaya kesukaannya. Meski sakit tapi minumnya banyak karena semangat untuk sembuh."

Dea Bercerita

Setelah mendengar kabar bahwa bapaknya telah meninggal dunia, Dea tidak mau mengabari ibunya karena hawatir ibunya jadi drop. Dea sendirian menunggu ibunya. Dea mentalnya sangat kuat.

Dea berpesan (melaui pesan WhatsApp/WA) kepada saya untuk merawat jenazah bapaknya.

Dialognya sebagai berikut:

"Tulung bapak njenengan rumat nggeh (dengan emot menangis). Mamak (Ibu) mboten tak kandani sek.”

“Ngapunten sedoyo khilafe bapak om (dengan emot menangis).”

"Iya, aku yakin (Bapak masuk surga), tapi sedihku mikir mamak gimana reaksinya besok.. Ngak kebayang om."

"Takutku nek mamak nyusul Bapak... Niki sesaknya mamak sampai ngrintih-ngerintih ee..."

Hari berikutnya Dea ditemani adiknya Mbak Nur, Bibah.

Berpegangan Tangan

Saat menikah, Maskin dan Mbak Nur berpegangan tangan. Berjanji setia sampai ajal menjemput. Menjelang pamit dari kehidupan dunia ini mereka masih tetap setia berpegangan tangan.

Hanya Berjarak 4 Hari

Sampai ajal menjemput, Mbak Nur belum diberitahu bahwa suaminya telah meninggal dunia. Tapi mereka hanya berpisah 4 hari saja, lalu Allah SWT mempertemukan mereka kembali di alam baru, alam yang penuh kenikmatan bagi hamba-hamba Allah SWT yang beriman dan ahli ibadah. Mereka berdua adalah orang yang beriman dan ahli ibadah.

Selamat jalan kakakku berdua. Banyak yang merasa kehilangan. Jeha, Jena dan Jida juga sangat kehilangan. Saat mudik besok kami sudah tidak bisa bertemu kalian lagi.

Semoga saat ini kalian tetap berpegangan tangan, bermain di taman-taman surga yang penuh kebahagiaan.

Jangan kuatir, insyaallah Adam dan Dea akan kami rawat dengan sebaik-baiknya.

*Adik Kandung Alm. Ustadz Zainal Muttaqin yang sekarang tinggal di Kota Semarang

 

Tag : suara pembaca, tulisan pembaca blokBojonegoro, Zainal Muttaqin, Habib Baihaqi



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini