Perpaduan Tradisi dan Dakwah Islam, Nyadran Masih Dirawat di Era Modern
blokbojonegoro.com | Friday, 24 September 2021 13:00
Kontributor: Maulina Alfiyana
blokBojonegoro.com - Dalam upaya melestarikan tradisi turun-temurun, Nyadran masih dilakukan oleh kalangan masyarakat Jawa. Seperti di Desa Sarangan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Kamis (23/9/2021).
Di Desa Sarangan tradisi Nyadran masih melekat dalam masyarakat, tak heran jika setiap tahun desa ini selalu merayakan tradisi Nyadran pada saat waktu tertentu.
Salah satu tokoh agama Desa Sarangan yang turut merawat tradisi Nyadran, Nur Syam menyampaikan, Nyadran merupakan tradisi Jawa kuno yang diisi dengan berdoa untuk para leluhur desa dan dilanjutkan dengan ambengan (tumpeng).
"Tradisi ini dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat sini, dilakukan di makam leluhur maupun tokoh yang berjasa mendakwahkan agama Islam di masa lampau. Bagi masyarakat Jawa nyadran adalah kewajiban sebagai balas budi pada leluhur," jelas Mbah Nur Syam.
Sambung Mbah Nur Syam, upacara nyadran ini sangatlah sakral. Lewat ritual nyandran pula, masyarakat Jawa melakukan penyucian diri, membersihkan makam beserta batu-batu nisan, lalu mendoakan arwah leluhur. Sekilas mirip ziarah, namun makna nyadran sangat berbeda dengan ziarah kubur.
Pelaksanaan ritual nyadran dilakukan secara kolektif. Seluruh warga desa turut terlibat, bahkan warga pendatang. Dilakukan di pusat pemakaman desa. Setelah makam selesai dibersihkan, acara dilanjutkan dengan menyantap ambeng bersama-sama.
"Menu kenduri pun beragam, ada nasi tumpeng dengan lauk ingkung ayam, urap-urapan, buah-buahan, serta jajan pasar. Disajikan dalam tampah, nampan bulat dari anyaman bambu, tak ketinggalan dikasih alas daun pisang atau daun jati," sambungnya. [lin/mu]
Tag : tradisi nyadran, tradisi jawa
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini