Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Tradisi Kupatan dan Ruwahan Masih Melekat Di Bojonegoro

blokbojonegoro.com | Thursday, 17 March 2022 14:00

Tradisi Kupatan dan Ruwahan Masih Melekat Di Bojonegoro

Reporter : Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Bulan Suci Ramadan tinggal menghitung hari, ditandai dengan datangnya malam Nisfu Sya’ban. Identik dengan tradisi kupatan atau ruwahan. Tampak beberapa hari ini di pasar tradisional maupun sekitar Jalan Protokol, mulai menjamur penjual janur hingga ketupat jadi.

Bahkan, pada malam Nisfu Sya'ban ini, mayoritas warga masyarakat muslim jawa berbondong-bondong ke Masjid. Sembari membagikan kupatan lengkap beserta sayur dan lauk pauk.

Budayawan Bojonegoro, Suyanto mengatakan tradisi kupatan dan lepet merupakan tradisi yang berasal dari suku jawa, bangsa jawa serta peninggalan agama Jawa.

Jauh sebelum agama baru masuk. Diantaranya agama hindu, budha, kristen dan islam. Bangsa Jawa menerima suku bangsa apapun, sehingga suku jawa melebur diri dan mau menggunakan keyakinan agama baru.

"Berkaitan dengan kupatan dan lepet sendiri, merupakan simbol benda atau makanan untuk dinikmati bersama. Dalam arti, (ngaturke lepat lan lepet) atau permintaan maaf menjelang bulan suci Ramadan," tegas Budayawan Bojonegoro, Suyanto.

Menurut Suyanto, dalam memasuki bulan suci ramadhan atau tepatnya pada malam nifsu sya'ban. Di tengah bulan purnama menjelang ramadan, tradisi membuat lepet dilaksanakan oleh suku Jawa yang beragama Islam.

Namun, di era modern kuliner berupa lontong yang disajikan bersamaan dengan sayur. Merupakan sebuah pengembangan kuliner dari lepet dan lepet yang disajikan dari daun pisang berisi beras.

"Kebiasaan membuat kupatan dan lepet, pengembangan mudah konsumsi lontong. Hal itu merupakan simbol atau pengaruh Jawa dan kebudayaan Jawa. Dalam mempersiapkan diri dan hati memasuki bulan Ramadan," papar Suyanto.

Disinggung terkait perkembangan budaya dan tradisi jawa islam, khususnya menjelang bulan suci ramadan. Di Kabupaten Bojonegoro hal ini masih melekat dan kental pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Bahkan, orang Bojonegoro menyebutnya ruwahan. Dalam hal ini, mengenal bulan islam dan jawa yaitu ruwah, dan bulan syawal merupakan tahun barunya.

"Tradisi ruwahan bagi masyarakat Bojonegoro masih melekat. Bahkan turun temurun menjelang ramadan masih melaksanakan kupatan/ruwahan," pungkasnya. [liz/ito]

 

Tag : Kupatan, Bojonegoro



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini