06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |   16:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z, Acara untuk Generasi Muda Bojonegoro   |   14:00 . Tim PkM Dosen UNUGIRI Berikan Pendampingan P5 dan PPRA di Lembaga Pendidikan   |   13:00 . Wujudkan Lansia Bermartabat, PD 'Aisyiyah Bojonegoro Gelar Lokakarya Kelanjutusiaan   |   12:00 . Tim KKN 44 UNUGIRI Observasi di Desa Grabagan   |   06:00 . Menilik Pasukan Kopi Rakyat Jelita Pada Kompetisi Nyethe Rokok Kenduri Cinta 2 Wahono-Nurul   |   21:00 . Barisan Muda Bangga Bojonegoro Siap Menangkan Wahono-Nurul   |   20:00 . Setyo Wahono ajak Ketum PP.Ansor, Addin Jauharudin Bermain Fun Badminton   |   19:00 . Empat Kades Terdakwa Korupsi Pembangunan Jalan di Bojonegoro Dituntut 5 Tahun Penjara   |   18:00 . Diduga Tak Sesuai Spesifikasi, Dua Pembangunan Jalan di Bojonegoro Disidik Kejaksaan   |   17:00 . Judi Online Sebabkan 978 Pasangan di Bojonegoro Cerai   |   16:00 . Jumping Teknologi, Wenseslaus Manggut: Tantangan dan Peluang Industri Media Digital   |   15:00 . Suwarjono: Media Lokal saat ini Tidak Baik-baik Saja, Inilah Tantangan di Tengah Digitalisasi   |  
Fri, 22 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Kerupuk Klenteng Bojonegoro, Tetap Eksis Kini Manfaatkan Medsos untuk Pemasaran

blokbojonegoro.com | Friday, 25 March 2022 19:00

Kerupuk Klenteng Bojonegoro, Tetap Eksis Kini Manfaatkan Medsos untuk Pemasaran

 

Reporter: Lizza Arnofia

blokBojonegoro.com - Siapa yang tak kenal kerupuk? kuliner lezat dan gurih, yang dikonsumsi oleh semua kalangan dari Pejabat hingga rakyat menengah atas dan bawah.

Masyarakat tentu mengenal dengan sebutan Kerupuk Klenteng Rasa Asli. Karena lokasi produksi berada di timur Klenteng Hok Swie Bio yang berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Bojonegoro.

Bahkan sebagian masyarakat menyebutnya kerupuk bang-jo atau abang ijo. Karena kerupuk tersebut identik dengan warna putih, hijau, merah dan kuning. Bahkan sang pemilik tak mempermasalahkan penyebutan nama kerupuk.

Cerita Yang Mengiringi Perjalan Kerupuk Klenteng Tak Hanya Sekedar Nilai Ekonomis

Kerupuk klenteng tak sekadar produk kuliner yang hanya dilihat dari sisi ekonomi. Namun memiliki kisah sejarah yang cukup menarik untuk diulas ceritanya.

Menurut Anton Indarno, generasi ke-empat sebagi pemilik Kerupuk Klenteng Rasa Asli, bermula di tahun 1929, dimana Karasidenan Bojonegoro dipimpin oleh Residen C. E Croes. Kabupaten Bojonegoro sendiri dipimpin oleh Bupati Raden Adipati Aryo Kusumo Adinegoro, disebutkan tahun 1900-1930 kondisi perekonomian Bojonegoro saat itu terbilang membaik.

Salah satunya, diberlakukannya politik etis oleh Pemerintah Hindia Belanda, banyak sekolah yang didirikan dan beberapa bank didirikan untuk mengucurkan kredit kepada pelaku usaha kecil.

Kemudian, di tahun 1929 pasangan suami istri Tan Tjian Liem dan Oei Hay Nio merintis usaha kerupuk tradisional yang memiliki rasa khas yaitu gurih alami.

Sebelum memutuskan membuka usaha produksi kerupuk, Tan Tjian Liem bersama dua rekannya sempat belajar membuat kerupuk ke Sidoarjo. Setelah dirasa mampu membuat kerupuk, kemudian mereka membuka usaha dalam bentuk kongsi. Namun kongsi mereka tak tahan lama alias bubar.

"Tan Tjian Liem akhirnya memutuskan untuk kembali ke Bojonegoro sembari memproduksi kerupuk sendiri. Ia juga kulakan dari kawasan Kapasari, Surabaya karena kerupuk yang diproduksi belum bisa banyak," tegas Anton Indarno.

Peralatan yang Digunakan Tradisional

Menurutnya, dahulu peralatan yang digunakan untuk produksi kerupuk terbilang cukup sederhana. Di antaranya wajan berukuran sedang dari tembaga, sebuah guci untuk tempat penyimpanan garam dan alat pres untuk membentuk kerupuk yang digerakkan oleh tenaga manusia.

"Tak diketahui berapa banyak tapioka yang dihabiskan untuk membuat kerupuk. Tetapi usaha yang dirintis Tan Tjian Liem terus berjalan dan berkembang," ucapnya.

Kerupuk Klenteng Rasa Asli Mulai Dikenal Masyarakat Luas

Setelah generasi pertama, usaha kerupuk kemudian diteruskan oleh Tan Lan Nio yang bersuamikan Njoo Hong Liat. Kerupuk klenteng pun makin dikenal oleh masyarakat luas.

Pada masa itu, para pedagang kerupuk dari daerahnya masing-masing mengayuh sepeda untuk kulakan kerupuk. Sebagian besar berasal dari luar Kota Bojonegoro, mereka biasanya sampai sore lalu bermalam.

"Keesokan harinya mereka kembali ke daerahnya sambil membawa kerupuk dengan jumlah banyak. Bahkan antara bakul dan pemilik sudah selayaknya keluarga besar, karena saking ramenya rumah," imbuh Anton.

Cara Penjualan Kerupuk Klenteng Rasa Asli dari Masa ke Masa

Dahulu cara menjual Kerupuk Klenteng terbilang cukup unik. Kerupuk selain dijual dengan wadah plastik, juga direntengi dan diberi lubang-lubang kecil. Kemudian dimasuki tali yang terbuat dari gedebok pisang kering/tali daun pandan, dan digantung di toko-toko untuk dijual kepada konsumen.

"Namun tetap memiliki ketahanan atau tidak melempem, bedanya kerupuk dahulu dan sekarang. Selain itu cara lain dibungkus dengan daun jati, marena pasokan daun jati dahulu cukup melimpah," tutur generasi ke-empat pemiliki Kerupuk Klenteng Rasa Asli.

Di masa selanjutnya, kerupuk dibungkus kertas koran. Barulah di tahun 1978 bungkus diganti dengan plastik, penjualan kerupuk klenteng pun berbeda dengan sistem sekarang.

"Awalnya menggunakan sistem teban, 1 teban seperti 5 biji, kemudian di tahun 1983 cara menjual diubah menjadi sistem timbangan. Apapun yang terjadi bisnis kerupuk klenteng rasa asli harus terus berjalan, ini membuktikan bahwa kuliner Bojonegoro makin digemari masyarakat luas," paparnya.

Usaha Kerupuk Klenteng Dilanjutkan Generasi Ke-Empat

Setelah dipegang Tan Lan Nio, usaha kerupuk kemudian dilanjutkan oleh Suyanto yang merupakan Ayah dari Anton Indarno. Suyanto merupakan sembilan bersaudara dan mengurus roda usaha Kerupuk Klenteng hingga tahun 2012.

"Sepulang dari Surabaya saya kembali ke Bojonegoro mengurus usaha turun-temurun kerupuk. Karena memang eranya digital, kemudian inisiatif mengambil beberapa langkah di antaranya membuat logo dan mematenkan namanya," cerita Anton.

Menariknya, packaging kerupuk juga didesain semenarik mungkin supaya enak dipandang konsumen. Untuk membuktikan diri kualitasnya, kuliner khas Bojonegoro ini dilakukan penelitian di laboratorium Sucofindo dan mengantongi sertifikat halal.

"Imbas media sosial, kerupuk klenteng juga membangun branding di beberapa sosial media. Kini siapapun bisa mendapatkan Kerupuk Klenteng rasa asli dengan mudah," ujarnya.

Harga Kerupuk Terjangkau

Untuk 1 kilogram kerupuk dibandrol dengan harga sebesar Rp 38.000. Jumlahnya terlihat banyak sekali, satu plastik besar. Bisa juga membeli hanya 1/4 atau 1/2 kilo. Umumnya, masyarakat biasanya membeli 1/2 – 1 kilogram bahkan dan ada yang lebih, untuk stok di rumah atau dibawa untuk oleh-oleh keluar Kota.

Kerupuk Klenteng juga dikemas dengan aman menggunakan plastik berwarna putih dengan kualitas bagus, tidak mudah robek. "Adanya logo kerupuk Klenteng dan bertuliskan Sejak Dulu Disukai Karena Rasa menjadikan keunikan dan bukti kepercayaan bagi masyarakat Bojonegoro terhadap Kerupuk Klenteng yang satu ini," pungkasnya. [liz/lis]

Tag : Kerupuk, klenteng, legendaris



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat