Tradisi Malam Sanga Akulturasi Islam dan Budaya Jawa
blokbojonegoro.com | Friday, 29 April 2022 08:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Sekilas bahwa malam kedua puluh sembilan ramadan atau dikenal Malam Sanga merupakan tradisi islam kejawen. Yaitu islam dengan tradisi Jawa yang sangat erat menyatu.
Menurut Budayawan asal Bojonegoro, Suyanto atau lebih dikenal Pakde Yanto Munyuk, malam sanga sebenarnya adalah MALAM SANGALIKUR yaitu malam ganjil terakhir diantara malem selikur (malam 1) yaitu malam ganjil pertama, malem telulikur (malam 3) malam selawe (malam 5) kemudian malem pitulikur (malam 7).
"Semua malam ganjil setelah puasa dapat 20 hari, diyakini dan dijanjikan oleh Allah SWT adalah malam turunnya Lailatul Qodar dan ini baku di ayat suci Al Qur'an," ungkap Suyanto.
Namun tradisi seperti ini memang berbeda dengan di Arab atau Negara Islam lainvnya. Uniknya di Jawa, tidak hanya tadarusnya saja, namun dengan selamatan (bancakan) berupa tasyakuran dan jemput Lailatul Qodar.
"Di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bojonegoro, saat malam sanga tiba, adapula tradisi colok-colok dengan obor (berupa lampu minyak), sebagai simbol menjemput para arwah leluhur yang akan pulang ke rumah (tilik keluarga)," ujarnya.
Dari situlah karena ada doa saat selamatan atau bancakan tadi, dalam tradisi jawa dahulu, pasti ahli waris memberikan sesaji kepada ahli kubur di rumah masing-masing.
Dahulu sesaji berupa kue apem, pisang, bunga telon (mawar, kenanga, kantil/gading), ada juga kopi segelas beserta sirih, gambir, apu, tembakau hingga lampu senthir/teplok bagian dari colok colok).
"Sesaji yang turun-temurun ini sudah punah. Hampir tidak ada, kecuali dalam keluarga tersebut masih ada orang tua yang setia melaksanakan adat tersebut. Itupun pasti akan punah karena sudah beda konsep dalam tradisi, bahkan dinilai syirik atau dianggap masih animisme," paparnya.
Masih menurut Suyanto, menariknya saat malam sanga tiba, di Kabupaten Bojonegoro sebagian masyarakat juga meyakinkan tradisi melangsugkan akad nikah saat malam sanga dengan harapan mendapatkan berkah Lailatul Qodar.
Selain itu, malam ganjil di bulan ramadan juga dianggap sebagai hari yang baik, maka tradisi memilih hari pernikahan yang biasa dilakukan dengan PETUNG JAWA, yang umumnya tetep dilakukan dan ketika NGEBO BINGUNG memilih malam sanga.
"Pilihan tersebut dianggap hari baik, itulah luwesnya orang Jawa, menerima aturan agama yang ada di Jawa ini. Ngebo Bingung alias Norok Bontek, menganggap malam sanga juga sebagai hari baik," tutup Budayawan asal Bojonegoro. [liz/mu]
Tag : Tradisi jawa, ramadhan 2022
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini