Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

7 Cara Elegan Menyikapi Atasan Toxic, Jangan Buru-buru Resign!

blokbojonegoro.com | Wednesday, 08 February 2023 07:00

7 Cara Elegan Menyikapi Atasan Toxic, Jangan Buru-buru Resign!

Reporter: -

blokBojonegoro.com - Memiliki atasan toxic di lingkungan kerja terkadang membuat kita bingung harus berperilaku seperti apa.

Di satu sisi, semua arahan dan perilakunya terhadap kita tidak bisa diterima dengan lapang dada.

Tapi di sisi lain, kita selalu merasa tertekan sampai tidak bisa memaksimalkan produktivitas dalam bekerja.

Dalam situasi ini, kita harus bagaimana? Untuk menyikapinya coba simak dan mencoba beberapa tips sebagai berikut.

Cara menyikapi atasan toxic dengan elegan

Terburu-buru untuk keluar dari kantor alias resign ketika memiliki atasan yang toxic bukanlah jalan keluar terbaik.

Kita masih bisa menyikapinya dengan elegan agar tidak terlalu terbelenggu dengan sikap dan perilaku toxic dari atasan.

Melansir The Muse, berikut beberapa cara menyikapi atasan toxic yang bisa kita coba.

1. Beri tahu mereka secara lugas

Sebagian besar atasan mungkin tidak menyadari bahwa perilaku yang mereka terapkan ke bawahan itu toxic.

Jadi, pendekatan pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan mereka feedback atau menyampaikan hal tersebut secara langsung atau tidak langsung.

Hal ini bisa menjadi cara paling lugas jika kita berani untuk memberitahunya bahwa sikap mereka selama ini egois, kasar atau membuat kinerja kita kewalahan.

Pahami setiap responsnya, kemungkinan jika mereka menyadari maka lambat laun akan berubah, atau bisa jadi mereka malah tidak peduli dengan kritikan atau saran dari kita.

Dalam hal ini, mungkin kita bisa bicarakan dengan pihak manajemen secara halus bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

2. Cobalah untuk memahami dan bukan memaafkan

Cobalah untuk memahami keadaan di setiap perilaku beracun yang atasan terapkan pada kita atau tim.

Mungkin cara terbaik menyikapinya adalah dengan menawarkan solusi yang bisa memberikan mereka untuk mengurangi perilaku "menekan" pada orang lain.

3. Menjalin koneksi lain

Jika sudah terjebak dengan situasi yang memberatkan kita dalam bekerja, cobalah menjalin koneksi lain.

Bisa dengan atasan atau rekan kerja di lain divisi, atau membangun koneksi di luar pekerjaan.

Membina hubungan baik ini bisa menjadi pintu baru bagi peluang karier kita yang lebih cemerlang.

Atau paling tidak, hubungan baik ini bisa meningkatkan produktivitas kita dalam bekerja yang tidak pernah merasa bahagia berada di divisi bersama dengan atasan toxic.

4. Mengembangkan diri

Memiliki atasan atau bos toxic bukan berarti menjebak kita untuk tidak bisa berkembang.

Lihat lagi ke dalam diri sendiri, gali potensi itu yang belum pernah tercapai dan cobalah untuk mengembangkan diri.

Cara ini bisa menjadi alternatif bagi kita untuk mendapatkan peluang baru.

5. Minta bantuan ke divisi lain

Terkadang, bos yang toxic adalah bagian dari manajemen tim yang toxic juga, sehingga hal itu akan menjadi "lingkaran setan" di kantor tersebut.

Tapi, cobalah amati dari sisi lain, misalnya saja tim HRD yang biasanya netral dan tidak terlibat di drama kantor.

Meminta bantuan ke tim HRD mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah, tapi ingat, kalau bisa dokumentasikan semua perilaku toxic dari atasan yang benar-benar mengganggu kinerja kita selama ini.

Jangan sampai mengutarakan hal-hal yang tampak hanya menyelamatkan diri sendiri. Paling tidak kita bergerak meminta bantuan ke divisi lain agar terlihat seperti sedang menyelamatkan "satu kapal".

6. Memperjelas kondisinya

Coba telaah lagi, apakah perilaku toxic dari bos atau atasan itu hanya ditujukan kepada kita atau memang semuanya merasakan hal yang sama.

Bergabung bersama orang lain yang "senasib sepenanggungan" bisa membuat beban atasan yang toxic berkurang karena akan ada pembicaraan yang bisa membuka kesempatan untuk sekadar "membuang unek-unek".

7. Resign di waktu yang tepat

Jika kita sudah kehabisan semua opsi lain yang membuat kita semakin nyaman dan tenang dalam bekerja, maka resign di waktu yang tepat bisa menjadi pilihan.

Mengapa di waktu yang tepat? Para ahli karier menyarankan agar tidak terburu-buru keluar dari pekerjaan tanpa ada pekerjaan baru yang sudah kita tanda-tangani.

Paling tidak ikuti regulasi kantor untuk bisa resign, misalnya H-30 atau H-3 bulan sesuai dengan kebutuhan kantor.

Setelah mendapatkan peluang kerja baru, jangan lagi ingat-ingat kelakuan bos yang toxic ini supaya kita bisa lebih bahagia dalam meniti karier.

*Sumber: kompas.com

 

Tag : kerja, atasan, toxic



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini