22:00 . Survei ARCI: Elektabilitas Wahono-Nurul 75,5%, Teguh-Farida 19,6%   |   21:00 . Tingkatkan Derajat Kesehatan Pekerja Lewat Program Atraktif, Pertamina EP Cepu Catatkan Rekor Muri   |   20:00 . Gebyar Milenial dan Gen Z Bojonegoro Berlangsung Meriah   |   18:00 . Tim Pemenangan Teguh-Farida Akui Tak Tahu Kampanye ‘Bojonegoro Klunting’ di Kepohbaru   |   16:00 . Kampanye Hari Terakhir Pilbup Bojonegoro Berujung Ricuh, Warga Saling Lempar Batu   |   15:00 . 22 TPS di Sekar Bojonegoro Sulit Dijangkau, Ada yang Gegara Jembatan Putus   |   12:00 . Peringati Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Dinkes Bojonegoro Ajak Warga Jaga Kesehatan Paru   |   23:00 . Ribuan Warga Bojonegoro Mlaku Bareng Khofifah-Emil dan Wahono-Nurul   |   19:00 . Diduga Tak Netral, PMII Bojonegoro Minta Ketua Bawaslu Mundur   |   17:00 . Beredar Foto Ketua Bawaslu Bojonegoro Berkaos PDI-P, Benarkah?   |   16:00 . Kembangkan Potensi, PEP Sukowati Gelar Pelatihan Pengolahan Herbal   |   15:00 . 5 Tersangka Korupsi Mobil Siaga Bojonegoro Segera Disidang   |   06:00 . Gelar Muskab, Setyawan Mubayinan Kembali Terpilih Jadi Ketua Pengkab TI Bojonegoro   |   21:00 . Muhammadiyah Bojonegoro Serukan Pilih Cabup yang Bersedia Dengar Suara Rakyat   |   19:00 . Dipindah ke Lapas Bojonegoro, Napi Teroris Dikawal Ketat Densus 88 AT Polri   |  
Sun, 24 November 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

10 Kalimat yang Seharusnya Tak Diucapkan Pasangan di Depan Anak-anak

blokbojonegoro.com | Thursday, 04 May 2023 07:00

10 Kalimat yang Seharusnya Tak Diucapkan Pasangan di Depan Anak-anak

Reporter: -

blokBojonegoro.com - Bagi pasangan yang telah menjadi orangtua, kekuatan kemitraan dan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain (melalui saat-saat baik dan buruk) adalah bahan penting dalam membangun fondasi yang kuat untuk anak-anak.

Meskipun perselisihan sesekali antara pasangan tidak dapat dihindari dan sangat normal terjadi, namun kita tidak seharusnya saling melontarkan kata-kata yang kasar di depan anak-anak.

Sebab, hal ini tentunya dapat memiliki efek negatif yang berkepanjangan pada dinamika keluarga, serta perkembangan mental anak kita.

Di sisi lain, anak-anak juga perlu merasa aman dan stabil di dalam keluarga.

Jadi, memiliki orangtua yang saling merendahkan satu sama lain dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan kerusakan emosional jangka panjang.

Kalimat yang seharusnya tak diucapkan di depan anak

Maka, bagi pasangan yang ingin mempertahankan kesatuan rumah tangga dan membina lingkungan keluarga yang sehat dan suportif, simak 10 kalimat yang tidak boleh diucapkan satu sama lain di depan anak-anak.

1. "Mengapa kamu tidak bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik."

Entah itu keluhan tentang mengganti popok atau bermain terlalu kasar dengan anak-anak, mengkritik gaya pengasuhan atau kemampuan pasangan di depan anak-anak harus dihentikan atau dihindari.

Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak dari segala usia, dari bayi hingga remaja, dapat menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan otak awal, masalah tidur, kecemasan, dan masalah serius lainnya sebagai akibat dari hidup dengan konflik antar orangtua yang parah atau kronis.

2. "Ingatkah kamu kapan terakhir kali kamu..."

Penting untuk menghindari mengungkit kesalahan atau perselisihan di masa lalu di depan anak-anak, yang dapat membuat mereka merasa tidak nyaman atau terjebak di tengah-tengah.

Fokuslah pada masa kini dan masa depan, serta mendorong anak-anak untuk melakukan hal yang sama.

3. "Kamu memang bodoh."

Menggunakan hinaan dan bahasa yang menyakitkan untuk menggambarkan atau menyapa pasangan tidak pernah dapat diterima, terutama di depan anak-anak.

Panggilan nama, bahkan pada saat marah, memberikan contoh yang buruk dan dapat menyebabkan anak-anak percaya bahwa tidak apa-apa untuk tidak menghormati orang lain juga.

Penelitian pun menunjukkan adanya korelasi antara pria yang menghina pasangan intimnya dengan tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang lebih tinggi.

4. "Kamu membuatku gila/stres/susah!"

Berteriak atau meneriaki pasangan di depan anak-anak dapat menakutkan dan mengintimidasi, serta menciptakan lingkungan rumah yang penuh tekanan dan tidak menyenangkan.

Penelitian jangka panjang tentang dampak berteriak di rumah telah menunjukkan hubungan antara disiplin verbal yang keras dengan masalah perilaku anak dan gejala depresi.

5. "Mengapa kamu selalu cengeng dan sensitif?"

Mengabaikan dan meremehkan perasaan atau kekhawatiran pasangan dapat menyebabkan mereka merasa tidak penting dan tidak didengar.

Anak-anak mungkin merasa diremehkan dengan cara yang sama dan konsekuensi kesehatan mental yang negatif dari anak-anak yang mengalami pertengkaran orangtua telah didokumentasikan dengan baik.

6. "Kamu bertingkah seperti [ibumu yang sombong]."

Mengkritik atau membuat komentar negatif tentang keluarga atau pasangan juga dapat menyebabkan ketegangan dan kebencian, serta dapat menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi anak-anak.

7. "Kita bercerai saja!"

Bahkan jika pasangan sedang mengalami masa-masa sulit, mengancam untuk mengakhiri hubungan di depan anak-anak dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang tidak perlu bagi mereka.

Ini juga akan membuat anak-anak merasa tidak aman dan tidak yakin akan masa depan keluarga mereka, serta masa depan mereka sendiri.

8. "Kita tidak bisa membeli apapun karena kamu boros."

Masalah keuangan bisa menjadi sumber utama konflik dalam hubungan.

Tapi, penting untuk menghindari mendiskusikannya di depan anak-anak, yang seharusnya tidak perlu berurusan dengan stres atau kecemasan yang berkaitan dengan masalah keuangan.

Maka, kita perlu mempelajari cara berbicara dengan anak-anak tentang keuangan sejak dini untuk membantu mereka membentuk kebiasaan dan nilai yang baik soal ini di masa depan.

9. "Jika kamu tidak melakukan..., maka semuanya akan berakhir."

Memberikan ultimatum atau tuntutan dapat menyebabkan ketegangan maupun konflik dalam hubungan apa pun.

Tetapi, melakukannya di depan anak-anak dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak dapat diprediksi bagi mereka.

Para ahli mengatakan bahwa orangtua harus mengambil langkah mundur, saling memberi kesempatan, dan ingat bahwa mereka berada di tim yang sama.

10. "Sial!"

Hindari mengumpat atau menggunakan bahasa yang tidak pantas dengan pasangan di depan anak-anak.

Apakah kata umpatan kadang-kadang keluar di sana-sini dalam kehidupan sehari-hari? Tentu saja.

Tapi, sering menggunakannya dalam percakapan adalah hal yang menyinggung, malas, dan mengajarkan anak-anak bahwa mereka tidak perlu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan diri mereka dengan baik dan benar.

*Sumber: kompas.com

Tag : pendidikan, keluarga, anak, pasangan, bertengkar



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat