Umat Konghucu di Bojonegoro Khusyuk Ikuti Sembahyang Rebutan
blokbojonegoro.com | Thursday, 31 August 2023 17:00
Reporter: Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Aroma dupa wangi menyeruak di seluruh sudut Kelenteng Hok Swie Bio Bojonegoro yang berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Meja persembahan berwarna merah di Tempat Ibadah Tri Dharma itu mulai dipenuhi aneka sesaji.
Umat Konghucu di Bojonegoro tengah melaksanakan kegiatan rutin tahunan yakni ritual sembahyang dan tradisi rebutan sebagai bentuk sedekah bumi, Kamis (31/8/2023).
Sembahyang Rebutan atau Doa bagi para roh umum di kalangan umat Tionghoa biasanya dilakukan setiap bulan ketujuh tahun Imlek. Doa ini dipersembahkan bagi para roh serta leluhur untuk mencapai keabadian.
Tak hanya umat Tionghoa saja, namun juga ratusan warga Bojonegoro tumplek blek menyaksikan momentum Sembahyang Rebutan tersebut.
Hadi Sugiarto, selaku Wakil Ketua Harian Kelenteng Hok Swie Bio, mengatakan bahwa sembahyang dan tradisi rebutan ini sudah dilakukan setiap tahunnya. Namun karena dua tahun terakhir adalah masa pandemi Covid-19, sehingga hanya menyelenggarakan sembahyang tanpa tradisi rebutan.
"Hari ini puncak sembahyang sedekah bumi yang dimulai pada jam 10 pagi hingga selesai," tegas Hadi Sugiarto.
Sembahyang Rebutan ini digelar bagi roh umum yang mungkin karena satu, dan lain hal belum mendapatkan perhatian atau doa dari keluarganya.
"Harapannya dengan adanya tradisi ini, semua masyarakat Bojonegoro memperoleh keselamatan, keberuntungan, panjang umur dan diluaskan dalam rezeki," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Keagamaan Kelenteng Hok Swie Bio Bojonegoro, Kho Tjiang San menambahkan, sembahyang rebutan selalu digelar setiap tahun. Meskipun pandemi acara sembahyang tetap ada, namun sejak pandemi melanda dua tahun terakhir. Acara rebutan usai sembahyang tidak digelar, hanya acara inti.
Lelaki yang juga merupakan Rohaniawan Konghucu sekaligus pengurus FKUB Kabupaten Bojonegoro, ini juga menuturkan sembahyang rebutan ini untuk memberi sesaji kepada arwah para leluhur dengan menuliskan nama di sebuah bendera.
"Dengan menempatkan beragam makanan. Diantaranya nasi putih, aneka buah-buahan, sayuran, ikan dan daging.
Kemudian, para jemaat ini melakukan ritual dengan membakar dupa sambil berdoa kepada para leluhur sambil memutar sebanyak tiga kali," tambahnya.
Usai ibadah, warga Tri Dharma juga saling berebut gunungan sesaji berbaur dengan warga sekitar yang sejak pagi telah menunggu di luar tempat ibadah.
Berbagai sesajen juga tampak tumpek blek di meja khusus yang disajikan untuk para arwah.
Salah satunya sesajen berupa tebu yang mengingatkan, bahwa dahulu masyarakat Tiongkok diserang musuh dan lari berhamburan. Kemudian mereka selamat karena bersembunyi di rumpun tebu.
"Simbolik tersebut melambangkan bahwa Iman manusia yang selalu tumbuh. Segala sesuatu itu harus tumbuh dan gampang, kita harapkan orang punya Iman yang selalu tumbuh," ulas Kho Tjiang San. [liz/mu]
Tag : Sembayang rebutan, umat konghucu
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini