Spirit Politik di Tahun Baru
blokbojonegoro.com | Sunday, 31 December 2023 16:00
Oleh: Usman Roin *
blokbojonegoro.com - TAHUN-2024 Masehi sebentar lagi tiba. Dengan tibanya tahun baru, tentu semangat (spirit) kehadirannya tidak sekadar diujung perayaan saja, yakni pukul 00.00. Lebih dari itu, tentu bagaimana kita tetap memiliki semangat sama -dalam arti istikamah- atau justru meningkat dari tahun 2023 yang telah kita lalui.
Di 2024 ini, tentu semangat utama yang perlu kita tingkatkan adalah semangat membaca. Atau dalam tren kekinian melek literasi baca tulis, yakni sebuah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis -yang tersirat maupun tersurat- untuk kemudian dilakukan berwujud pengembangan pengetahuan dan potensi diri.
Era multimedia, menyajikan berbagai ragam informasi yang datang silih berganti terdekat dari ruang genggam kita.
Tentu di sinilah kecerdasan kita diperlukan, yakni mampu menangkap pesan apa yang disajikan untuk kemudian ditelah secara seksama, agar kemudian tidak ditelan mentah-mentah. Upaya kecil menelaah aneka informasi inilah, dalam kaca penulis sebagai spirit utama yang perlu dipersiapkan di tahun baru.
Apalagi pasca debat capres-cawapres yang digelar KPU baru-baru ini, eskalasi dukung-menjatuhkan antar pendukung paslon 1, 2, dan 3 santer “terlihat panas” di jagad media. Gambaran itu penulis amati betul bagaimana pendukung saling menimpali percakapan -hingga ribuan komentar- atas postingan informasi yang diunggah sebuah media.
Fenomena itu seakan-akan “lumrah”, bahkan “disengaja” jelang pemilu. Hanya saja bagi penulis, jangan karena hajat sesaat memilih Presiden dan Wakil Presiden, etika berkomentar kita -sebagai warganet- keluar dari jati diri bangsa ketimuran yang kental dengan kesopanan kala bertutur.
Lebih jauh, bisa dibayangkan bila kemudian karena masalah percakapan di jagad media berlanjut dalam ruang nyata. Tentu siapapun itu, tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Karenanya, di sinilah urgensi seluruh komponen untuk bersama membangun kondusifitas jelang pemilu itu diperlukan.
Spirit berikutnya adalah menjaga persatuan. Persatuan yang penulis maksud, yakni semangat bersama menjaga kedamaian hadirnya Pemilu di tahun baru. Sebagai gambaran, kala meliwati jalan pedesaan, penulis melihat pohon baliho caleg yang saling berdampingan memperebutkan hati pemilih, yaitu warga masyarakat.
Analogi sederhananya, bila baliho caleg dari ragam partai dan bentuk ukuran saja bisa berdampingan masangnya, tentu itu sangat bisa dilakukan dalam ruang nyata. Artinya, para capres-cawapres, caleg, saling memberi contoh terbaik untuk mendahulukan persatuan daripada perpecahan. Sehingga semangat persatuan tersebut, juga terimplementasi nyata oleh para pendukung di akar rumput.
Pada level lebih atas, menjadi indah meski berbeda dalam “pilih-dukung” semangat capres-cawapres menjaga persatuan dikedepankan. Mulai dari menghindari statemen yang memercikkan bumbu-bumbu konflik, yang era kekinian jauh lebih cepat imbasnya tersampaikan antar sesama pendukung.
Secuil gagasan penulis di atas, hanya sekadar pengingat bersama sebagai upaya mencairkan ketegangan sosial politik. Meminjam bahasa Prof. Dr. Musa Asy’ari (2017:82) kebersamaan hidup yang kuat, kebersamaan dalam suka dan duka, dan kebersamaan menghadapi tantangan masa depan kehidupan.
Dengan demikian, tahun baru yang berbarengan dengan Pemilu yang pada hari ini, 31 Desember 2023 itu dalam posisi 44 hari menuju pemungutan suara pada 14 Februari 2024. Karenanya, perlu kerjasama banyak komponen untuk memperkuat persatuan.
Sebagai pemilih, hajat memilih cukup kita suarakan dengan mencoblos pilihan hasil telaah paparan gagasan yang ditawarkan. Selain itu, didukung pula oleh pembacaan rekam jejak program-program yang ditawarkan bukan sekadar janji tanpa ada realisasi, yang hari ini mudah untuk ditelusuri.
Akhirnya, selamat Tahun Baru 2024. Siapapun yang terpilih, biar mempertanggung jawabkan keterpilihannya menjadi wakil yang amanah. Karena politik sendiri meminjam bahasa Prof. Dr. Kuntowijoyo (2018:348), hanya memikirkan masalah-masalah yang berjangka pendek. Hingga beliau takut, dengan berpolitik umat -dalam hal ini warga masyarakat- menjadi miopis, hanya mampu melihat realitas-realitas yang dekat. Semoga, hal itu tidak terjadi. [lis]
*Penulis adalah Dosen Prodi PAI UNUGIRI dan Pengurus PAC Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Balen, Bojonegoro.
Tag : kolom, tahun baru
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini