Pilihlah Karena Cinta, Bojonegoro Pasti Sejahtera
blokbojonegoro.com | Monday, 12 February 2024 12:00
Oleh: H. Abdul Wahid Azar, SH.*
Di kala kita berdiri di ambang pemilihan pemimpin Bojonegoro, saatnya untuk memilih bukan hanya berdasarkan pertukaran uang atau janji-janji yang bersifat sementara. Sebaliknya, mari kita pandang pemilihan ini sebagai sebuah momen besar untuk menentukan masa depan yang lebih baik, dengan dasar cinta pada kesejahteraan bersama.
Melihat perjalanan Bojonegoro selama bertahun-tahun, kita menyadari bahwa meski ada perubahan, namun kemajuan yang diharapkan masih terasa kurang. Inilah saatnya bagi kita untuk merenung, mempertimbangkan nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar dari pemilihan ini.
Pemilihan berdasarkan uang dan janji-janji manis mungkin akan memberikan keuntungan sesaat, namun kita tidak boleh melupakan bahwa kesejahteraan masyarakat memerlukan pemimpin dengan visi yang jelas, integritas yang kokoh, dan komitmen untuk mengatasi akar permasalahan. Masa depan Bojonegoro haruslah diarahkan pada kemajuan yang berkelanjutan, bukan sekadar stagnasi atau bahkan kemunduran.
Masalah seperti kemiskinan, pengangguran, stunting, dan perceraian bukanlah tantangan yang sepele. Kita perlu memilih pemimpin yang memiliki strategi konkret untuk meningkatkan perekonomian, mengurangi ketidaksetaraan, dan memberdayakan masyarakat. Inilah saatnya untuk memilih bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan bagi seluruh warga Bojonegoro.
Pilihan berdasarkan cinta pada kesejahteraan Bojonegoro adalah panggilan untuk mengambil bagian dalam sebuah perubahan besar. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik, di mana setiap langkah pemimpin Bojonegoro didorong oleh cinta dan kepedulian sejati terhadap masyarakatnya.
Pupuk Langka, Antara Cinta dan Matematika Birokrat
Di tengah ladang-ladang subur Bojonegoro, petani menjadi penjaga utama kehidupan. Mereka adalah seniman tanah, melibatkan diri dalam sebuah kisah cinta terhadap pertanian. Setiap detik waktu dan setiap pertumbuhan tanaman adalah bab baru dalam buku kehidupan mereka. Ketika mentari bersinar, dan embun pagi masih menutupi daun-daun hijau, petani menyusun kisah hidup mereka di lahan yang mereka cintai.
Namun, di balik keindahan itu, muncul permasalahan yang menghambat keharmonisan kisah cinta ini. Kebijakan dan perhitungan angka matematik yang dikendalikan oleh birokrasi seringkali berbenturan dengan kebijaksanaan dan kasih sayang yang menjadi dasar petani dalam menanam.
Pupuk, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan tanaman, malah menjadi puncak jeritan kekurangan di antara sawah dan hijau. Masalah seperti kelangkaan pupuk seringkali tidak hanya disebabkan oleh kurangnya stok, melainkan juga oleh kurangnya pemahaman dari pihak birokrat. Bagi petani, menanam bukan hanya tentang angka matematik seperti luas area dan kebutuhan per kilogram. Menanam adalah sebuah ikatan keiklasan cinta, di mana petani dan tanaman saling berbagi rasa.
Ketika daun tanaman menguning, petani tidak hanya melihatnya sebagai masalah matematika, tetapi sebagai suatu kegelisahan yang harus diatasi sebuah tanda bahwa nutrisi tanaman perlu di perhatikan dengan sepenuh hati. Petani berusaha dengan berbagai cara, termasuk memberikan pupuk ekstra, karena mereka tahu bahwa pertanian bukan hanya soal hitungan antara luas lahan dan kilogram pupuk, angka matematika tidak selalu berlaku jumlah pupuk tergantung pada treatment petani terhadap sawah ladangnya, kebijaksanaan dan cinta terhadap tanah menjadi panduan utama dalam merawat pertanian.
Petani yang seharusnya menari bersama irama alam, terpaksa harus berteriak dalam keputusasaan. Di sisi lain, produsen pupuk bersikeras bahwa subsidi pupuk sudah mencukupi, menciptakan ketidaksepakatan yang merugikan pertanian Bojonegoro. Persoalan ini bukan hanya soal angka-angka dan peraturan, tetapi juga sebuah panggilan untuk memahami bahwa pertanian adalah cinta dan kesinambungan kehidupan. Melibatkan petani dalam merumuskan kebijakan dan merangkul aspek kebijaksanaan pertanian adalah langkah yang penting untuk membuka lembaran baru dalam kisah cinta tanah Bojonegoro.
Pilih Pemimpin yang Peduli dan Cinta, Bukan Pemburu Kekuasaan
Di saat kita berada di persimpangan jalan pemilihan pemimpin Bojonegoro, bukanlah hanya sekedar soal memilih sosok yang berburu kekuasaan. Ini adalah momen untuk memilih pemimpin yang memiliki cinta dan peduli yang mendalam terhadap rakyat Bojonegoro. Tantangan besar seperti kemiskinan, pengangguran, stunting, dan perceraian memerlukan pemimpin dengan visi yang jauh, yang dapat merumuskan strategi konkret untuk memajukan perekonomian, mengurangi ketidaksetaraan, dan memberdayakan masyarakat.
Dalam memilih, kita tidak hanya melibatkan diri untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu, melainkan melibatkan diri dalam sebuah panggilan untuk menciptakan perubahan positif dan berkelanjutan bagi seluruh warga Bojonegoro. Pemimpin yang terpilih haruslah memiliki komitmen yang teguh untuk bekerja secara adil, transparan, dan berkolaborasi dengan masyarakat.
Mari kita bersatu dalam pemilihan ini, memilih sosok pemimpin yang tidak hanya mahir dalam retorika tetapi juga memiliki catatan prestasi nyata dalam memberikan dampak positif pada kehidupan rakyat Bojonegoro. Pemimpin yang benar-benar mendedikasikan diri untuk menciptakan perubahan yang lebih baik, mengatasi masalah-masalah mendasar, dan membawa kesejahteraan untuk semua.
Hanya dengan pemimpin yang berkomitmen pada cinta dan kepedulian, Bojonegoro dapat berkembang menuju masa depan yang lebih cerah. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjadi agen perubahan, menentukan arah Bojonegoro menuju kemajuan yang sejati dan berkelanjutan.
Tentukan pilihanmu, karena cinta dan hati nuranimu, jangan pilih karena kepentingan sesaat akan merugikan masa depan anak dan cucumu.
*Penulis adalah Caleg DPR RI Partai Demokrat No. urut 2./Bendahara Umum Pengurus Pusat Ikatan Persaudaran Haji Indonesia (IPHI).
Tag : Pemilu, Pemimpin, caleg, Abdul Wahid Azar, Bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini