Pengirim: Nagita Novaola*
blokBojonegoro.com - Indonesia masih menghadapi persoalan gizi yang cukup serius, terlihat dari tingginya kasus gizi kurang pada balita maupun anak usia sekolah. Kekurangan gizi di usia sekolah membawa dampak besar, mulai dari menurunnya kualitas belajar, naiknya angka ketidakhadiran, hingga tingginya angka risiko anak putus sekolah.
Kasus Stunting di Indonesia tentu membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak khususnya pemerintah, hal ini sebagaimana dimaksud daka Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PPPA) Nomor 4 Tahun 2024 yang mengatur tentang penyelenggaraan Pemenuhan Hak Anak.
Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka kasus stunting di Kabupaten Bojengoro pada tahun 2021 sampai 2022 mengalami kenaikan sebanyak 0,4 persen. Penyebab utamanya bisa berupa kurangnya asupan gizi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya risiko infeksi, atau kombinasi keduanya. Masalah ini umumnya banyak terjadi di negara dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.
Meskipun sempat mengalami kenaikan kasus stunting, Kabupaten Bojonegoro selalu berupaya dan bersinergi menggandeng seluruh pihak baik dari komunitas anak hingga UPT terkait untuk menekan angka kasus stunting yang belakangan ini menjadi isu prioritas utama pada anak-anak di Kabupaten Bojonegoro.
Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang berdampak serius bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, tingginya angka stunting yang terjadi di Indonesia tentu menyita perhatian publik dan perlu menjadi prioritas utama pemerintah untuk segera bertindak guna menekan angka stunting.
Stunting tidak hanya merebut masa depan anak-anak, tetapi juga membawa dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang. Realitanya anak yang pernak mengalami stunting pasti cenderung memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit berbahaya diusia dewasa, seperti contoh obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit menular.
Sebagai langkah strategi dalam menekan angka stunting, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menjalankan program dengan menggandeng komunitas anak- anak seperti Forum Anak Bojonegoro, Posyandu Remaja, Forum Generasi Berencana, melalui UPT terkait seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak dan keluarga berencana.
Penanganan kasus stunting akan sulit jika hanya dilakukan oleh sepihak saja, maka dari itu seluruh pihak mulai dari elemen masyarakat dan pemerintah Kabupaten Bojonegoro harus selalu saling support dan optimis. Hal ini direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui program pemberian makanan tambahan (seperti biskuit dan susu formula kepada balita dan ibu hamil, pendampingan dan pemantauan rutin melalui kegiatan posyandu, serta melakukan pencegahan dengan cara preventif yakni sosialiasi dan penyuluhan kepada masyarakat, tidak hanya itu saja namun Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bersama Dinas Kesehatan juga berupaya secara rutin memberikan tablet tambah darah kepada remaja perempuan yang menjadi kunci utama penekanan angka stunting di Kabupaten Bojonegoro.
Sebagai langkah nyata Pemkab Bojonegoro juga selalu optimis melakukan pendekatan dan stategi untuk mencapai target penurunan angka stunting menjadi 9% di tahun 2025 dan berkomitmen untuk terus berupaya menurunkan prevalensi stunting di bawah 10%. Pemkab Bojonegoro juga berkolaborasi dengan TP PKK, melalui Ketua TP PKK aktif melakukan penyuluhan dan memberikan bantuan kepada balita serta ibu hamil, Pemkab Bojonegoro jua menekankan pentingnya data stunting yang akurat dan berbasis masyarakat (e-PPGBM) untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan program.
Kerja nyata Pemkab Bojonegoro dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Pemkab Bojonegoro berhasil meraih penghargaan sebagai salah satu Kabupaten yang berhasil menekan angka kasus stunting. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada Peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) Ke-31 terlaksana di kawasan Pusat Rekreasi Dan Promosi Pembangunan (PRPP) Kota Semarang, Jawa Tengah Jumat, 28 Juni 2024.
Stunting yang menjangkit anak-anak di Indonesia menjadi tantangan nyata untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, karena anak-anak adalah benih harapan bangsa. Stunting juga bukan persoalan kesehatan semata, melainkan penentu kualitas generasi mendatang. Jika Pemerintah tanggap menjadikan kasus stunting menjadikan prioritas penanganan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak dengan tepat tentu dapat melahirkan generasi yang sehat, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi untuk menghadapi tantangan besar dimasa mendatang. Namun sebaliknya, jika Pemerintah kurang tanggap terhadap persoalan stunting tentu akan menjadi bahaya besar untuk keselamatan Bangsa dan Negara Indonesia mendatang.
Oleh karena itu, kerja sama semua pihak pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan agar target penurunan stunting tercapai dan Indonesia mampu melahirkan generasi emas yang sehat, cerdas, dan produktif.
*Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya.
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published