Reporter: Muhammad/Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Soratan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terkait dengan rendahnya serapan anggaran di APBD Bojonegoro ditanggapi serius oleh jajaran DPRD Kabupaten Bojonegoro.
Dengan tegas, Menteri Purbaya saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual, Senin (20/10/2025) kemarin, Purbaya secara khusus menyoroti Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
[Baca Juga: MENTERI KEUANGAN SOROTI APBD BOJONEGORO https://blokbojonegoro.com/2025/10/21/menteri-keuangan-purbaya-soroti-dana-rp3-triliun-di-pemkab-bojonegoro/]
Kepada blokBojonegoro.com, Ketua DPRD Bojonegoro Abdulloh Umar meminta Pemkab Bojonegoro segera menindaklanjuti apa yang disampaikan para menteri saat rapat kemarin. Karena, memang kondisi lapangan serapan masih rendah.
"Setiap rapat, kami terus mengingatkan dinas terkait yang serapannya rendah untuk dipercepat," kata Umar, Selasa (21/10/2025).
Umar berharap, setelah ini dapat dikejar realisasi penggunakan anggaran dan di awal tahun 2026 lebih kencang lagi untuk anggaran prioritas pembangunan dan perputaran ekonomi di masyarakat.
Seperti diberitakan sebelumnya, besarnya dana yang masih mengendap di APBD Bojonegoro disorot tajam oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Bahkan, ia mengkritik tajam terhadap fenomena dana daerah yang mengendap dalam jumlah besar di akhir tahun anggaran.
Purbaya menilai kondisi ini menunjukkan rendahnya efektivitas pengelolaan keuangan, sekaligus menghambat laju perekonomian di daerah.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual itu, Senin (20/10/2025) kemarin, Purbaya secara khusus menyoroti Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sebagai contoh ekstrem. Daerah kaya minyak dan gas ini disebut-sebut menyisakan dana tak terpakai lebih dari Rp3 triliun di kas daerah.
Menkeu Purbaya mempertanyakan tujuan pemerintah daerah yang cenderung menimbun dana hingga menciptakan surplus besar. Menurutnya, hal ini menyalahi fungsi fiskal daerah. “Kalau Pemda tujuannya bukan untuk menabung, tapi meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tegas Purbaya.
Ia menyayangkan dana yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi, terutama di daerah kaya potensi seperti Bojonegoro yang memiliki kontribusi besar dari migas ExxonMobil, justru "mati suri" di bank. [riz/mad]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published