Pengirim: Moh. Alim, S.Pd.*
blokBojonegoro.com - Jumat (19/12/2025) menjadi momentum penting bagi SMA Negeri 1 Kepohbaru dalam memperkuat pilar pendidikan. Bertepatan dengan pembagian rapor semester, sekolah secara resmi menjalankan program GEMAR (Gerakan Ayah Mengambil Rapor).
Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari himbauan Kepala Sekolah, Mariyati, M.Pd., yang mewajibkan rapor diambil oleh figur ayah atau orang tua laki-laki. Kebijakan ini bukanlah tanpa dasar. Program GEMAR berpijak pada Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN No. 14 Tahun 2025. Secara filosofis, langkah ini sejalan dengan mandat Pasal 31 ayat (3) UUD 1945, di mana sistem pendidikan nasional harus mampu meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Tujuan luhur mencerdaskan kehidupan bangsa mustahil tercapai secara maksimal jika sosok ayah absen dalam proses evaluasi pendidikan anak.

Kepala SMA Negeri 1 Kepohbaru, Mariyati, M.Pd., menjelaskan bahwa kehadiran figur ayah sangat krusial dalam proses pendidikan.
“Melalui Program GEMAR, sekolah mendorong keterlibatan langsung figur ayah dalam proses pendidikan anak. Kehadiran ayah saat pengambilan rapor bukan sekadar formalitas, tetapi wujud kepedulian, tanggung jawab, dan sinergi keluarga dengan sekolah dalam membangun karakter, disiplin, serta masa depan peserta didik,” tegas Mariyati.
Pendidikan bukan sekadar tanggung jawab guru di sekolah, melainkan hasil kolaborasi harmonis antara institusi pendidikan dan keluarga. Program GEMAR dilaksanakan untuk memperkuat peran ayah dalam pendampingan pendidikan anak, meningkatkan komunikasi antara sekolah dan keluarga, serta menumbuhkan kesadaran bersama bahwa keberhasilan belajar dan pembentukan karakter peserta didik merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua.
Selama ini, terdapat kecenderungan bahwa urusan pengambilan rapor identik dengan peran ibu. Melalui GEMAR, SMA Negeri 1 Kepohbaru ingin menghapus pemikiran tersebut. Program kolaborasi ini bertujuan agar ayah tidak hanya menjadi tulang punggung yang mencari nafkah secara finansial, tetapi juga hadir secara emosional. Kehadiran ayah di sekolah memungkinkan terjadinya kesepakatan tiga arah antara peserta didik, orang tua, dan sekolah mengenai hal-hal yang mendukung proses pembelajaran selama siswa menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Kepohbaru.
Menariknya, karakteristik masyarakat Kepohbaru yang mayoritas berprofesi sebagai petani ternyata mendukung kesuksesan program ini. Para wali murid mengaku tidak kesulitan meluangkan waktu.
"Tidak bolos kerja, Pak. Wong tani lagi musim santai setelah musim tandur (musim tanam). Jadi bisa berangkat ambil rapor," ujar salah satu wali murid dengan antusias.
Bahkan, mereka yang bekerja di sektor informal lain pun mengupayakan kehadirannya, sebagaimana diungkapkan seorang ayah yang berprofesi sebagai tukang bangunan, "Alhamdulillah dapat izin pemilik proyek, Pak," ungkapnya saat ditemui di sela-sela antrean daftar hadir.
Meski belum terlaksana seratur persen, Program GEMAR adalah jembatan untuk membangun kerja sama yang lebih kuat antara sekolah dan keluarga. Kita harus menyadari bahwa kesibukan mencari nafkah jangan sampai membuat seorang ayah kehilangan peran emosionalnya. Dengan hadir langsung di sekolah, melihat hasil belajar anak, dan berdialog dengan wali kelas, seorang ayah memberikan pesan psikologis yang kuat kepada anaknya bahwa pendidikan adalah prioritas keluarga. Inilah kunci utama dalam membentuk karakter dan akhlak mulia siswa: kehadiran dan kepedulian sosok ayah yang nyata. [mad]
*Jurnalis SMAKEP
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published