PD Muhammadiyah Tekankan Politik Etik
blokbojonegoro.com | Sunday, 29 April 2018 13:00
Kontributor: Apriani
blokBojonegoro.com - Dalam dialog publik yang diselanggarakan oleh Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Bojonegoro, yang dihadiri sekitar 200 orang mulai dari PD Muhammadiyah, Majlis dan Lembaga, Pimpinan Orto daerah, Pimpinan Cabang se-Kabupaten Bojonegoro di Aula Gedung Dakwah Bojonegoro pada Minggu (29/4/2018), mengambil tema 'Politik Etik Muhammadiyah, Dinamika Pemikiran dan Implementasi'.
Dialog itu memberi kesan atau menekankan bahwasannya sangat diperlukan Muhammadiyah dalam berpolitik menggunakan etika. Pasalnya, bagi Muhammadiyah politik etik merupakan nilai yang terkandung dalam politik kebangsaan dan kerakyatan, hal itu hanya dapat diperankan manakala politik kekuasaan dapat direbut.
"Tetapi untuk mencapai politik kerakyatan dan kebangsaan, politik kekuasaan harus diraih terlebih dulu, ini dalam rangka menegakkan politik kebangsaan dan kerakyatan intinya disitu, itulah yang harus dilakukan muhammadiyah jika ingin membangun bangsa dan umat," ujar Sekretaris M. Yazid Mar'i kepada blokBojonegoro.com.
Selain itu, dalam dialog publik tersebut menghadirkan narasumber dari Majlis Hikmah PWM Jatim, Drs. Suli Daim, M.Hum berbicara tentang Pilkada Bojonegoro dan Jatim di mata Muhammadyah.
Kang Suli Daim mengawali dengan pernyataan Kholifah Ali bin Abi Tholib 'Bahwa kedhaliman bukan karena banyaknya orang yang jahat, tetapi lebih karena banyaknya orang baik yang diam. Beliau juga mengutip pernyataan Presiden Turki Racep Tayyib Erdorgen, bahwa negara akan dikuasai oleh orang-orang jahat, jika orang-orang baik tidak ikut politik.
"Sedangkan menurut Yusril Izza Mahendra, segudang kepintaran tak ada harganya jika dibandingkan dengan segenggam kekuasaan. Dan ada pula pernyataan dari Amin Rais yang menyebutkan, politik tidak bisa dipisahkan dengan agama, karena akan menjadi bringas dan eksploitatif," terang Suli Daim dalam menyampaikan materi.
Sementara itu, DR.H. Suyoto, M.Si. sebagai narasumber berbicara tentang Menggugat Peran Politik Muhammadiyah (Politik Muhammadiyah Harapan dan realitas).
Kang Yoto mengajak warga Muhammadiyah yang hadir, untuk mengganti sofrware lama tentang politik untuk ke sofeware baru. "Kita tidak boleh lagi memandang masif tentang politik, karena hakekat politik sesungguhnya adalah publik, yaitu bagaimana publik harus direbut," ujarnya dalam penyampaian materi.
Mantan bupati Bojonegoro itu juga menambahkan, menjaga jarak yang sama dengan partai politik dalam perspektif Muhammadiyah, tentu tidak bisa difahami hanya sebagai penonton, tapi harus dimaknai sebagai aktor, yaitu harus bergerak dan ikut berperan dalam pemenangan calon pemimpin.
Hal itu dianggap penting karena muhammadiyah dapat berperan serta dalam memberikan kontrubusi positif pada arah pembangunan bangsa dan umat, termasuk Bojonegoro. Dengan sedikit jok-jok khasnya, ia membaca bahwa keputusan panitia menghadirkan Kang Suli Daim dan dirinya sebagai narasumber menandakan bahwa muhammadiyah telah bergerak pada tataran praktis politis, bukan sekadar filosofis politik.
Dapat dimaknai, bahwa warga Muhammadiyah tidak hanya cerdas tapi juga cerdik, maka tentu tidak sekadar memilih, tapi juga berupaya untuk menang. "Maka tentu gerakan riil, shodaqoh politik, keseriusan peran warga persyarikatan di semua level, struktural, dan sosial adalah jalan pilihan politik Muhammadiyah," tuturnya.
Sementara Wakil Ketua yang membidangi LHKP Drs. Sholihik Jamik, M.Hum mengamini pernyataan Kang Yoto prihal kecerdasan sekaligus kecerdikan Muhammadiyah berpolitik. Selain itu, juga dipandang perlu untuk membuat sekolah politik bagi kader-kader Muhammadiyah, sebagi bentuk regenerasi.[ani/mu]
Tag : muhammadiyah
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini