Pladu, Munggut dan Ngumboh
blokbojonegoro.com | Friday, 20 December 2019 06:00
Reporter: Muharrom
blokBojonegoro.com – Seminggu terakhir ini, media sosial terutama Facebook benar-benar meriah dengan tiga kata; pladu, munggut dan ngumboh.
Kata tersebut mempunyai arti atau maksud yang kemungkinan sama, yakni ikan tengah mabuk akibat pergantian kondisi air. Ya, memang Bengawan Solo telah berubah dari debet air minim menjadi melimpah.
Warna air sungai terpanjang di Jawa tersebut kecokelatan. Setelah sebelumnya bening berubah kehitaman yang diduga tercemar limbah.
“Kalau di bagian timur air mabuk di bengawan disebut munggut,” kata seorang warga yang tengah mencari ikan semalam di wilayah Kedungbondo, Kecamatan Balen, Arif.
Arif yang mengaku asal Desa Kabunan, Kecamatan Balen, Bojonegoro itu menambahkan, jika di bagian barat Bojonegoro warga menjuluki dengan pladu.
“Di selatan dan beberapa daerah lain dikatakan ngumboh,” tambah warga lain, Yanto.
Pladu, munggut dan ngumboh memang kata yang selalu dinanti oleh warga di bantaran Bengawan Solo. “Kita sudah menanti beberapa kali, tapi disampai bawah wilayah Kanor,” jelas Fauzi, warga Desa Sarangan, Kecamatan Kanor.
Sebab, ketika itu terjadi, maka pesta tersaji dengan berbagai jenis ikan, mulai tawes (bader/keplekan), nila/mujaer, jambal (rengkik) dan patin (jendil). Atau ikan khas bengawan lain yang disebut warga bernama keting, garingan, kecot, arengan, sili dan lain-lain. [mu/ito]
Tag : pladu, munggut, ngumboh, nggawan, bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini