Peran Penting Industri Hulu Migas bagi Ketahanan Energi Nasional
blokbojonegoro.com | Tuesday, 28 December 2021 17:30
Reporter: Parto Sasmito
blokbojonegoro.com - Pertumbuhan konsumsi energi terus naik seiring pertumbuhan penduduk. Keinginan Indonesia untuk menjadi negara maju pun harus didukung dengan ketersediaan energi yang mencukupi. Kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas) merupakan industri strategis dan salah satu sektor yang berkontribusi besar bagi pendapatan negara Indonesia, terutama menjadi penggerak perekonomian lokal maupun nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), migas masih tetap berperan dominan dalam bauran energi primer nasional hingga tahun 2050. Demikian disampaikan Kepala Departemen Humas Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Indra Zulkarnain, dalam kuliah umum secara hibrida (daring dan luring) dengan tema “Peran Industri Hulu Migas dalam Ketahanan Energi Nasional” di Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (UB), Malang, Senin, 6 Desember 2021.
Menurut Indra, penerimaan bisnis hulu migas dapat berperan bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat apabila ditentukan oleh bagaimana APBN dapat dibelanjakan secara bijak. SKK Migas mencatat penerimaan negara sebesar US$9,53 miliar atau setara Rp131,6 triliun (kurs Rp14.076 per dolar Amerika Serikat) melalui industri hulu migas per September 2021. Angka tersebut melebihi target yang ditetapkan sebesar US$7,28 miliar atau tumbuh 131%.
Produksi minyak nasional saat ini berkisar pada 700 ribu barel per hari (BOPD), sedangkan konsumsi berada di angka 1,6 juta BOPD. Berdasarkan proyeksi kebutuhan energi Indonesia yang ditetapkan dalam RUEN, konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat menjadi 3,97 juta BOPD pada 2050 atau naik sebesar 139%. Sedangkan konsumsi gas meningkat lebih besar lagi, dari 6.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 26.000 MMSCFD pada 2050 atau naik 298%.
Sejalan dengan dorongan ini, Indra menyampaikan optimisme sebagai bagian dari visi SKK Migas untuk mendorong terpenuhinya target produksi 1 juta BOPD dan 12.000 MMSCFD pada tahun 2030. SKK Migas telah mencetuskan empat strategi untuk mendorong terpenuhinya visi tersebut, yakni optimalisasi lapangan-lapangan migas yang tersedia, transformasi sumber daya yang telah tersedia menjadi produksi, pengembangan water flood (EOR) pada area produksi yang tersedia, hingga mempertahankan produksi melalui kegiatan eksplorasi migas di Indonesia.
Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh SKK Migas Jabanusa bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Jabanusa bekerja sama dengan Fakultas Teknik UB. Indra berharap kuliah umum ini dapat meningkatkan pemahaman dan memberikan informasi serta sosialisasi mengenai kegiatan industri hulu migas kepada kalangan mahasiswa.
"Ini merupakan program kerja kami setiap tahun untuk memberikan kuliah umum di perguruan tinggi. Kita juga memaparkan industri hulu migas ini penting diketahui oleh mahasiswa," ujar Indra.
Sementara itu, pembicara lainnya, Humas dan Juru Bicara ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Rexy Mawardijaya, menyampaikan bahwa Proyek Banyu Urip merupakan pengembangan pertama di Wilayah Kerja Blok Cepu yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melibatkan pengembangan lapangan minyak Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur. Di bawah pengawasan SKK Migas selaku pelaksana pengelolaan industri hulu migas berdasarkan kontrak kerja sama, EMCL adalah operator Blok Cepu dengan participating interest sebesar 45%; bersama-sama para mitra Blok Cepu, PT Pertamina EP Cepu sebesar 45%; dan empat perusahaan pemerintah daerah sebesar 10%.
“Sejak produksi awal pada tahun 2009 hingga saat ini, EMCL terus menghasilkan prestasi yang membanggakan. Saat ini lapangan Banyu Urip menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia,” kata Rexy.
Sementara, Dekan Fakultas Teknik UB, Prof. Hadi Suyono, menyambut baik kegiatan kuliah umum ini dan berharap ke depan tercipta kerja sama antara Fakultas Teknik UB dengan SKK Migas dan KKKS untuk riset dan inovasi. Menurutnya, penggunaan energi migas yang terbesar saat ini untuk sektor transportasi dan industri menghasilkan efek samping bagi masyarakat di bidang kesehatan. Untuk itu dirinya berharap ada riset untuk meneliti efek samping dari penggunaan migas bersama dengan UB sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi.
Hadi menambahkan sektor industri migas saat ini membutuhkan banyak riset dan inovasi baru karena energi fosil diperkirakan akan habis dan membutuhkan strategi baru jika terus dipertahankan. Untuk itu, dengan jumlah mahasiswa dan dosen yang ada saat ini, dirinya berharap Fakultas Teknik UB dapat ikut memberikan kontribusi kepada sektor migas menuju ketahanan energi nasional.
Kegiatan kuliah umum ini dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dan dosen. Sesi tanya jawab disambut antusias oleh peserta yang hadir melalui media zoom (daring) maupun secara luring. [lis]
Tag : Migas, ekonomi, hulu, skk
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini