Tradisi Colok-Colok di Mojodeso Tandai Datangnya Malam Sanga
blokbojonegoro.com | Saturday, 30 April 2022 19:00
Reporter : Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Ketika bulan Ramadan menjelang Idul Fitri, memang terdapat beberapa tradisi unik sesuai di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Bojonegoro, tradisi colok-colok menandai datangnya malam sanga atau malam keduapuluh sembilan Ramadan.
Umumnya peringatan colok-colok malam sanga ini menampilkan obor dan ublik yang dipasang di depan rumah serta sepanjang jalan. Di tengah gempuran era modernisasi, juga dilakukan dengan atraksi pegang api dan permainan sepak bola api.
"Colok-colok ini menandai datangnya malam sanga, malam ganjil keduapuluh sembilan ramadan. Bahkan sebagian masyarakat meyakini, di malam ini ahli kubur pulang ke rumah," tegas warga Mojodeso, Adib Nurdiyanto.
Menariknya, kesenian tradisional seperti oklik juga turut mengiringi datangnya malam sanga di beberapa desa. Namun, malam sanga kali ini, terdapat hal berbeda pada colok-colok yang ada di Desa Mojodeso Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro.
Adib Nurdiyanto mengatakan malam sanga kali ini ada yang berbeda di Desa Mojodeso, dimana ublik yang biasa dibuat dari botol kaca bekas minuman . Justru ia memanfaatkan kaleng gas portabel sekali pakai yang banyak digunakan untuk kompor piknik.
Bahkan, kaleng-kaleng ini ia simpan setelah digunakan dalam kegiatan edukasi kuliner di rumah kreatif Desa Mojodeso. Ini merupakan salah satu tanggung jawab untuk menerapkan konsep 3R (reuse, reduce, recycle).
"Memilih kaleng karena volume nya jauh lebih besar, sehingga api akan menyala lebih lama. Dibandingkan menggunakan botol kaca bekas minuman," ucapnya.
Terpisah, Budayawan asal Bojonegoro, Suyanto atau lebih dikenal Pakde Yanto Munyuk, Malem Sanga sebenarnya adalah MALEM SANGALIKUR yaitu malam ganjil terakhir diantara malem selikur (malem 1) yaitu malam ganjil pertama, malem telulikur (malem 3). Malem selawe (malem 5) kemudian malem pitulikur (malem 27).
"Semua malam ganjil setelah puasa dapat 20 hari, diyakini dan dijanjikan oleh Allah SWT. Adalah malam turunnya Lailatul Qodar dan ini baku di ayat suci Al Qur'an," sambung Suyanto.
Namun tradisi seperti ini memang berbeda dengan di Arab atau Negara Islam lainya. Uniknya di Jawa, tidak hanya tadarus nya saja. Namun dengan selamatan (bancakan) berupa tasyakuran dan jemput Lailatul Qodar.
"Di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bojonegoro, saat malam sanga tiba. Adapula tradisi colok-colok dengan obor (berupa lampu minyak), sebagai simbol menjemput para arwah leluhur yang akan pulang ke rumah (tilik keluarga)," tutupnya. [liz/ito]
Tag : Colok-colok, tradisi, lebaran, Bojonegoro
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini