Lebaran Ketupat, Begini Makna Filosofinya
blokbojonegoro.com | Saturday, 07 May 2022 12:00
Reporter : Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Begitu besarnya makna ketupat, bahkan saat momen Hari Raya Idul Fitri. Ketupat juga dijadikan sebuah ikon atau lambang yang bersanding dengan gambar Masjid.
Kupatan alias riaya kupat atau Lebaran Ketupat, dilaksanakan oleh masyarakat Muslim Jawa setelah 5 hari dari hari raya Idul Fitri. Dalam kurun waktu ini adalah sepasar atau 5 Petung (perhitungan hari). Atau hari ke-5 dari Idul Fitri.
"Kupat dan lepet merupakan satu paket, dua nama dari jenis makanan yang dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda. Makna kupat sendiri merupakan akronim dari kata NGAKU LEPAT," tegas Budayawan asal Bojonegoro, Suyanto.
Atau sebuah ketulusan hati untuk pebuatan yang selama ini banyak kesalahan. Baik diperbuat secara sengaja atau tidak disengaja. Maka sebagai penegasan dihaturkan dengan simbolik ketupat, dalam hal ini juga berharap agar dimaafkan semua kesalahannya.
"Serta simbol kebesaran hati mau mengakui kesalahan dan saling berebut merasa memiliki salah. Sedangkan bahan baku dari kupat berupa beras, tanpa tambahan bahan apapun. Direbus hingga matang, dengan bentuk wadah anyaman berupa jajaran genjang," ungkap Pakde Yanto Munyuk sapaan akrabnya.
Selanjutnya, dalam bahasa jawa genjang yaitu bentuk segi empat hampir tak simetris. Dari situlah makna kekurangan yaitu kekurangan yang diperbuat untuk dimaafkan.
Adapun lepet terbuat dari bahan baku berupa beras ketan yang dicampur dengan santan kelapa, garam dan dibungkus janur serta direbus bersamaan dengan ketupat.
"Lepet sendiri berasal dari kata silep rapet atau makna rapet yang dimaksudkan dipendam rapat-rapat. Agar kesalahan bisa hilang serta tidak terulang lagi," tuturnya.
Biasanya setelah dimasak ketupat dibagikan kepada sanak saudara, tetangga dengan sajian lauk sayur lodeh, ayam hingga sambel cos sebagai pelengkap sajian. Uniknya lagi kupat dan lepet, biasanya juga dipasang di atas gawangan/kusen pintu.
"Serta simbol permintaan maaf terhadap leluhur yang sudah meninggal dunia. Hampir rata paham jawa masih memaknai dan melaksanakan riaya kupat atau kupatan. Semua hanya makna simbolik, begitu indahnya budaya kupatan dan nilai sosialnya sangat tinggi serta penuh makna," tutup Pakde Yanto Munyuk. [liz/ito]
Tag : ketupat, lebaran, makna, filosofi
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini