Pemimpin Wajib Punya Ini, Simak!
Ilustrasi seorang pemimpin

Oleh: Kiai Ahmadi Ilyas*

blokBojonegoro.com - Dalam rangka melaksanakan amanah yang diemban, sebagai seorang pemimpin yang memegang pemerintahan, mulai dari level paling atas sampai terbawah, dibutuhkan bawahan yang saleh.

Hal ini di sampaikan Imam Nawawi di dalam kitabnya Riyadlus Sholihin bab "Memerintah Sultan atau Qadhi dan Lain-lainnya dari Golongan Pemegang Pemerintahan Supaya Mengangkat Wazir yang Saleh".

Wazir yang dimaksud tentunya orang struktural yang menjadi bawahannya, seperti penasehat, asisten, menteri, atau staf sesuai dengan level pemimpin masing masing, atau orang non struktural seperti orang dekat, kerabat, istri, anak, dan lain sebagainya.

Pemimpin sebagai seorang individu, tentunya tidak bisa mengelola sebuah pemerintahan sendiri. Dia membutuhkan bawahan untuk bisa bekerja bersama melaksanakan amanat yang dibebankan kepadanya, sesuai dengan levelnya masing masing.

Dalam hal ini, yang dibutuhkan bukan sekadar bawahan yang bisa bekerja, namun juga saleh. Kesalehan bawahan ini tidak sekadar saleh secara pribadi, namun juga kesalehan secara umum, yaitu punya kompetensi, profesional dan kredibilitas.

Kerjasama antara pemimpin dan bawahan, hendaknya  didasarkan pada ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Interaksi sosial pemimpin dan bawahan, hendaknya bukan seperti interaksi bos dan anak buah, bukan interaksi seperti tuan dan budak, akan tetapi interaksi antar partner, mitra atau pertemanan. Sebab siapapun orangnya, termasuk pemimpin, interaksi sosial dan lingkungan itu saling mempengaruhi. Dan interaksi ini kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أحمد في مسنده)

Artinya: Seseorang akan mengikuti perilaku orang yang teman akrabnya, maka hendaknya setiap orang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia bergaul.  (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Secara eksplisit, Imam Nawawi menjelaskan interaksi antara pemimpin dan bawahannya dengan mengutarakan sebuah ayat:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
[ الزخرف: 67]

Artinya: Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Zukhruf: 67)

Dan Nabi Muhammad SAW bersabda:

عن أبي سعيد الخدري وأبي هريرة رضي الله ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ما بعث الله من نبي ولا اسْتَخْلَفَ من خليفة إلا كانت له بطانتان: بطانة تأمره بالمعروف وتَحُضُّهُ عليه، وبطانة تأمره بالشر وتَحُضُّهُ عليه، والمعصوم من عصم الله
[صحيح] - [رواه البخاري]

Artinya: Dari Abu Sa'id Al-Khudri dan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi dan mengangkat seorang khalifah melainkan dia mempunyai dua orang kepercayaan: satu orang kepercayaan yang menyuruh dan mendorongnya kepada yang makruf, dan satu orang kepercayaan yang menyuruh dan mendorongnya kepada kejahatan. Orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah SWT.

Bithanah yang dimaksud adalah orang dekat atau bawahan. Dari sini jelas, pentingnya seorang pemimpin untuk mencari bawahan yang saleh, lingkungan yang baik dan selalu bertakwa kepada Tuhan, agar bisa melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya, dan tidak terjerumus dalam kerusakan. [mad]

* Kiai Ahmadi Ilyas adalah Dewan Perumus LBM PCNU BOJONEGORO