Oleh: Usman Roin*
blokBojonegoro.com - 28 Oktober, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda (HSP). Tentu, untuk bisa membumikannya setiap saat, peringatannya bukan sekadar simbolis –berhenti di upacara, membuat flyer; tetapi yang terpenting adalah memformulasikan hakikat sumpah pemuda dalam konteks kekinian.
Mengapa?
Tentu jawaban sederhana yang bisa penulis sampaikan, agar hadirnya peringatan HSP bisa memotivasi pemuda kini mengejawantahkan pesannya untuk kini, esok dan mendatang. Meminjam bahasa Prof. Abdurrahman Mas’ud (2020:19), agar daya nalar pemuda sebagai estafet pemimpin mendatang, melahirkan rasa tanggung jawab untuk ikut menyelesaikan permasalahan sosial sejak dini.
Sebagai pemuda, penulis bangga dengan kehadiran HSP. ‘Sumpah’ yang dalam KBBI diartikan sebagai pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan, atau kepada sesuatu yang dianggap suci untuk menguatkan kebenaran, kesungguhan dan sebagainya; mampu membangun spirit daya juang –pemuda kala itu, melawan penjajahan yang awalnya parsial untuk kemudian kokoh dalam spirit persatuan.
Era Kekinian
Karenanya, momentum kekinian memperingati HSP bagi penulis bisa dilakukan melalui:
Pertama, menjaga persatuan antar pemuda. Sebagaimana fakta yang nyata, untuk membuat perkumpulan antar pemuda di dunia maya sekarang mudah sekali. Hanya saja, apakah perkumpulan yang dibuat itu memiliki tujuan positif atau justru negatif.
Bilamana perkumpulan lewat grup whatsapp –sebagai misal, mengarah kepada destruktif, tentu sekali lagi ini ‘mengingkari’ hakikat sumpah pemuda dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan. Sebab, perkumpulan yang diikuti tersebut, hanya akan melahirkan percikan mencari lawan.
Pemuda perlu sadar, ‘satu bangsa Indonesia’ punya penekanan akan pentingnya persatuan di tengah keragaman etnis, budaya, dan latar belakang sosial. Sehingga meski berbeda, seluruh rakyat –yang di dalamnya hadir pemuda, adalah bagian dari bangsa utuh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua, pemuda kini –melalui momentum HSP, perlu meningkatkan keterampilan diri. Terlebih, seiring dengan canggihnya kehadiran teknologi informasi (TI), tidak lantas menjadikan para pemuda tergerus kepada kealpaan kecil kemelekannya.
Artinya, hanya menjadi penikmat TI sebagai euforia kehidupan hedonisme kini. Sebagai bukti kecil, masih banyak penulis melihat pemuda nongkrong di warkop, lalu yang dominan dilakukan hingga menghabiskan waktu berjam-jam adalah bermain game.
Padahal, berpijak dari hal kreatif, salah satu penulis asli Bojonegoro bernama Ahmad Wahyu Rizkiawan, bisa menyelesaikan karya buku berjudul “Peradaban Nggawan Bojonegoro: Kronik Ekologi Bengawan Sejak Abad 10 M” (2025) melalui aplikasi notes di gadget.
Setelah penulis selidiki, penulis buku dari Kecamatan Padangan tersebut juga senang nongkrong di warkop. Hanya saja, ia bisa mengalihkan gadget yang dimiliki untuk meningkatkan keterampilan dalam hal menulis kearifan lokal.
Hadirnya gadget tidak kemudian meninabobokkan diri, melainkan tetap kreatif-produktif. Kemudahan teknologi tidak kemudian menjadikan –kita sebagai pemuda, beralih untuk berkarya. Bukan sebagai penikmat atau konsumen sepanjang masa.
Perihal peningkatan keterampilan, bagi pemuda menjadi penting untuk menjadi kail selama hidupnya. Sebuah pribahasa mengatakan, “Jangan beri ikan, tapi berilah kailnya”. Artinya, menjadi lebih baik mengajarkan kepada pemuda cara mandiri daripada terus-menerus memberikan bantuan langsung.
Dalam makna yang lain, memberikan alat atau kemampuan (kail) agar seorang pemuda tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri di masa depan lebih utama, daripada sekadar memberikan hasil instan (ikan) yang tidak akan bertahan lama.
Ketiga, menjadi pionir. Artinya, kehadirannya bisa menjadi pelopor dalam berbagai bidang. Mulai dari kesehatan, pendidikan, perekonomian, pertanian, digitalisasi, literasi dan sebagainya. Pengejawantahannya, adalah energik ikut bergerak melakukan perubahan dengan tidak takut mengambil resiko.
Akhirnya, memontem HSP ini tonggak skill pemuda disatukan, guna melahirkan visi Indonesia memiliki generasi yang unggul, cerdas, sehat, kreatif, dan berkarakter kuat pada peringatan 100 tahun kemerdekaan atau generasi emas 2045. [mad]
* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri dan Pengurus Pusat IKAMI Attanwir Talun.
https://t.me/s/official_Lex_ed
https://t.me/s/official_1Win_es
https://t.me/s/official_Monro_ed
https://t.me/s/official_MrBit_es
https://t.me/s/official_Monro_es
https://t.me/s/official_CasinoX_ed
https://t.me/s/official_Lex_ed
https://t.me/s/official_Legzo_es