Meski Renta, Sambung Hidup dengan Berjualan Gerabah
blokbojonegoro.com | Friday, 14 April 2017 08:00
Kontributor: Muhammad Qomarudin
blokBojonegoro.com - Usia yang renta tak membuat, Mbah Um, nenek pedagang gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo menggantungkan diri pada orang lain. Dia mengais rezeki mencoba mengambil keuntungan dari wisatawan yang datang ke desanya dengan menjual hasil gerabah buatan tangannya sendiri.
Nenek yang lahir 62 tahun silam ini, berjualan di sekitar lokasi pembuatan serta pelatihan gerabah untuk para wisatawan yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 02.00 WIB, Mbah Um membuka lapak lesehannya dengan bermodalkan kursi panjang yang terbuat dari bambu.
Di usia yang tua renta ini, Mbah Um memilih berjualan karena tidak ingin menyusahkan anak-anaknya dan mempunyai keinginan agar semua anaknya mapan dalam ekonomi. "Oleh karena itu saya ingin hidup mandiri," ujarnya sembari tertawa.
Perempuan yang mempunyai lima anak ini, sudah hampir lebih dari 10 tahun menjual gerabah. Sebelumnya, ketika baru mempunyai satu anak, dia mengaku berjalan kaki memasarkan barang dagangannya ke pasar-pasar. Hal itu kini tak lagi ia lakukan karena usianya yang tak lagi muda, sehingga hanya sekadar membuka lapak menunggu pembeli yang tertarik untuk mampir. "Saya baru sekitar dua tahun membuka stand," ungkapnya kepada blokBojonegoro.com.
Selain membuka stand, istri dari mustakim ini juga mengubah rumahnya layaknya pasar kecil yang penuh dengan berbagai jenis gerabah, yang dijaga oleh suaminya sendiri.
Sebelum berjualan gerabah, perempuan yang menikah pada tahun 1966 ini adalah seorang pedagang ayam, sayur-sayur dan umbi-umbian yang di jajakanya menggunakan sebuah sepeda ontel.
Untuk membuat gerabah, Mbah Um membeli bahan dasarnya, yaitu berupa tanah liat sebanyak 9 sak sembako dengan harga Rp10.000 dan pasir 3 sak Sembako dengan harga Rp10.000 juga. "Saya lebih memilih beli, selain fisik tidak kuat dan juga mengambilnya di Bengawan Solo," ujarnya.
Dengan bahan dasar sembilan sak tanah liat dan tiga sak pasir, Mbah Um bisa membuat gerabah sebanyak 200 biji dengan kurun waktu sekitar sepekan.
"Kalau satu hari biasanya mendapatkan Rp25.000, itu pun ketika ada kunjungan dari wisatawan, kalau tidak ada kunjungan yang tidak ada pendapatan yang masuk," tutur Mbah Um.
Selama ini, diakuinya pihak pemerintah mendukung kerajinan gerabah masyarakat Desa Rendeng berupa bantuan perlengkapan maupun yang lainnya. Namun, sementara ini ia belum pernah mendapatkanya dan selalu berpikir yang positif bahwa mungkin belum saatnya ia mendapatkan atau belum rezekinya.
"Mergawe kui gak enek seng penak le, senajan gak penak yo di penak-penakno, lawong urip kui cuma sedelok mek opo di godak ngoyo-ngoyo, (kerja itu tidak ada yang mudah, kalau sulit ya di mudah-mudahkan, karena hidup itu cuma sebentar tidak perlu terlalu di kejar)," tutupnya kepada blokBojonegoro.com. [din/lis]
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini